Part spesial IQ(NAM)💕
Siap buat baca?
Go!
🐈🐈🐈
"IQBAAL!"teriak (Namakamu) terbangun mencari-cari keberadaan Iqbaal yang ternyata masih tidur pulas di atas sofa lalu dengan segera (Namakamu) menghampirinya.
"Kenapa lo jahat sama gue?" ucap (Namakamu) hampir menangis.
Iqbaal terbangun dan terkejut oleh kehadiran (Namakamu) tepat di depan wajahnya. "Kamu sudah mengingat saya?" tanyanya.
"Jangan pernah ninggalin gue." kata (Namakamu) memeluk Iqbaal walau masih dalam bentuk seekor kucing.
"Iya saya ada disini bersama kamu." balas Iqbaal tersenyum.
Dari kejauhan Alwan tersenyum tipis lalu memilih pergi. Ia akan menyusun rencana untuk mengubah sang Ayah yang sudah ditemukan keberadaannya oleh seseorang yang Alwan percaya. Ia juga sudah berpikir akan mengabaikan perintah dari sang Ibunda agar memisahkan (Namakamu) dari Iqbaal. Ia lebih senang Iqbaal merasakan kebahagiaan tanpa peduli kalau sang Ibunda marah kepadanya.
Malam tadi Alwan datang ke kamar (Namakamu) diam-diam hanya untuk membuatnya ingat kembali dengan Iqbaal. Kalau tentang perasaan cinta atau apapun itu, Alwan yakin suatu hari (Namakamu) akan mencintai Iqbaal.
Akhirnya Iqbaal berubah menjadi seorang manusia lagi dengan masih memeluk (Namakamu) tanpa keduanya sadari.
(Namakamu) mengurai pelukannya merasa janggal kemudian mengerjap beberapa kali bermaksud memperjelas penglihatannya karena di depannya saat ini bukan seekor kucing lagi melainkan sosok manusia tampan.
"Kenapa (Namakamu)?" tanya Iqbaal heran.
"Lo Iqbaal?" (Namakamu) bertanya sambil menunjuk wajah Iqbaal.
Iqbaal mengangguk. "Iya saya Iqbaal, pangeran kucing."
(Namakamu) kembali menghambur memeluk Iqbaal erat sementara Iqbaal membalas pelukan dari (Namakamu) dengan senang hati.
"Lo jadi manusia Iqbaal! Lo ... gue seneng banget!" ucap (Namakamu) bersyukur dan kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan kegembiraannya.
"Benarkah? tapi saya tidak merasakan apa-apa." sahut Iqbaal masih memeluk (Namakamu).
(Namakamu) berdecak lalu kembali melepaskan pelukannya memegang tangan Iqbaal dan diarahkan pada si empunya.
"Hah? iya benar saya berubah jadi manusia. (Namakamu), terimakasih!" seru Iqbaal senang dan satu kecupan mendarat manis di pipi kanan (Namakamu) dari Iqbaal yang terlampau senang.
Jangan tanyakan perasaan (Namakamu) pemirsa, rasanya sudah seperti ketiban rejeki nomplok dan beberapa saat ia tak bisa bergerak karena efeknya.
Iqbaal masih tersenyum senang lalu menoleh pada (Namakamu) yang masih terdiam.
"Kamu tidak papa?" tanya Iqbaal.
(Namakamu) menggeleng kecil menyentuh pipi kanannya. Tidak apa-apa bagaimana Iqbaal menciumnya tanpa permisi dan itu tidak baik bagi kesehatan jantung juga jiwa raganya.
"Kalau begitu ayo kita jalan-jalan!" Iqbaal beranjak mengulurkan tangannya pada (Namakamu).
(Namakamu) mendongak. "Kemana?"
"Kemana aja yang penting kita bersama, ayo!" ajak Iqbaal masih mengulurkan tangannya.
(Namakamu) mengangguk kecil menerima uluran tangan Iqbaal kemudian Iqbaal menggenggam tangan (Namakamu) dengan erat. Keduanya pun keluar dari rumah pohon.
----
Ternyata Iqbaal mengajak (Namakamu) ke sebuah kedai ice cream lalu ia menyuruh (Namakamu) agar menunggu sebentar sementara dirinya memesan. Satu menit kemudian Iqbaal datang dengan satu cone eskrim rasa coklat ditangannya.
"Ini!" Iqbaal menyodorkan eskrim yang dibawa kepada (Namakamu).
"Buat gue?"
Iqbaal mengangguk lalu duduk berhadapan dengan (Namakamu).
(Namakamu) menerima dan memakan es krim itu dengan lahap sampai meluber ke mana-mana lalu dengan sigap Iqbaal membersihkan sisa-sisa eskrim yang tertinggal dengan tangannya.
(Namakamu) kembali dibuat mematung oleh tindakan Iqbaal bahkan memakan es krim yang begitu nikmat itu terhenti begitu saja teralihkan dengan wajah Iqbaal yang tersenyum manis ke arahnya.
Kenapa dia jadi semanis ini! jerit (Namakamu) dalam hati masih terpesona oleh Iqbaal.
Iqbaal melambaikan tangan ke depan wajah (Namakamu). "Hey eskrimnya cair tuh!"
(Namakamu) tersentak dan buru-buru menghabiskan eskrimnya.
"Iqbaal ini gue gak lagi mimpi atau ngehalu kan?" tanya (Namakamu) setelah menghabiskan eskrim.
"Tidak." jawab Iqbaal singkat.
"Ini benar-benar Iqbaal Galendra perwira kan?"
"Iya."
"Lo nyata?" lagi-lagi (Namakamu) bertanya.
"Nyata bahkan saya bisa cium kamu sekali lagi dan itu di ..." bisik Iqbaal mendekatkan wajahnya membuat (Namakamu) refleks mendorongnya agar tidak terlalu dekat.
"Ih apaaan sih!" (Namakamu) memalingkan wajahnya ke arah lain.
Iqbaal terkekeh kecil. "Kenapa kamu jadi linglung begitu? ini memang saya Iqbaal."
"Ya siapa tau lo itu hanya bagian dari halusinasi gue." ujar (Namakamu) masih kesal.
"Saya nyata, kamu mau bukti apa biar percaya?" tanya Iqbaal menatap (Namakamu).
"Bentar," (Namakamu) menangkup kedua pipi Iqbaal menggunakan tangannya lalu diperhatikan baik-baik wajah Iqbaal lebih dekat.
"Kumu muu cuum suyu?" (kamu mau cium saya?) Iqbaal mengucapkan tidak jelas tapi (Namakamu) mengerti buru-buru melepaskan.
"Sembarangan! gue cuma periksa keaslian lo dan ternyata gue gak mimpi dan lagi halu." jawab (Namakamu) kesal.
Andai dari awal lo itu manis begini jadi makin cinta deh gue
"Kalau dari awal gak bisa mulai sekarang aja ya." ucap Iqbaal tersenyum.
Dia bisa baca suara hati gue
"Kamu ngomong, (Nam)" Iqbaal memperingatkan.
"Masa sih?" tanya (Namakamu).
"Iya jadi saya mendengarnya."
Malu-malu maluuu!
Ingin rasanya (Namakamu) sembunyi.
"Tidak usah malu, disini cuma ada saya selebihnya sibuk sama kegiatan masing-masing." jawab Iqbaal lagi-lagi seolah tahu apa yang ada dipikiran (Namakamu).
"Stop baal jangan bikin gue malu, ihh!" kata (Namakamu) beranjak pergi meninggalkan Iqbaal sehingga Iqbaal harus mengejarnya.
----
Ada yang baper? atau biasa aja.
Oke jangan lupa untuk vote dan komentar yaaa
See you next chapter 👋🐱
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Kucing [IDR]
Fanfiction[COMPLETED] Ingin berteriak memanggil pertolongan namun suara kucing yang keluar. "Siapapun yang mendengar tolong, aku seorang pangeran, wajahku juga tampan," ucap Iqbaal Galendra Perwira memandang kendaraan asing yang melewatinya. "Suara siapa itu...