11 - Pangeran Kucing

561 83 7
                                    

🐈🐈🐈

Alarm jam berdering berkali-kali tidak membuat (Namakamu) terbangun. Mama dan papanya pergi sejak semalam karena pekerjaan. Untung kamarnya tidak terkunci sehingga memudahkan Iqbaal untuk masuk membangunkan sekaligus sedikit menjahilinya.

Iqbaal melompat ke atas kasur sambil menahan tawa melihat (Namakamu) tertidur pulas. Ia arahkan jari kucingnya agar menggelitik hidung (Namakamu) dan akhirnya (Namakamu) terganggu, mengucek matanya.

"Lo ngapain gangguin gue sih?" kesal (Namakamu) matanya masih terpejam.

"Saya lapar!" rengek Iqbaal.

"Masak aja sendiri, gue males." sahut (Namakamu).

"Tidak berangkat ke sekolah?" tanya Iqbaal penasaran biasanya (Namakamu) selalu bersemangat kalau menyangkut tentang sekolah.

"Males! pokoknya gue malesss!" pekik (Namakamu) mengeratkan selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh.

"Memang apa yang terjadi? kamu bisa menceritakan semua kepada saya." balas Iqbaal serius menunggu (Namakamu) untuk bercerita kepadanya.

"Lo gak perlu tahu!"

"Oke, tapi berita ini harus kamu tahu." kata Iqbaal turun dari kasur memperhatikan (Namakamu) masih bergulung di dalam selimut.

"Apa?" (Namakamu) penasaran juga apa yang Iqbaal ceritakan meskipun matanya enggan terbuka.

"Saya jadi manusia seperti kamu sekarang!" seru Iqbaal berbinar tidak sabar akan reaksi (Namakamu).

"Jangan bohong gue--" (Namakamu) duduk di tepi kasur sambil mengucek matanya lalu terbelalak melihat seseorang di depannya. "Ini Iqbaal si kucing jadi-jadian gak mungkin gue lagi halu." gumamnya masih tidak percaya menepuk-nepuk pipinya.

Iqbaal mendekat. "Ini benar-benar, saya pangeran Iqbaal Galendra Perwira bagaimana saya lebih tampan kan dari Alwan?"

(Namakamu) terkejut Iqbaal bertelanjang dada. "Lo kenapa gak pake baju sih?" protes (Namakamu) melempar selimut supaya Iqbaal menutupi tubuhnya.

"Terus itu gimana caranya lo jadi manis? maksud gue... manusia." ralat (Namakamu) masih takjub Iqbaal seperti cowok di pesta tadi malam. "Ganteng pake banget." batinnya tapi pujian itu segera ditepis dari kepalanya.

Iqbaal tersenyum. "Saya juga tidak tahu. Oh iya, ayo kita sekolah sekarang saya sudah berubah!" ujar Iqbaal tidak sabar ikut dengan (Namakamu) ke sekolah.

"Lo itu aneh tau pengen banget sekolah." (Namakamu) berdiri mencari seragam sekolahnya.

"Supaya saya pintar dan bisa memimpin kerajaan Gandara." jawab Iqbaal serius.

(Namakamu) melirik sebentar ke arah Iqbaal. "Alasan yang masuk akal, tapi gak bisa!"

"Kenapa tidak bisa? saya juga bisa bahasa kamu dengar ya, gue suka sama lo!" ucap Iqbaal memeragakan ala-ala abege jatuh cinta.

"Stop! oke gue percaya, gue ambil dulu baju papah nanti lo pake." balas (Namakamu) pusing dengan tingkah Iqbaal tapi bukannya diam malah melenggang pergi.

"Eh mau kemana?"

"Mandi." jawab Iqbaal bergegas ke kamar mandi sementara (Namakamu) menggeleng atas sikap Iqbaal.

(Namakamu) mengambil kaus  papanya menyimpan di depan pintu kamar mandi lalu dirinya juga bersiap-siap.

"Hey (Nam)!" sapa Iqbaal riang memakai kaus terbalik menghampiri (Namakamu) sedang mempersiapkan sarapan.

Pangeran Kucing [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang