🐈🐈🐈
Cukup lama (Namakamu) dan Iqbaal berada di rumah pohon. Mulai dari masak-masak hingga menjahili Iqbaal. (Namakamu) terhibur karena Iqbaal tidak bisa melawan sudah pasti tahu kenapa kan sebabnya? Ya, Iqbaal masih dalam wujud seekor kucing.
Sebenarnya (Namakamu) ingin meninggalkan Iqbaal di rumah pohon ini namun hatinya berkata tidak, jadi (Namakamu) mengurungkan niatnya itu.
Seorang laki-laki tampan muncul begitu saja di depan (Namakamu) dan Iqbaal tentu hal itu membuat (Namakamu) syok berat. Kalau tahu begini ia akan dandan yang cantik dulu tadi.
"Pangeran!" panggil seseorang itu lalu membungkuk hormat kepada Iqbaal.
(Namakamu) menyerit bingung sementara Iqbaal enggan menanggapi si laki-laki tampan itu.
"Woy! katanya nama lo ada pangerannya, itu ada yang manggil gak di jawab." sindir (Namakamu) kesal dengan sikap Iqbaal sekarang.
"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Iqbaal ketus.
"Ih kok lo ngomong gitu sih, biar gue aja ganteng eh nama lo siapa? maksud aku, nama kamu siapa?" tanya (Namakamu) ramah membuat Iqbaal jengah melihatnya.
"Saya Alwan Raditya," ujar laki-laki tampan itu sambil tersenyum.
(Namakamu) berusaha tidak menjerit histeris sudah parasnya yang tampan ditambah namanya juga tidak kalah menawan. Benar-benar cowok idaman (Namakamu) selama ini atau ini adalah jawaban dari doa-doa (Namakamu) dan sekarang terkabul jadi nyata?
Iqbaal mengusir (Namakamu) agar meninggalkannya bersama Alwan tentu (Namakamu) protes sehingga Iqbaal meminta Alwan agar membujuknya.
Alwan mengangguk lalu menarik tangan (Namakamu) lembut menuju pintu keluar yang ditarik justru tidak keberatan malah senyam-senyum sendiri.
"Kamu bisa keluar sebentar, saya mau bicara sama pangeran Iqbaal," ujar Alwan ramah dan jangan lupakan setelahnya tersenyum sopan.
(Namakamu) terpesona beberapa saat namun tepukan dibahunya membuatnya sadar. "Kenapa tidak bicara sama aku aja, dia kan gak mau nanti..."
Alwan menggeleng. "Saya sudah biasa dengan sikapnya, kamu bisa keluar sebentar."
"Oke tapi..." baru saja akan melancarkan aksi berkenalan teriakan Iqbaal membuat Alwan meninggalkan (Namakamu) begitu saja.
Dengan terpaksa (Namakamu) keluar dari rumah pohon. Diam-diam Iqbaal memerhatikan Alwan membujuk (Namakamu) hingga menurut dan Iqbaal sudah tidak tahan melihat Alwan berada di bumi.
Daripada semakin kesal diusir dari rumah pohonnya sendiri (Namakamu) pergi ke warung untuk membeli es krim. Itung-itung pikiran beserta hatinya berubah dingin, sekalian ingin mewujudkan salah satu impiannya.
"Bagaimana kabarmu pangeran? aku minta maaf aku---" Alwan langsung bicara to the point.
"Sudahlah, memang maaf mu itu bisa membuat saya jadi kembali seperti sediakala tidak kan!" potong Iqbaal kesal dengan dirinya yang masih dalam wujud seekor kucing.
"Aku menyesal." ucap Alwan menunduk.
"Langsung aja, apa tujuan lo datang kesini? gue males liat wajah lo bawaannya pengen nyakar." balas Iqbaal kesal.
"Aku ke sini ingin memberikan ini." kata Alwan memberikan sebuah kotak berisi jelly hitam berbentuk bulat mirip boba kekinian.
"Gue disini bisa makan jadi lo gak perlu repot-repot." tolak Iqbaal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...