🐈🐈🐈
(Namakamu) mengirim pesan pada kedua orangtuanya akan menginap di rumah pohon. Ia kesal tapi kesal pada siapa? Ingin marah juga marah pada siapa?
Kenapa perasaannya aneh begini?
Adakah yang mau menjawab atas segala keresahan yang (Namakamu) rasakan saat ini?
Curhat kepada Bella atau Steffi bukan ide yang baik soalnya bukan memberikan solusi malah mentertawakan dirinya dan mungkin menjadikan (Namakamu) objek candaan keduanya.
(Namakamu) melemparkan sebuah kotak terkena tepat di pintu belakang rumah pohon namun berbunyi aneh. Ia penasaran mendekati pintu itu lalu membukanya. Kabut putih tebal menjadi hal pertama yang (Namakamu) lihat dengan hati-hati ia melangkah maju menjauhi pintu itu.
"Ini dimana sih? atau ini asap kebakaran tapi aneh gue gak sesak napas." heran (Namakamu).
(Namakamu) terus saja berjalan hingga sebuah cahaya menyilaukan matanya bersinar hingga (Namakamu) terpejam sesaat.
"(Namakamu)!" kaget Iqbaal dan Alwan bersamaan.
"Lo siapa? penculik." tanya (Namakamu) kaget dengan kemunculan Alwan. "Tapi penculik ganteng mana ada?" lanjutnya dalam hati.
"Lo siapa?" tanya (Namakamu) masih galak.
"Bagaimana pangeran?" Alwan menoleh pada Iqbaal.
"Buat dia mengingat semuanya." jawab Iqbaal.
"Tapi..."
"Eh kucing itu bisa ngomong? astaga... ini kalau dibikin konten bakalan viral dan gue terkenal di seluruh dunia." potong (Namakamu) takjub kemudian merogoh saku mencari handphone tapi lupa dibawa membuatnya berdecak kesal. "Gue lupa bawa handphone lagi. Eh Lo punya hape? gue pinjem bentar buat rekam itu kucing, tenang keuntungan dibagi dua,"
"Periksa taman belakang!" kata Ratu memerintah.
"Baik Ratu!" pengawal itu segera melakukan tugasnya.
"Ayo kita pergi!" Alwan menarik (Namakamu) tanpa ancang-ancang sementara Iqbaal sudah berlari paling depan.
"Kemana? eh jangan pegang pegang tangan gue woy kita belum kenal ini." ucap (Namakamu) tidak terima ditarik paksa.
Alwan kemudian menundukkan (Namakamu) supaya bersembunyi di gudang penyimpanan makanan istana.
"Gue..." (Namakamu) akan bicara dengan cepat Alwan membungkam mulutnya begitu suara derap langkah datang mendekat.
"Aman!" ucap pengawal itu berlanjut memeriksa tempat yang lain.
Alwan menghela napas legah.
"Lo pencuri? disini eh pe..." lagi-lagi mulut (Namakamu) dibekap kembali oleh Alwan.
"Sstt kamu jangan berisik nanti ketahuan." ujar Alwan memeringatkan dan belum melepaskan tangan di mulut (Namakamu).
"Iya (Namakamu) jangan banyak bicara!" tambah Iqbaal sedikit kesal. Iya, kesal melihat Alwan berdekatan dengan (Namakamu).
(Namakamu) menghempaskan tangan Alwan dari mulutnya secara paksa, "eh lo kucing bisa ngomong bilangin sama majikan lo jangan bekap mulut orang cantik sembarangan gimana kalau mulut seksi gue panuan kan..."
"Diam saya yakin kamu bisa diam walau sebentar." potong Alwan.
(Namakamu) cemberut mulutnya komat-kamit mengeluarkan sumpah serapah. Nyasar di istana tapi kelakuan seperti habis mencuri padahal (Namakamu) kan baru datang.
"Apa sekarang dia..." Alwan kembali bicara.
"Jangan Alwan! biar saja dia tidak mengenal siapa kita." sela Iqbaal memperingatkan.
(Namakamu) menatap Alwan dan kucing bergantian. "Kalian berdua ngomongin gue? dan lo kucing darimana lo tau nama gue oh atau jangan-jangan lo itu kucing mata-mata hah, hayo ngaku?" ucap (Namakamu) curiga. "Lo juga awan, gue pengen pulang ngapain sih sembunyi-sembunyi segala? kalau melakukan kejahatan jangan ngajak ngajak gue."
"Ayo pegang tanganku!" pinta Alwan.
(Namakamu) melirik sebentar tangan Alwan lalu berujar. "Ogah!" katanya jual mahal dikit sebenarnya mau banget. Tak juga membalas pegangan tangan yang diberikan (Namakamu) kembali dibuat kesal karena Alwan cepat-cepat memegang tangan (Namakamu).
(Namakamu) melotot marah. "Lo ngeselin dan pemaksa banget jadi orang."
"Sekarang kamu boleh pergi." kata Alwan.
"Kemana?" tanya (Namakamu).
"Lurus saja."
(Namakamu) melipat kedua tangannya. "No way!"
"Kamu harus segera pergi!" suruh Alwan.
"Gak mau! lagian disini kerajaan kan jadi gue mau ketemu ratu terus dijamu makanan mewah ayo anterin gue!" tolak (Namakamu) malah ingin kembali melihat-lihat kerajaan.
Alwan kembali menarik tangan (Namakamu). "Sekarang tidak bisa kamu harus segera pergi." suruh Alwan.
"Iya (Namakamu) pergilah sebelum ada yang melihat keberadaanmu nanti masalahnya semakin rumit." tambah Iqbaal akhirnya bersuara sedari tadi terlihat kesal.
(Namakamu) tetap tidak mau pergi walaupun dibujuk Alwan dan Iqbaal. Dengan terpaksa Iqbaal dan Alwan pergi bersama-sama ke kabut putih laku sampai di kamar (Namakamu).
"Kok gue disini lagi sih? mana istananya pasti gara-gara kalian berdua kan gue balik lagi ke sini." protes (Namakamu) tidak terima.
"Pangeran kita harus mengembalikan ingatan (Namakamu) sebelum dia berpikir yang tidak-tidak." ujar Alwan pada Iqbaal.
"Gue dari awal liat kalian berdua udah mikirin yang nggak-nggak jadi gak perlu kalian dibalik-balik ingatan gue." sinis (Namakamu).
Alwan mengarahkan tangannya kepada (Namakamu) membuat (Namakamu) terkesiap mengambil bantal untuk menutupi wajahnya.
"Jangan sihir gue woy!" balas (Namakamu).
"Diamlah (Namakamu)!" peringat Iqbaal.
"Lo yang diam kucing dari tadi kebalik harusnya yang memberi perintah tuh cowok sihir itu kalau lo nurutin aja maunya dia aneh banget sih kalian berdua." heran (Namakamu).
"Sepertinya kekuatanku melemah." Alwan merasakan kekuatannya tak lagi seperti awal.
(Namakamu) tertawa. "Makannya charger dulu sana!" lalu meninggalkan Iqbaal dan Alwan di kamar. Seram juga berada lama-lama di dekat kucing bisa ngomong dan tuannya punya kekuatan sihir.
****
Halo readers masih setia kan nunggu cb ini up?
Menurut kalian cerita ini gimana? ngebosenin atau distop aja
Jangan lupa komentar dan vote ya
See you next chapter 👋🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...