19 - Pangeran Kucing

446 70 4
                                    

🐈🐈🐈

(Namakamu) tidak akan takut lagi pada ancaman Ari begitupun dengan Iqbaal. Mereka berdua datang ke sekolah dengan perasaan santai.

"Sweeti kamu-"

"Lo gak usah ganggu gue, yuk baal!" potong (Namakamu) menoleh pada Iqbaal mengabaikan keberadaan Ari.

Iqbaal mengangguk lalu menarik lengan (Namakamu) supaya berjalan beriringan bersamanya hingga pekikan siswi disana terdengar. Ada yang tak rela ada juga yang harus merelakan kedekatan (Namakamu) dan Iqbaal.

"Gak gini juga kali," lirih (Namakamu) pelan.

"Supaya lebih kelihatan meyakinkan, (Nam)." balas Iqbaal berbisik.

(Namakamu) menghela napas. "Terserah."

Iqbaal bahkan menggenggam tangan (Namakamu) namun tidak mendapatkan protes sehingga ia merasa senang dibuatnya.

"Iqbaal!" Bella memanggil lalu menarik Iqbaal.

Genggaman tangan Iqbaal dan (Namakamu) terlepas begitu saja saat Bella menarik Iqbaal ke bangkunya. Terbesit rasa kecewa di hati (Namakamu) tapi ia berhasil menormalkan wajahnya sehingga terlihat biasa saja.

Iqbaal berbicara dengan Bella sangat asyik sampai mengabaikan kehadiran (Namakamu) dan entah mengapa hal itu membuat (Namakamu) tak suka.

Apakah sekarang dirinya benar-benar menyukai Iqbaal?

"Nggak mungkin!" pekik (Namakamu) hingga membuat semua menoleh termasuk Bella dan Iqbaal.

"Apanya yang gak mungkin?" tanya Bella.

"Nggak mungkin sekarang ulangan." ujar (Namakamu) beralasan.

"Ulangan?" bingung Iqbaal.

(Namakamu) mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu mau kemana?" Iqbaal bertanya.

"Gue mau ke toilet." jawab (Namakamu) jutek dan Iqbaal akan beranjak namun Bella lagi-lagi menahan kepergiannya.

"Iqbaal kamu disini aja." pinta Bella.

Iqbaal sebenarnya tak rela tapi cekalan Bella cukup kuat menahannya untuk mengejar sehingga mau tak mau Iqbaal harus tetap bersama Bella.

(Namakamu) mendengkus kesal Iqbaal tak juga mengejarnya namun saat berbelok sosok Ari muncul dengan senyuman misterius.

(Namakamu) menarik napas dalam-dalam untuk meredam ketakutannya ditambah koridor sepi lalu lalang murid.

"Masih berani sekarang?" tanya Ari tersenyum miring.

"Ma-maksud lo?" gugup (Namakamu) melangkah mundur.

"Kamu gak lupa kan siapa aku?" tanyanya masih melangkah mendekat pada (Namakamu) yang ketakutan.

"Iya gue tau dan sekarang kita putus." ucap (Namakamu) lantang.

Rahang Ari mengeras menandakan ia sedang marah ditambah tangannya yang mengepal kuat siap menghabisi apa saja yang ada di depannya.

Ari memukul dinding tepat di sebelah (Namakamu) napasnya memburu.

"Lo gak bisa putusin gue (Namakamu) Utami!" sentak Ari geram.

(Namakamu) meneguk ludahnya seram melihat Ari dalam keadaaan emosi seperti saat ini. Tapi mau bagaimana lagi (Namakamu) muak jika terus berpacaran dengan Ari tanpa rasa suka sama sekali dan itu rasanya aneh bahkan tidak bisa disebut pacaran.

Iqbaal merasa khawatir (Namakamu) tak juga muncul tapi Bella terus saja menghalanginya atau Iqbaal berubah saja menjadi seekor kucing di depan Bella supaya terlepas.

Ide yang bagus namun cukup beresiko.

"Gue mau ke toilet." ucap Iqbaal.

"Toilet? kamu bohong pasti mau nemuin (Namakamu) kan?" selidik Bella.

Untungnya Steffi datang di waktu yang tepat.

"Bella gue punya berita baru." seru Steffi semangat.

"Apa?" tanya Bella penasaran namun tangannya tak lepas dari lengan Iqbaal.

"Itu Iqbaal kenapa lo pegangin? ini pembicaraan khusus cewek." peringat Steffi.

"Gak bisa Iqbaal harus disini sama gue." kekeuh Bella.

"Yaudah gak jadi kalau gitu." kata Steffi memilih duduk di bangkunya.

"Gue mau ke toilet." sahut Iqbaal.

"Bella kok tega sih biarin dong Iqbaal-nya ke toilet." ujar Steffi kasihan.

Akhirnya bujukan Steffi berhasil membuat Bella membiarkan Iqbaal pergi. Dengan langkah tergesa Iqbaal menuju toilet sesuai (Namakamu) ucapkan dan Iqbaal lihat Ari sedang mencengkram dagu (Namakamu) cukup kuat.

Iqbaal mendorong Ari ke samping sampai terjerembab. (Namakamu) cepat-cepat bersembunyi di belakang tubuh Iqbaal.

"Lo jangan kasar-kasar sama cewek." ujar Iqbaal kesal.

Ari mendorong Iqbaal. "Ini urusan gue ngapain lo ikut campur?" tantangnya emosi.

Iqbaal notabene belum terlalu mahir bela diri memberanikan maju menantang Ari. (Namakamu) sempat mencegah dengan memegang tangan Iqbaal tapi Iqbaal mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja setelahnya.

Saat bogeman Ari akan meluncur pada rahang Iqbaal seseorang berdehem membuat Ari menghentikan aksinya.

"Mau ngapain kamu?" tegur pak Gara–guru tergalak di SMA.

Ari langsung kabur membuat guru itu tersenyum puas seketika berubah menjadi Alwan.

"Alwan!" panggil (Namakamu) tak percaya dan langsung berhambur memeluk Alwan sementara Iqbaal terpaku melihat kejadian ini. Apakah Alwan seorang pahlawan bagi (Namakamu) daripada Iqbaal?

Mengapa Iqbaal selalu kalah dalam mendapatkan perhatian (Namakamu) jika dibanding Alwan?

Iqbaal mundur perlahan membiarkan keduanya melepas rindu lalu berubah menjadi seekor kucing berlari sekencang-kencangnya tanpa arah tujuan.

****

Halo hai! update lagi nih!

Maaf ya lama biasanya tiga hari sekali atau empat hari sekali, ini malah berapa hari jedanya wkwkwk

Aku lagi sibuk sedikit tapi aku usahain buat next kok

Makasih ya udah vote, komentar apalagi nungguin cerita ini update

Jangan lupa vote dan komentar lagi supaya aku lebih semangat

See you next chapter 👋

Pangeran Kucing [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang