Update kembali!
Aku mau berterima kasih pada kalian para readers tercintaku karena cerita ini sudah tembus 1k+ vote
Gak nyangka akutuh
Kalian sungguh luar biasa
Thank you yaa💕💕
Jangan lupa di voment lagi
Happy reading!
🐈🐈🐈
"Ibu aku melihat–" ucapan Alwan terhenti saat Rinke tengah menyerap kekuatan dari sebuah bunga.
"Jangan bahas anak itu, kamu cepat pergi!" ucapannya lalu kembali fokus.
"Ibu, aku hanya ingin tahu kenapa (Namakamu) datang ke sini?" tanya Alwan.
"Karena bunga Anomela." jawab Rinke.
"Bunga kesayangan dan sumber kekuatan ibu sudah kembali?" Alwan terkejut bunga yang selama ini hilang akhirnya kembali.
"Iya."
"Lalu ibu akan memaafkan Iqbaal kan?" kata Alwan memastikan.
"Tergantung."
"Ibu."
"Pergilah Alwan! jangan mengganggu kesenanganku!" lalu Rinke menghilangkan Alwan dari hadapannya.
Haruskah aku memaafkannya sekarang?
***
Tersisa satu hari namun Iqbaal tak juga menemukan solusi. Ia juga sudah pasrah saja untuk apa yang akan terjadi nanti.
"Iqbaal!" (Namakamu) muncul dengan senyum merekah di wajahnya membuat Iqbaal kebingungan dengan tingkah laku (Namakamu) yang sekarang.
"Kamu sehat? tumben senyum ke saya sangat tulus seperti itu." Iqbaal akhirnya bersuara setelah (Namakamu) duduk di sebelahnya.
(Namakamu) menjentikkan jarinya di depan wajah Iqbaal. "Gue udah memecahkan masalah." lalu Iqbaal meraih tangan (Namakamu) menggenggamnya erat.
"Kamu bermasalah sama siapa? apa dia menyakitimu?" tanya Iqbaal khawatir genggaman tangannya menguat.
(Namakamu) berdecak melepaskan tangannya dari genggaman Iqbaal. "Ih bukan, gue udah ngasih bunga itu sama ibu lo." ujar (Namakamu).
"Kapan kamu pergi?"
"Barusan. gue ketemu ibu ratu tapi sayang dia galak gue gak terlalu suka." jawab (Namakamu) cemberut.
"Sendirian saja?" tanya Iqbaal lagi.
"Iyalah, lo kan tidur dan jangan tanya gue tahu masalah ini darimana."
Iqbaal mengangguk saja, siapa tahu ia nanti akan diberi jawaban. "Terus apa yang terjadi selanjutnya?" Iqbaal semakin penasaran.
"Ibu lo ..."
"Apa (Namakamu)?" Iqbaal sangat penasaran apa yang terjadi selanjutnya.
"Marah." jawab (Namakamu) singkat.
"Kenapa kamu tidak membangunkan saya? pasti tidak akan seperti ini bahkan saya lebih tau apa yang terjadi." kata Iqbaal.
"Ya maaf, gue kira dengan memberikan bunga itu. Ibu lo mau maafin eh ternyata, malah kayak macan ngamuk." cerocos (Namakamu).
Iqbaal berdeham singkat membuat (Namakamu) meringis kecil lupa kalau Iqbaal adalah anaknya.
(Namakamu) mengangkat kedua tangannya. "Becanda, terus gimana kan udah terlanjur?" tanyanya.
Iqbaal menghela napas. "Ya sudahlah mau bagaimana. Oh iya, saya menemukan ini." Iqbaal menunjukkan satu tangannya kepada (Namakamu).
"Apa?" bingung (Namakamu) tak melihat apa-apa selain telapak tangan.
"Ini." Iqbaal menunjuk telapak tangannya seolah ada sesuatu.
"Apa Iqbaal? tangan lo kosong gitu." kesal (Namakamu).
"Deketan sini!" ujar Iqbaal membuat (Namakamu) mendekatinya tanpa curiga kemudian (Namakamu) berhasil terkurung di dalam dekapannya. "Kena kan!" lanjut Iqbaal tersenyum simpul mengencangkan pelukannya.
"Iqbaal." kesal (Namakamu) memukul lengan Iqbaal namun senyumannya juga terbit tanpa di minta.
"Saya tidak pernah kamu peluk, jadi biarkan seperti ini ya." ucap Iqbaal memejamkan matanya sesaat menikmati kebersamaan.
"Dasar modus!" cibir (Namakamu) tapi wajahnya merona malu.
Iqbaal terkekeh kecil. "Tapi cinta kan?"
(Namakamu) tersenyum simpul dalam dekapan Iqbaal. Setelah beberapa menit pelukan itu melonggar kemudian Iqbaal menghilang dari pandangan (Namakamu).
"Iqbaal, lo dimana?" (Namakamu) kebingungan saat Iqbaal menghilang secara misterius.
"Baal, jangan becanda deh?" (Namakamu) mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Iqbaal tapi tetap tidak ada.
Setelah mencari ke segala arah Iqbaal tak kunjung ditemukan artinya Iqbaal benar-benar menghilang dan (Namakamu) hanya bisa terduduk diam di lantai. Apakah tadi sebuah perpisahan antara dirinya dan Iqbaal? tapi kenapa harus buru-buru padahal (Namakamu) belum menuturkan apa yang selama ini ia rasakan saat bersama Iqbaal dan sekarang ia harus kehilangannya tanpa bisa dicegah.
"Iqbaal, gue harus cari lo kemana?" lirih (Namakamu) matanya memanas.
Tidak (Namakamu), tidak boleh menangis mungkin saja ini jalan terbaik dan mungkin juga Iqbaal menghilang dalam sekejap adalah ulah dari Alwan atau ibunya. Iya, (Namakamu) sangat yakin juga akan mengikhlaskan Iqbaal pulang ke kerajaan dan bukannya hal ini harapan (Namakamu) dari lama agar Iqbaal tak lagi ada di bumi.
(Namakamu) menyeka air matanya berlari kecil ke arah pintu belakang namun saat membukanya, pintu itu sudah berubah menjadi halaman biasa bukan lagi menuju kerajaan Gandara sehingga dugaan (Namakamu) tadi dipastikan benar. Iqbaal telah pulang ke kerajaan dengan memeluknya sebentar sebagai tanda perpisahan.
"Iqbaal, semoga lo bisa jadi pangeran yang baik dan gak bikin masalah lagi." gumam (Namakamu) menutup pintu belakang dengan perasaan berat lalu menahan diri agar air matanya tak lagi berjatuhan.
***
Tamat
..
.
.
.
Tapi boong😁
Masih lanjut kok.
See you next chapter 👋🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...