🐈🐈🐈
Menunggu (Namakamu) pulang membuat Iqbaal bosan. Apalagi perutnya kembali lapar namun tidak ada siapapun di rumah. (Namakamu) hanya menyisakan makanan sedikit di piring seharusnya lebih banyak supaya Iqbaal kenyang lebih lama.
(Namakamu) biasanya akan mampir dulu ke rumah pohon bersama Steffi dan Bella tapi entah kenapa ia malas jadi langsung pulang saja.
"Saya ingin bicara denganmu apa bisa?" tanya Alwan tiba-tiba.
Untung (Namakamu) tidak memiliki riwayat penyakit jantung sampai kejang-kejang di tempat. Alwan Raditya muncul tepat di depannya. Haruskah (Namakamu) jawab atau diamkan saja supaya dia sedikit merayunya?
"Apa bisa?" Alwan masih menunggu jawaban (Namakamu) yang diam saja.
"Bisa," jawab (Namakamu) cepat karena kesempatan langka ngobrol dengan Alwan tanpa gangguan.
Alwan tersenyum sopan lalu menggenggam tangan (Namakamu) dan seketika sudah sampai di dalam rumah pohon. Bingung campur senang menjadi satu di dalam hati (Namakamu) saat ini.
"M-mau ngapain disini?" tanya (Namakamu) gugup.
"Kok gue gugup gini sih? gak boleh mikirin aneh-aneh, (Nam)," ucap (Namakamu) dalam hati sambil menggeleng agar tidak berpikiran macam-macam.
"Apakah kamu tidak suka aku ajak ke sini?" tanya Alwan khawatir.
(Namakamu) tersenyum. "Suka, emang mau ngobrol tentang apa? tentang kita," balas (Namakamu) malu-malu.
Alwan kembali tersenyum menanggapi membuat jantung (Namakamu) dag-dig-dug. Alwan memang bisa membuat (Namakamu) jatuh cinta dan selalu saja ucapan (Namakamu) di balas dengan senyuman manisnya.
"Saya mau menyampaikan sesuatu yang penting tentang pangeran Iqbaal." Alwan mulai menjelaskan tujuannya.
Perlahan senyuman (Namakamu) memudar. Tadinya antusias ingin mendengar berubah menjadi malas apalagi membahas Iqbaal.
"Kenapa memang dengan si Iqbaal?" tanya (Namakamu) malas.
"Sebelum ingatan saya hilang--"
"Kamu mau lupain aku? padahal kita baru ketemu lho," potong (Namakamu) tidak terima.
"Begini saya mau menyampaikan apa yang terjadi di kerajaan Gandara." jelas Alwan membuat (Namakamu) bernapas lega.
"Gandara kan nama kerajaan yang Iqbaal sebut," pikir (Namakamu). "Kenapa ke aku bukan ke Iqbaal langsung." tanyanya heran.
"Iqbaal akan marah-marah dan mungkin dia melakukan sesuatu hingga mempersulit keadaan," jawab Alwan raut wajahnya berubah sendu.
"Iya juga sih, aku juga kesel sama dia. Tiap hari ditagih minta tolong kayak lagi nagih hutang eh gimana caranya supaya dia berubah jadi pangeran lagi aku pusing tau ditanyain terus," keluh (Namakamu) panjang lebar.
"Kamu memang gadis terpilih oleh pangeran." Alwan menepuk pundak (Namakamu) lalu tersenyum.
"Nggak mungkin ini pasti salah. Siapa tau orang lain," kilah (Namakamu) kurang setuju.
"Tidak ini benar kamu memang gadis yang terpilih dan bisa membantu pangeran menjadi lebih baik," ujar Alwan yakin.
(Namakamu) menghela napas berusaha tenang dan menerima hal yang terjadi. Iqbaal dan dirinya itu seperti ayam dan musang.
"Kamu harus bantu dia." Alwan kembali bersuara dan hanya dibalas deheman singkat.
"Kok jawabnya gitu, kamu tidak suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...