🐈🐈🐈
Iqbaal duduk diam di teras rumah (Namakamu) dan masih dalam wujud seekor kucing. Ia merasa sedih saat ini walau masalah (Namakamu) menyukai Alwan sudah dipastikan selesai karena waktu itu Iqbaal mendengar sendiri Alwan tidak akan bisa lagi pergi ke bumi.
Berita itu menenangkan tapi di sekolah ternyata ada masalah lain yaitu Ari. Ari itu lebih berbahaya dibandingkan Alwan meskipun (Namakamu) tidak menyukai Ari sama sekali.
(Namakamu) pulang dan diantar Ari. Iqbaal hanya diam memperhatikan tanpa minat lalu setelah Ari pergi (Namakamu) membuka pintu mengabaikan kehadiran Iqbaal.
"(Nam) kamu lupa siapa saya?" ujar Iqbaal sedih.
(Namakamu) memperhatikan sekeliling namun tidak ada siapa-siapa.
"Kayak suara Iqbaal tapi dimana?" tanya (Namakamu) bingung.
"Disini saya jadi kucing lagi (Namakamu)," jawab Iqbaal setengah berteriak.
"Gue kira lo udah pulang tadi dan kenapa jadi kucing lagi sih?" (Namakamu) duduk di kursi teras.
"Saya merasa tidak berguna lagipula saya sudah tidak semangat lagi," sahut Iqbaal lesu bahkan malah menidurkan dirinya di lantai yang dingin.
(Namakamu) menghela napas. "Katanya mau belajar yang rajin supaya bisa memimpin kerajaan Gandara eh taunya hidup pun gak ada semangat-semangatnya."
Iqbaal tersenyum. "Oh iya, kamu mau menceritakan sesuatu kepada saya, siapa tau saya bisa memberikan saran."
"Gak usah gue lagi kesel. Tadi lo ke sini jalan kaki terus tas lo gimana?" tanya (Namakamu) aneh Iqbaal bisa pulang meskipun berubah wujud menjadi kucing.
"Saya diantar Bella dan Steffi tasnya juga mereka berdua bawa ke sini," jelas Iqbaal memberi tahu.
(Namakamu) hanya ber-oh ria. Ia akan menanyakan sesuatu pada Iqbaal namun ragu menyampaikannya.
"Lo udah tau tentang Alwan yang..."
"Iya saya tau dan ternyata hidup saya terasa sulit tanpa bantuan dia," potong Iqbaal sudah hapal arah pembicaraan (Namakamu).
"Ada yang kangen tapi gengsi."
"Kata siapa? kamu mungkin yang kangen sama dia," Iqbaal tidak terima pun membalikkan fakta.
(Namakamu) mengendik lalu masuk ke dalam rumah daripada menanggapi pertanyaan Iqbaal barusan.
***
Iqbaal mencoba mandiri hingga tawaran (Namakamu) berangkat ke sekolah bersama ditolaknya begitu saja meskipun di dalam hati Iqbaal senang mendengarnya. Ia bertekad menjalani hidup di bumi walaupun tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.
Seperti biasa, tiba di sekolah Iqbaal sudah di sambut tatapan memuja para siswi-siswi yang melihatnya. Iqbaal hanya memberikan senyuman tipis dan reaksinya sungguh luar biasa di mata mereka. Intinya baru dua hari menginjakan kaki di sekolah ia sudah menjadi cowok idaman para cewek di sana.
"Bro, selamat!" kata Bryan merangkul Iqbaal diangguki Aldi.
"Selamat buat apa emang gue lakuin apa?" bingung Iqbaal tak paham.
"Lo berhasil menggeser kepopuleran salah satu cowok di SMA ini," jawab Aldi.
"Dan kita sekarang temenan," ucap Bryan semangat. "Lo sekelas sama (Namakamu)?" tanyanya.
"Iya memang kenapa?" sahut Iqbaal aneh dengan kedua orang cowok sok kenal dan Iqbaal diam-diam membaca name tag di seragam mereka.
"Nanya aja kita anterin lo deh ke kelas," ajak Aldi lalu mereka bertiga berjalan beriringan ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...