💀 ENAM PULUH SEMBILAN💀

3.1K 114 13
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT•

💀 ------- 💀

"Gak nyangka gue, siapa sih namanya? Febi ya? Kok bisa bisanya dia bunuh diri."gumam Damian tak percaya.

Keenam lelaki dengan seragam yang dikeluarkan itu memenuhi lorong sekolah, duduk dilantai dengan tenang, membuat orang orang tidak bisa melewatinya. Hari ini semua kelas jam kosong, semua guru membebaskan muridnya untuk melakukan aktifitas apapun, yang penting tidak melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri atau orang lain.

"Itu namanya bosen hidup."sahut kenan santai.

"Kata nenek gue, gak boleh ngomongin orang yang udah meninggal. Nanti orang yang mati itu bakal dateng, lo mau di gentayangin?!"tanya Arion sewot.

"Semuanya aja kata nenek lo, emang anak nenek lo."cibir kenan.

"Kenapa gak anak mamih aja?"tanya damian sambil menyeruput jus jambunya.

"Itu udah biasa, biar ekstrim anak nenek aja. Si arion kan emang anak nenek, semuanya pasti kata nenek. Nenek bolo bolo..."Kenan tertawa sambil bersenandung kecil membuat arion mendengkus kesal lalu memukul lengan lelaki itu.

"Si febi itu gak terlalu terkenal ya? Gue jarang liat dia, pernah sih itu juga dikantin, kalo dia lagi bareng temen temennya."kata gavin sambil menaikan sebelah halisnya.

"Kata raisa dia emang pendiem, orangnya tertutup."sahut damian.

"Jadi ceritanya lo udah saling terbuka nih sama raisa, berarti udah Move on  dong."ucap kenan sambil tersenyum miring.

"Mana ada! Dia sendiri yang cerita sama gue, hati gue tetep buat salsa."balas damian sambil menatap sinis kenan.

"Terserah lo deh! Si raisa diambil orang baru tau rasa."Balas kenan, lalu perhatian lelaki itu mengarah kearah raka yang sejak tadi diam. Raka tidak biasanya diam seperti itu tanpa makanan, biasanya raka selalu sibuk dengan dunianya sendiri, dunia makanan. "Woi! Ngapa lo diem diem bae? Tipes lo?"tanya kenan sambil terkekeh kecil.

"Muka lo pucet, kenapa?"tanya aksa membuat raka menoleh kearahnya lalu menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Semua teman temannya mengerutkan keningnya bingung, raka benar benar sangat pucat, mirip seperti zombie. Bahkan cowok itu tetap bergeming, seperti enggan berbicara.

"Gak papa, lanjut aja ngobrolnya. Gue mau ke kamar mandi bentar."setelah mengatakan itu raka segera berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi, teman temannya kembali mengerutkan dahinya bingung. Apa ini hanya perasaan mereka saja? Seperti ada yang raka sembunyikan. Ah! Sepertinya mereka harus menepis fikiran negatif di otak mereka.

"Lah dia kenapa? Susulin sana, kasian. Takut kenapa napa. "Ucap damian pada arion, arion hanya mengangguk sebagai jawaban lalu segera berdiri menyusul raka yang mungkin telah sampai dikamar mandi.

"Eh, waktu itu gue sempet liat si febi di depan toko kue. Dia lagi adu bacot sama temennya,"kata Gavin membuat teman temennya penasaran.

"Serius lo? Temen dia yang mana? Ayla? Mika? Sekar? Raisa? "tanya damian.

"Ck, gue gak tau siapa namanya. Pokonya dia tinggi, tepos banget, dia banyak omong. Keliatanya dia lagi negur febi, mungkin. Gue gak terlalu perhatiin mereka, yang pasti cewek tepos itu marahin si febi."ucap gavin sambil mengedikan bahunya, setelah itu cowok dengan hoodie hitam yang melekat ditubuhnya kembali memainkan gamennya. Hingga menghiraukan teman temannya yang langsung berdiskusi setelah mendengar ceritanya.

AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang