Break Up - 24

2.8K 232 35
                                    

Yoona terpaksa ikut pulang dengan oppanya setelah ia menghabiskan waktu satu jam untuk menangis di bawah hujan. Tubuhnya basah kuyup, ia kedinginan dan lemah saat ini.

Keduanya tidak berbicara sama sekali sampai tiba di rumah Siwon, Yoona turun perlahan. Saat Seulong akan melaju pergi, yoona mendadak berlari ke hadapannya, Seulong terkejut dan ia terlambat menginjak remnya. Adiknya terjatuh di hadapannya dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Im Yoona" teriak Seulong saat melihat yoona berdarah karena tabrakannya. Ia menangis sambil membawa adiknya ke rumah sakit. Ia tidak menyangka yoona akan senekat ini.

***

Tiba di rumah sakit, Seulong menemui dokter yang ia carikan saat itu. Dokter itu menunjukkan surat pernyataan donor yang sudah ditanda tangani yoona.

"Pasien yang akan menerima donor sudah berada disini," ujar dokter jung, dia ahli ginjal yang baru pulang dari jerman, setelah bertugas disana selama beberapa tahun.

"Aku tidak akan mengijinkannya,," ujar Seulong, dokter jung adalah salah satu teman sekolah Seulong.

"Seulong a, dia datang memohon padaku, aku juga tidak akan melakukannya jika ia tidak sampai berlutut dan memohon padaku. Dia mengatakan akan melakukan segala cara untuk menjadi pendonornya, dia akan mencari dokter lain jika aku tidak bersedia melakukannya"

"Bagaimana caranya aku melihat adikku mengorbankan hidupnya?"

"Aku akan berusaha yang terbaik" ujar dokter jung,

***

Siwon sudah masuk ke ruang operasi menjalani anestesi. Sehun mendapat panggilan dari Darren.

"Uncle" panggil Darren saat panggilannya dijawab

"Darren, kenapa?" tanya Sehun "Oh ya mommy dimana? Uncle mau bicara dengan mommy"

"Uncle tidak bersama mommy?" Tanya darren

"Tidak, uncle sedang bersama daddy di rumah sakit. Ada apa darren?"

"Mommy pergi uncle. Mommy ntah kemana" ia kembali menangis lagi.

"Darren jangan menangis dulu, uncle akan cari mommy" ujar Sehun, ia mengakhiri panggilannya dan ia meminta sejeong untuk menemui keponakannya itu. Suasana hatinya menjadi tidak enak, apalagi dokter yang menangani operasi tadi tidak mau memberitahu siapa pendonornya.

"Kamu tidak akan bertindak senekat ini kan noona?" gumamnya, lalu kedua orang tuanya menghampirinya

"Dimana Yoona?" tanya Nyonya choi dan Sehun menggeleng

"Kamu tidak mengabari kakak iparmu kah?" tanya Tuan Choi

"Aku takut orang yang berada di dalam sana adalah noona. Darren mengatakan mommynya tidak berada di rumah," ujar Sehun

"Kamu tidak bertanya pada dokter?" tanya Tuan Choi lagi

"Dokter tidak mau memberitahuku, aboeji bagaimana kalau noona memang senekat itu?"

"Coba kamu telepon oppanya Yoona," saran Tuan Choi

***

Sejeong berada di rumah bersama Darren, ia ikut menangis karena sejak tadi darren menangis dan tidak bisa dibujuk sama sekali.

"Aunty, mommy mengatakan aku bukan anaknya" Darren memeluk baju mommynya

"Darren, lihat hidung dan mulutmu itu mirip persis dengan mommy, bagaimana bisa kamu bukan putranya?" ujar Sejeong, ia memangku Darren. Anak kecil itu memeluknya.

Tifanny melihat mereka berdua menangis, ia pun masuk ke dalam

"Darren, kamu tentu anak mommy yoona" ujar Tifanny "Maafkan aunty, aunty berbohong pada mommy sehingga ia percaya kamu adalah anak aunty"

Darren menatapnya

"Sayang,,"

"Aku membencimu," ujarnya pada tifanny

"kita tunggu daddymu sembuh, ia pasti akan segera menemukan mommy" ujar Tifanny, Darren menatap sejeong dan sejeong mengangguk.

***

Operasi telah selesai setelah beberapa jam berlalu. Siwon telah dipindahkan ke ruang perawatan biasa, Sehun segera menghubungi beberapa detektif kenalan hyungnya untuk mencari keberadaan yoona.

"Eomma, jagalah hyung. Aku harus keluar sebentar" ujarnya

"Ne,,"

Sehun melewati Seulong dan ia tidak menyadari itu karena ia terburu-buru untuk menemui keponakannya.

"Bagaimana keadaan adikku, dokter?" tanya Seulong pada dokter jung yang baru keluar dari ruangan operasi. Dokter hanya diam dan memberikan sepucuk surat pada Seulong.

Seulong terduduk di lantai rumah sakit sambil menangis. Bagaimana bisa ia mempertanggungjawabkan ini semua.

"Yoong a,,"

***

3 hari berlalu, Seulong berdiri di pinggir laut, ia seorang diri berdiri disana menaburkan abu yang ia bawa tadi ke dalam laut. Lalu ia kembali menangis.

"Maafkan aku eomma, maaf. Aku tidak bisa melindungi adikku" ia berlutut disana dan menangis. "Im Yoona,"

Setelah puas menangis, ia menuju ke rumah sakit, ia harus memberikan surat terakhir adiknya untuk Siwon. tiba disana ia bertemu dengan Sehun.

"Hyung, apa noona ada ditempatmu?" tanya sehun dan seulong mengeluarkan surat itu

"Berikanlah pada hyungmu. Kalian tidak akan bisa melihat Yoona lagi" ujarnya

"Hyung,," Sehun terkejut mendengar itu, ia menahan tangan Seulong yang akan pergi "Apa benar?" ia tidak sanggup melanjutkan kata-kata

"Ne, adikku yang bodoh itu yang sudah mendonorkannya" teriaknya, ia tidak bisa menahan emosinya lagi.

Sehun menutup mulutnya, ia tidak percaya apa yang didengarnya barusan

"Jagalah darren dengan baik. Itu permintaan terakhirnya" Seulong meninggalkannya. Ia tidak sanggup lagi.

***

Sehun duduk di depan ruangan Siwon, ia tidak bisa melakukan apapun lagi setelah mengetahui pendonornya. Darren datang dengan Sejeong, anak kecil itu masih menangis tapi tidak seperti hari pertama yoona pergi lagi, sehun berjanji akan menemukan mommynya, jadi ia berusaha tenang.

"Uncle kenapa menangis?" tanya Darren, Sehun segera menghapus air matanya

"Darren masuklah ke dalam, bicaralah dengan daddy" ujar Sehun, Siwon belum juga sadar, dokter mengatakan tubuhnya sedang beradaptasi dengan organ barunya.

"Ne uncle" ia masuk

"Kenapa Sehun a?" tanya Sejeong, Sehun segera menyandarkan kepalanya di bahu Sejeong, ia menangis

"Aku harus bagaimana memberitahunya? Bagaimana caranya aku memberitahu Darren kalau mommynya tidak akan bisa ditemukan lagi" ujarnya

"Eonni kemana?"

"Noona mengorbankan diri untuk kesembuhan hyung" ujar Sehun, Sejeong ikut menangis juga, ia memeluk Sehun. "Bagaimana caranya aku sampaikan semua ini ke hyung dan darren? Hyung pasti tidak terima,,"





TBC

Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang