Setelah berlari sekitar 3 kilometer, akhirnya (Namakamu) sampai di depan rumah dengan napas tersengal-sengal. Kebetulan Dona-- mamanya sedang menyapu lantai melihat (Namakamu) lalu menghampirinya untuk menanyakan apa yang telah terjadi hingga kecapekan setelah pulang dari sekolah."Kamu kenapa lari-larian? lagi ada lomba ya?" tanya Dona melihat (Namakamu) datang dengan tidak wajar biasanya senyuman ceria sekarang malah napas tersengal-sengal seperti dikejar sesuatu.
(Namakamu) mengatur napasnya sejenak. "Aku tadi dikejar kucing Ma," jujur (Namakamu) membuat Dona semakin bingung.
"Kamu takut kucing sejak kapan?" tanya Dona baru tahu anaknya takut kucing padahal waktu itu (Namakamu) sempat ingin memelihara tapi tidak ada yang cocok terus sekarang malah takut bukannya terlalu cepat melupakannya.
"Bukan gitu," elak (Namakamu) sulit menjelaskan pada mamanya secara rinci.
Dona hanya menggeleng lalu pergi ke dapur untuk melanjutkan memanaskan makanan.
Meong
Mendengar suara itu (Namakamu) jadi kesal tapi ia menoleh juga. "Lo kenapa ikutin gue terus sih?" dan parahnya hanya dijawab Meong oleh si kucing.
"Lo mau apa? makan?" tanya (Namakamu) lelah dengan si kucing tidak tahu apa maunya malah mengeong seakan (Namakamu) emaknya.
"Bukan!"
(Namakamu) mematung sejenak mendengar kata 'bukan' barusan. Suara itu bukan berasal dari mamanya yang sudah pergi ke dapur lagipula mamanya seorang perempuan tidak mungkin suaranya seperti laki-laki.
(Namakamu) menatap sekeliling mencari sumber suara tapi hasilnya tidak ada atau jangan-jangan itu suara ayahnya yang sudah pulang bekerja. Ya, (Namakamu) ingat sekarang karena pertanyaan sudah terjawab ia masuk untuk mandi.
"Tunggu, jangan masuk dulu!"
Lagi-lagi suara itu mencegah (Namakamu) untuk melangkah masuk. Ia mulai merasa janggal dengan suara laki-laki barusan tidak mirip suara ayahnya, Vito.
(Namakamu) kembali keluar mencari sumber suara namun tidak ada siapapun, yang ada si kucing dengan setia menunggu di depan teras rumahnya. Ia mulai mencurigai sang kucing dan suara tadi berasal dari si kucing menyebalkan didepannya sekarang.
"Cing, lo tadi ngomong ke gue?" tanya (Namakamu) penasaran berjongkok memandang si kucing secara teliti.
"Kamu ngobrol sama aku tadi. Kalau iya, jawab dong!" kali ini (Namakamu) bertanya dengan ramah.
"Iya."
"Apa?" (Namakamu) terkejut sang kucing bisa berbicara atau pendengarannya sedikit bermasalah.
"Iya, saya mau ngobrol sama kamu," jawab sang kucing menatap (Namakamu) penuh harap.
(Namakamu) dibuat takjub jadi suara tadi itu berasal dari seekor kucing yang mengikutinya. Haruskah sekarang dirinya berteriak atau membuat vlog siaran langsung untuk memamerkan kucing bisa berbicara dan kepadanya pula. Ini langka loh harus diabadikan sebelum kadaluwarsa.
"Sayang, kok kamu gak masuk? makanan udah siap ini." Dona memperingatkan supaya anaknya cepat makan.
"Iya, bentar," sahut (Namakamu) masih belum percaya apa yang telah di alaminya.
Dona terlalu lama menunggu di meja makan menghampiri (Namakamu) sedang berjongkok sambil berbicara dengan seekor kucing.
"Kok malah ngobrol sama kucing? ayo mandi dulu terus makan," peringat Dona lalu masuk kembali.
"Ma!" panggil (Namakamu) membuat Dona menoleh padanya.
"Pasti mama gak akan percaya kejadian yang aku alami," ucap (Namakamu) antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...