💀 TIGA PULUH ENAM 💀

3.1K 125 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT•

          💀-------💀

"ASKA anak setan!"

Aska terkekeh kecil ketika melihat aksa yang kini sudah mengeraskan rahangnya, tanganya masih memegang knop pintu. Niatnya ingin membukakan pintu untuk aksa, agar abangnya tidak cape katanya. Padahal takut kena marah, melihat abangnya yang sudah mengeluarkan tanduk bantengnya.

"Sabar bang sabar, orang sabar pantatnya lebar. Lo gak boleh marah marah gitu bang! Tau gak itu namanya pamali, haram kalo marah marah terus nanti cepet tua!"ujar aska lalu melepaskan tanganya dari knop pintu agar aksa segera masuk.

"Gak jelas!"kata aksa seraya berjalan masuk ke dalam rumah tak mengubris aska yang sudah berteriak memanggil manggil namanya.

Sekarang tujuannya hanya satu, kamar surganya. Setelah ini aksa akan membersihkan diri juga otaknya yang terasa ingin pecah.

"Bang kata papah di tunggu di ruang kerja, cepetan enggak pake lama!"teriak aska dari balik pintu, aksa tidak akan membiarkan adiknya itu masuk kemarin saja dua sepatu yang ada di dalam lemari kacanya hilang penyebabnya adalah aska dan kenan, dua cowok keturunan unta.

Aksa melemparkan ponselnya ke sembarang arah lalu melepas jaket kulit yang membukungkus badanya, kemudian aksa berjalan menuju kamar mandi hendak membersihkan diri setelah ini aksa akan menemui tama di ruang kerjanya, mulai detik ini aksa akan menyiapkan diri sebelum mendengar ceraman panjang dari tama.

Tak butuh waktu lama aksa sudah turun dengan menggunakan kaus hitam beserta celana abu selututnya, dilihatnya aska yang kini asik menonton TV di ruang tengah bersama makanan ringan yang baru dibelinya kemarin malam.

"Selamat hari sakit telinga!"teriak aska sambil terkekeh kecil, cukup sudah ia terkena omelan papahnya tadi sebelum abangnya pulang, syukurnya hanya sebentar karna tama ingin memberikan sedikit pelajaran untuk aksa.

"Aksa."panggilan dengan nada berat itu memenuhi telingan aksa, cowok itu duduk dengan tenang di hadapan tama tak peduli tatapan tajam milik tama yang siap menusuknya.

"Bagus, bikin kekecauan lagi?! sampai kapan aksa kamu seperti ini? berubah, jangan bikin malu papah!"ucap tama penuh penekanan, ia mengacak rambutnya prustasi tidak mengerti lagi dengan pemikiran anak pertamanya. Menikah, adalah pilihan yang tepat. Mungkin dengan memiliki ibu baru anak anaknya berubah.

"Mungkin pilihan yang tepat adalah menikah, dengan itu kamu memiliki bimbingan dari seorang ibu. Kamu sangat butuh ibu baru."kata tama membuat aksa mengepalkan tanganya,kali ini aksa sangat marah.

"Pikiran papah udah bulat, siap tidak siap kalian harus siap. Leta, nama itu yang akan selalu ada di hati kecil milik papah. Kamu jangan khawatir nama itu akan selalu ada disini."tama menunjuk dadanya, miris sekali melihat aksa yang kini sudah mengeraskan rahangnya sebentar lagi amarahnya meledak.

"Cukup pah! kalo papah tetap mau menikah, biarin aksa pergi dari rumah ini! Aksa ingetin sama papah, posisi mamah enggak akan pernah bisa diganti sama siapapun, aksa yang jamin!"ujar aksa,almarhum leta tidak akan pernah bisa digantikan posisinya oleh siapapun dan aksa berani menjamin semua itu.

"Maaf kalo aksa egois, tapi aksa gak akan pernah nerima papah menikah lagi. Aksa gak mau setelah papah menikah dengan perempuan lain papah lupa sama almarhumah mamah, dan kalo itu semua sampai terjadi maaf, aksa benci papah."tutup aksa lalu melenggang pergi meninggalkan ruangan kerja milik tama, emosi nya sudah di puncak aksa tidak bisa menahan lagi.

Aksa membanting pintu kamarnya, lalu membereskan beberapa baju juga barang yang mungkin nantinya akan aksa butuhkan. Tadinya aksa berniat akan pergi ke rumah kedua keluarga adhitama, hanya saja papahnya itu pasti tau dan menyeretnya agar segera pulang. Saat ini aksa hanya ingin sendiri, tidak mau ada yang menggangunya.

"Bang mau kemana?"tanya aska bingung melihat aksa yang turun dari lantai dua membawa koper besar, aksa kebanjiran?

"Bilang sama papah, jangan cari gue. Gue pengen sendiri."kata aksa lalu melenggang pergi meninggalkan rumah mewah keluarga adhitama itu, aksa merogoh kunci mobilnya di dalam saku celananya lalu pergi dari rumah itu dengan perasaan kacau.

💀💀💀💀

"Muka lo kusut amat sa, kenapa lo? ada masalah?"tanya damian sembari terkekeh kecil, biasnya jika aksa datang ke rumahnya cowok itu pasti sedang ada masalah, kadang damian bingung aksa itu tipe orang yang jika memiliki masalah selalu hilang tanpa kabar lalu kembali lagi untuk menyelesaikan masalah. Sepertinya, cowok itu memang butuh sendiri tidak ingin di ganggu.

"Gue ikut nginep disini."jawab aksa lalu melempar kopernya asal, kemudian ikut duduk di samping damian yang kini sedang menonton film favoritnya.

"Mau tidur dimana lo? Di kamar pembantu aja ya."ucap damian, bercanda.

"Lo aja di gudang,"sahut aksa malas lalu merogoh ponselnya yang ada di saku hoodie hitamnya nya, ada beberapa panggilan tidak terjawab dari aska, cowok itu pasti mencarinya.

"Kalo ada masalah itu selesain, jangan kabur kaburan kayak gini."cibir damian membuat aksa berdecak kesal, saat ini aksa tidak ingin membahas semua itu.

"Ngaca."damian tersenyum geli mendengar jawaban dari aksa,s emakin aksa sinis semakin damian suka menggodanya.awas kegoda..

"Ada masalah apa lo?"

"Ck, lagi males cerita."jawab aksa cowok itu lalu beranjak berdiri seraya mengambil kopernya, saat ini aksa sangat membutuhkan istirahat, kepalanya terasa sakit. Kemudian aksa memilih untuk pergi menuju kamar yang biasa ia pakai saat berada di rumah damian, membuat damian yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.untung temen....

Aksa memasukan baju bajuanya kedalam lemari pakaian ia menatap pantulan cermin di hadapanya, jika dilihat lihat penampilannya sangat kacau pantas saja damian tertawa melihatnya, mungkin yang cowok itu kira aksa adalah orang tidak waras yang nyasar datang ke rumahnya.

"leta, nama itu yang akan selalu ada di hati kecil milik papah. Kamu jangan khawatir nama itu akan selalu ada disini."

Bullshit!

Aksa tidak akan semudah itu untuk percaya pada papahnya itu, karna pada dasarnya manusia akan lupa pada seseorang setelah mendapatkan orang baru yang lebih menarik, dan aksa percaya itu. Rasanya sangat sulit untuk percaya pada tama, ingin percaya tapi tidak bisa.

Apa harus aksa menghilangkan ego nya itu? dan membiarkan tama menikah lagi, menikah dengan orang pilihanya. Tapi kenapa sulit? kenapa aksa takut menerima itu semua, jika sudah takdir aksa bisa apa.

"Bangsat!"umpat aksa pelan lalu melempar ponselnya kesal.

Aksa kecewa.

--------

AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang