🐈🐈🐈
Alwan merasa tidak enak karena niatnya hanya membuat pangeran Iqbaal jera bukan terkena hukuman jadi kucing lalu dibuang begitu saja ke bumi. Alwan menyesal telah bercerita kepada ibunya agar memberi dirinya saran bagaimana merubah pangeran Iqbaal menjadi lebih baik namun akhirnya malah lebih buruk. Ia yakin pangeran Iqbaal akan membencinya bahkan enggan mengakui dirinya saudara lagi.
"Kamu kenapa melamun, putraku?" tanya Rinke khawatir mengelus rambut putranya lembut.
Alwan menoleh sejenak kemudian tertunduk lesu. "Aku hanya merasa bersalah telah memberitahu ayah tentang pangeran Iqbaal."
Rinke menggeleng tidak setuju. "Tidak apa-apa, justru kamu bisa mendapatkan gelar pangeran bahkan menggantikan posisi pangeran Iqbaal sebagai raja. Ibu tidak sabar kamu duduk di singgasana." Alwan hanya tersenyum tipis membalas perkataan ibunya.
Sebenarnya ibu Rinke ini adalah ibu kandung Iqbaal namun entah mengapa ia lebih sayang Alwan daripada anaknya sendiri. Alwan memang bersyukur bisa di sayang oleh ibu dari pangeran Iqbaal tapi ia merasa ini terlalu tidak adil bukan untuk Iqbaal. Yang bisa dilakukannya sekarang hanya menurut saja dan jika ibunya itu benar-benar menyalahi aturan, Alwan tidak akan tinggal diam meskipun hukumannya mungkin lebih berat.
****
Di tengah malam Dona ingin minum tapi persediaan air di kamarnya sudah habis, mau tidak mau dirinya harus ke dapur dan melihat seseorang di sana.
"(Nam), kamu lagi ngapain kok belum tidur?" tanya Dona mengambil gelas untuk diisi namun tidak kunjung dijawab.
Suara kucing mengalihkan perhatiannya sehingga seseorang itu bisa pergi dengan cepat sehingga tidak bisa memastikan siapa yang ada di dapur tadi. Ia hanya berpikir bahwa itu halusinasinya saja.
Di Minggu pagi, (Namakamu) masih bergulung di dalam selimut dengan nyaman bahkan mungkin sekarang dirinya sedang berada di alam mimpi.
"Lo ngapain ada dimimpi gue?" tanya (Namakamu) kesal seekor kucing di dunia nyata datang ke dalam mimpi indahnya.
"Saya minta bantuan kamu dan kamu harus bantu saya," mohon si kucing manja membuat (Namakamu) lari ketakutan dalam mimpinya bahkan selimutnya ia genggam erat.
"Gak mauuuu!" teriak (Namakamu) terbangun dengan napas tersengal-sengal. Kucing itu hadir dimimpinya dan meneror minta bantuan.
Meong
"Aaaaa.... ngapain muncul di kamar gue kan udah gue bilang lo diluar aja!" lagi-lagi (Namakamu) berteriak kaget melihat si kucing tengah menatapnya di atas kasur.
"Kan mau minta bantuan," jawab si kucing guling-guling tidak jelas di kasur.
(Namakamu) terbangun dan beranjak dari kasur kesal melihat tingkah si kucing. "Lama-lama lo itu udah kayak hantu muncul dimana-mana tanpa gue undang."
"Kamu bermimpi tentang saya bagaimana kisahnya?" tanya si kucing bahagia masih bersantai dikasur.
"Kepedean, pergi dari kasur mahal gue!" (Namakamu) mengusir paksa si kucing yang menguji kesabarannya.
"Saya lapar," keluh si kucing wajahnya dibuat se-imut mungkin agar (Namakamu) luluh.
"Ya makan lah," balas (Namakamu) tidak peduli bahkan enggan menatap si kucing.
"Kamu tidak mengerti atau bagaimana, saya itu pangeran bukan kucing sungguhan. Mana bisa makan sembarangan," kesal si kucing ngegas.
"Ya gak papa mumpung jadi kucing biar ngerasain gimana rasanya makanan kucing." (Namakamu) memberikan saran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...