🐈🐈🐈
Butuh tenaga ekstra agar Bella benar-benar mau pulang ke rumahnya. (Namakamu), Steffi dan Iqbaal sampai pusing membujuknya.
"Baal gue pulang ya!" pamit (Namakamu) mengambil tasnya di kursi.
"Kamu tidak menginap disini dulu? saya bosan sendirian." ujar Iqbaal tidak rela (Namakamu) pulang.
(Namakamu) tersenyum tipis. "Takutnya mama sama papa gue khawatir dirumah. Anaknya gak pulang jadi lo baik-baik di rumah ini bye!" (Namakamu) benar-benar pergi melambaikan tangannya pada Iqbaal.
Iqbaal mencebik kesal tapi mau bagaimana lagi kemauan (Namakamu) itu sulit di cegah walau Iqbaal sudah memaksa.
Iqbaal merasa kesepian di rumah ini entah apa yang harus dilakukannya sekarang. Kalau di istana pasti ada pengawal yang akan menemaninya atau mengerjai Alwan sampai kebingungan akan tingkahnya.
Kesenangan itu lenyap begitu saja saat ia memberitahu Alwan soal bumi. Alwan dengan tiba-tiba memberitahu Ayahnya sekaligus raja Gandara di depan matanya hingga Iqbaal dikutuk jadi kucing lalu dibuang begitu saja sampai rakyat Gandara dihilangkan ingatan tentang dirinya. Alwan benar-benar tidak bisa dipercaya dan Iqbaal benci hal itu.
"Jangan memikirkan soal kerajaan Gandara lagi sekarang kamu di bumi dan sewaktu-waktu bisa jadi seekor kucing jadi nikmati saja kalau bisa lupakan kerajaan itu." gumam Iqbaal menyemangati dirinya lalu tidur di kasur sambil memandang langit-langit kamarnya. Lama-kelamaan matanya terasa berat hingga ia terlelap tidur.
"Tumben kamu pulangnya agak malem?" tanya Dona memberikan nasi pada Vito.
"Iya biasanya sore udah stay di depan ruang tamu sambil liatin tv." lanjut Vito memasang putrinya.
(Namakamu) tersenyum. "Ketemu temen-temen terus ngobrol-ngobrol jadi lupa waktu deh." ucapnya membuat kedua orangtuanya menggeleng pelan.
Setelah makan malam (Namakamu) baru ingat pada Iqbaal.
Apakah pangeran kucing itu sudah makan?
Seingatnya Iqbaal tidak bisa masak lalu siapa yang memberinya makan atau minimal Iqbaal beli keluar.
(Namakamu) menepuk jidatnya.
Iqbaal kan gak punya uang," rutuk (Namakamu) bingung kalau kerumahnya Iqbaal malam-malam begini takut ada sesuatu dijalan tapi Iqbaal belum makan (Namakamu) jadi tidak tega untuk berkunjung sebentar sambil mengantarkan makanan.Alhasil (Namakamu) mengendap-endap ke dapur mengambil makanan dan perlahan membuka pintu yang terkunci.
"Kok gue berasa berperan jadi maling ya?" gumam (Namakamu) heran sendiri.
Bersama terbukanya kunci suara deheman mengagetkan (Namakamu). Ia melirik ke belakang sudah ada papahnya memperhatikannya.
"Eh papah." (Namakamu) menampilkan senyuman pada papahnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Vito curiga.
(Namakamu) menggeleng cepat. "Nggak! (Namakamu) gak kemana-mana kok, pintunya gak ke kunci jadi (Namakamu) mau kunciin gitu." ujarnya beralasan.
Sudah mirip maling yang ketahuan begitulah nasib (Namakamu) sekarang.
"Itu ngapain bawa-bawa rantang segala?" Vito memperhatikan rantang yang (Namakamu) pegang.
(Namakamu) bingung tidak ada ide melintas ajaib di kepalanya.
"Itu..." (Namakamu) bingung.
"Kamu dari tadi jawabnya itu-itu melulu memang ada apa sih?" Vito kembali bertanya putrinya terlihat aneh.
"Nggak ada pah, (Namakamu) mau ke kamar dadah!" pamit (Namakamu) pergi begitu saja.
Buru-buru mengunci kamarnya sebelum sang papa menanyakan lebih jauh lagi.
Dan sekarang bagaimana nasib Iqbaal di sana?
Ponsel tidak punya
Uang apalagi
Makanan entahlah (Namakamu) kurang tahu."Semoga ada makanan sisa di sana jangan sampe dia nahan lapar." ungkap (Namakamu) khawatir jika Iqbaal kelaparan tapi tidak ada yang menolongnya.
***
Iqbaal baru saja bangun tidur sudah mencium aroma masakan enak dari dapur. Setelah cuci muka dan gosok gigi ia datang ke sana menemukan (Namakamu) sedang memasak menggunakan celemek bergambar wajahnya.
Iqbaal terkekeh kecil memerhatikan (Namakamu) lalu mendekat melihat apa yang dimasak.
"Masak apa?" tanya Iqbaal tiba-tiba.
(Namakamu) berdecak kesal untung spatula di tangannya tidak refleks memukul kepala Iqbaal.
"Baju kamu lucu gambar muka saya darimana kamu dapat itu?" tanya Iqbaal.
"Ini celemek gue pesen di online shop kemarin eh jadinya cepet ya gue pake. Sana jangan deket-deket! gue lagi masak." usir (Namakamu) agar Iqbaal menjauh.
"Saya mau bantu kamu, apa yang harus saya lakukan?" Iqbaal siap mendengar apa yang harus dilakukan sesuai instruksi (Namakamu).
"Gak perlu! nanti kalau masakan gue gagal gimana nanti lo gak jadi makan Iqbaal." tolak (Namakamu) mengajak Iqbaal agar duduk dengan manis saja.
"Oke saya tunggu tapi jangan lama-lama ya!"
"Iya,"
(Namakamu) selesai memasak memberikan hasil percobaan masakan spesialnya pada Iqbaal yang disambut senang dari Iqbaal.
"Kalau gak enak jujur!" kata (Namakamu) memberikan satu porsi makanan untuk Iqbaal.
"Masakan..." baru saja Iqbaal akan memuji (Namakamu) cepat memotong ucapannya.
"Gue tau lo mau puji gue tapi makan aja sekarang?" titahnya.
Iqbaal mengangguk lalu menyendok makanan ke mulutnya.
Satu kunyahan, lima kunyahan, Iqbaal masih belum bersuara membuat (Namakamu) bertanya-tanya seperti apa rasanya ditambah ekspresi Iqbaal yang datar-datar saja membuat (Namakamu) semakin penasaran.
"Gimana rasanya?" (Namakamu) bertanya mengenai masakannya.
"Ini enak tapi..." Iqbaal menggantung upacaranya.
"Tapi apa?"
"Kurang banyak hehe." cengir Iqbaal. "Kamu mau?" tanyanya memberikan satu sendok di depan wajah (Namakamu).
(Namakamu) menerima suapan dari sendok yang Iqbaal tawarkan. Ia tersenyum masakannya berhasil. Itung-itung permintaan maaf kemarin malam karena lupa menyiapkan makan malam untuk Iqbaal.
"Baal!" panggil (Namakamu).
Iqbaal menoleh mulutnya masih mengunyah.
"Kamu mau lagi?" tanya Iqbaal.
(Namakamu( menggeleng. "Gue mau kasih ini." memberikan dompet dan hape untuk Iqbaal.
"Benda apa ini apakah bisa dimakan?" tanyanya menatap hape dan dompet dengan bingung.
"Itu hape." jawab (Namakamu).
"Oh saya ingat, lalu yang ini?" Iqbaal memegang benda satunya lagi.
"Dompet."
"Bisa dimakan juga?" tanya Iqbaal polos.
"Dua benda itu bukan makanan hape buat lo komunikasi saat kita jauh kalau dompet isinya ada uang buat lo beli makanan." jelas Namakamu dan Iqbaal mengangguk paham.
****
Update lagi!
Makasih ya buat kamu-kamu kamu yang setia baca dan menunggu cebe ini up 🙏
Jangan lupa vote dan komentar yaaaa
See you next chapter 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...