24 - Pangeran Kucing

280 53 1
                                    

Update lagi!

Makasih ya buat kalian para readers masih suka vote dan komentar di ceritaku

Dan...

Selamat Membaca

🐈🐈🐈

Ada yang berbeda dengan hari ini. Steffi, Bella dan (Namakamu) terlihat akur saat masuk sekolah dan tak ada perdebatan disana apalagi membahas tentang Iqbaal.

Iqbaal sudah tak lagi masuk sekolah selama seminggu namun seolah hal itu tidak masalah. Ya, Iqbaal sudah pergi ke kerajaan Gandara tanpa memberitahu (Namakamu). Anehnya (Namakamu) tidak ingat apapun.

"Lo kenapa (Nam) ngelamun gitu?" tanya Steffi.

"Gue ngerasa ada yang hilang," jawab (Namakamu) tak semangat.

"Hilang? sepeda lo di gondol maling?" heboh Bella.

"Oh gue tau, gebetan lo artis jadi gak kesampaian." lanjut Bella menebak.

"Berisik." ujar (Namakamu) kesal.

(Namakamu) merasa entahlah, ia tak bisa berkata-kata menjelaskan perasaannya.

***

Saat berada di rumah pohon Iqbaal tidak sengaja menemukan sisa jeli boba waktu pertama kali datang ke bumi kemudian Iqbaal ada ide. Alwan memakan boba itu dan langsung mendapatkan kekuatannya kembali. Ia di perintah Iqbaal untuk menghapus ingatan seluruh orang yang pernah kenal dengan Iqbaal termasuk (Namakamu).

Memang terlalu beresiko tapi demi kebaikan, Iqbaal harus melakukannya lagipula ia tidak mau melibatkan (Namakamu) ke dalam masalahnya.

"Kita harus bersembunyi dimana di kerajaan Gandara?" tanya Alwan bingung.

"Dimana saja, asal aman. Ayo saya ingin menyelamatkan Ayah sehingga kerajaan kembali seperti sediakala." ucap Iqbaal tak sabar.

Alwan membuat sebuah pintu belakang terhubung dengan kerajaan lalu Iqbaal masuk ke dalamnya di susul Alwan. Iqbaal berubah menjadi kucing, Alwan juga sama memperhatikan suasana kerajaan yang kacau. Tidak ada perdamaian, ketenangan bahkan kemakmuran disini yang ada hanya adu mulut antara pengawal dengan warga.

"Apa kita akan aman menjadi seekor kucing?" Alwan bertanya.

"Kenapa kamu mengikuti penyamaran saya? cari ide lain." suruh Iqbaal kesal dengan Alwan yang mengikuti penyamarannya.

"Aku tidak punya ide lain, lagipula bulu kucing ini terlihat mengkilat kalau terkena sinar matahari pangeran, aku menyukainya." jawab Alwan.

"Terserah kamu saja saya duluan." Iqbaal kesal berjalan duluan.

"Pangeran pemarah sekali." gumam Alwan menyusul Iqbaal yang sudah agak jauh.

Iqbaal dan Alwan sudah sampai di ruang singgasana. Tidak ada siapapun disini entah kemana perginya semua orang. Iqbaal dan Alwan memilih bersembunyi di balik singgasana kemudian Iqbaal memerintahkan Alwan supaya suara mereka hanya terdengar mengeong saat orang lain mendengarkan pembicaraan keduanya.

"Ayah tidak ada di sini, lalu dimana dia?" tanya Iqbaal melihat singgasana yang kosong.

"Seingatku Ayah..."

"Apa?" potong Iqbaal penasaran.

"Ayah di sihir menjadi tikus lalu menghilang begitu saja." lanjut Alwan.

"Tikus? apa kamu yakin? mana mungkin ibu mengubah Ayah menjadi seekor tikus saya tidak suka dengan bintang itu." Iqbaal bergidik.

"Tidak ada pilihan lain pangeran, kita harus mencari tikus."

"Tidak saya tidak setuju, bagaimana kalau mereka menggigit saya?" tolak Iqbaal.

"Pangeran kan seekor kucing bagaimana bisa tikus menggigit pangeran?" jelas Alwan terkekeh.

Iqbaal mengangguk kecil. "Kucing memang binatang pembasmi tikus tapi saya bukan kucing sembarangan sehingga harus menangkap seekor tikus dan tikus itu Ayah. Saya tidak sanggup Alwan. Tunggu dulu, tikus itu berwarna apa?" akhirnya Iqbaal penasaran.

"Tikus putih."

"Tikus putih pasti banyak di sini bagaimana bisa kita menemukan satu tikus?" kata Iqbaal sedikit emosi.

"Pasti ada bedanya pangeran. Ayo sebelum ada yang melihat keberadaan kita." ajak Alwan.

"Kamu duluan, saya mau pergi ke kamar sebentar." Iqbaal mengambil jalan berbeda.

"Baiklah aku tunggu di taman tapi kalau tidak ketemu mungkin aku bersembunyi di semak-semak." jelas Alwan.

"Jorok sekali." Iqbaal segera pergi ke tujuannya yaitu kamarnya.

***

(Namakamu) sampai di rumah dengan tidak semangat sampai kedua orang tuanya kebingungan melihat tingkah (Namakamu) yang biasanya ceria.

"Kamu kenapa (Namakamu)?" tanya Mama khawatir.

"Diputusin pacar." tebak Papah terkekeh.

"Nggak (Namakamu) lagi gak enak badan aja." jawab (Namakamu) lesu.

"Kalau gitu istirahat atau mau papa panggilkan dokter?" tanya Papa mulai khawatir.

"Gak perlu, (Namakamu) hanya butuh istirahat aja nanti juga baikan." sahut (Namakamu) pergi ke kamarnya.

"Kalau ada apa-apa panggil mama atau papa ya!" teriak Mama.

(Namakamu) menoleh sebentar lalu mengangguk dan sampai di kamarnya langsung merebahkan tubuhnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi ya atau gue pergi ke rumah pohon aja siapa tau disana gue menemukan apa yang gue cari? iya deh." (Namakamu) berdialog sendiri memakai jaketnya untuk keluar.

"Eh mau kemana? katanya lagi gak enak badan." tanya Mama melihat (Namakamu) akan keluar.

"Ke rumah pohon sebentar doang kok." (Namakamu) berpamitan kepada Mama dan papanya kemudian pergi buru-buru. Ia akan menemukan jawabannya di sana.

****

Mau dobel up?

Spam komentar yaa dan jangan lupa vote juga!

See you next chapter 👋🐱

Pangeran Kucing [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang