12 - Pangeran Kucing

496 68 2
                                    

🐈🐈🐈

(Namakamu) sengaja pulang paling akhir supaya tidak berpapasan dengan Ari bahkan ajakan Bella dan Steffi ditolak begitu saja padahal (Namakamu) lupa bawa ongkos. Tapi tidak masalah (Namakamu) kuat dan ingin cepat-cepat sampai rumah untuk membuat rencana agar Iqbaal bisa masuk sekolah.

(Namakamu) akhirnya berhasil keluar dari kelas tanpa bertemu Ari namun harus kembali kesal karena Ari masih ada di parkiran.

"Kamu lama ngapain aja dikelas?" tanyanya penuh selidik.

"Nulis." jawab (Namakamu) cuek.

"Nulis aja? harusnya kamu bilang sama aku, nanti biar ada yang bantu kamu supaya gak capek-capek nulis kasihan tangan kamu pasti pegel-pegel." ucap Ari meraih tangan (Namakamu) lalu diusapnya pelan.

"Ini cuma nulis bukan angkat besi mana bisa pegel-pegel." batin (Namakamu) kesal.

(Namakamu) melepaskan tangannya dari Ari. "Gue mau ke rumah pohon jadi gak usah nganterin."

"Rumah pohon? Ide yang bagus ayo kesana!" Ari malah bersemangat akan pergi ke tempat itu.

"Nggak! lo pulang duluan aja." tolak (Namakamu).

"Yaudah aku ngikutin kamu aja dari belakang." tawar Ari membuat (Namakamu) berpikir dua kali.

"Sabar, (Nam)!" gumamnya pelan. "Anterin gue pulang!" lanjut (Namakamu) cepat daripada diganggu terus. 

"Gitu dong kan aku makin sayang." balas Ari mempersilahkan (Namakamu) naik ke motornya.

Ari sengaja melambatkan laju motornya supaya bisa berlama-lama dengan (Namakamu) dan  berulangkali juga (Namakamu) protes sehingga kecepatan motor ditambah lagi.

"Pegangan!" teriak Ari karena jalanan cukup ramai.

"Gak denger," jawab (Namakamu).

"Pegangan, sayang!" ulang Ari membuka (Namakamu) menahan malu karena menjadi pusat perhatian orang di jalanan.

"Aduh mendadak mules di depan ada toilet kan?" tanya (Namakamu) mengalihkan pembicaraan. Ari memberhentikan motornya lalu (Namakamu) pergi ke toilet.

Ingin rasanya (Namakamu) melambaikan tangan ke kamera karena belum satu hari menjadi pacar seorang Ari Raihan dirinya sudah menyerah.

Sementara Ari terlihat bahagia hari ini dan hari-hari berikutnya pasti lebih bahagia lagi apalagi bersama (Namakamu). Ia tahu (Namakamu) belum bisa menerimanya sebagai pacar namun perlahan Ari pasti bisa membuat (Namakamu) terbang tinggi lalu dijatuhkan sedalam-dalamnya. Karena seorang Ari Raihan tidak pernah mencintai seorang cewek dengan tulus apalagi melibatkan perasaan.

Alwan masih memikirkan cara agar Iqbaal menjadi semula meskipun selalu saja Iqbaal menolaknya, Alwan tidak peduli yang penting Iqbaal kembali menjadi pangeran lagi di kerajaan Gandara bukan dirinya.

"Alwan putraku, apa yang kamu pikirkan?" tanya Henri melihat putranya merenung di belakang istana.

"Ayah aku baik-baik saja," jawab Alwan tersenyum.

Henri menepuk pundak putranya. "Kamu jangan terlalu memikirkan Iqbaal biarkan saja dia. Oh iya, kata ibumu dia ingin menghilangkan ingatanmu, apa kamu setuju?" tanyanya serius.

"Iya ayah, kalau aku terus menemui pangeran aku akan bernasib sama seperti rakyat Gandara." ujar Alwan sedih.

"Putraku, apakah kamu sangat menyayangi saudara tirimu itu?" tanya Henri lagi.

"Iya ayah, aku sangat menyayanginya. Aku ingin dia sukses menjadi seorang pangeran dan jadi raja bijaksana seperti ayah." kata Alwan jujur. 

Henri tersentuh dengan kata-kata Alwan dan tersenyum bangga padanya. "Kamu sangat baik, tapi Iqbaal itu susah di atur dia selalu berlaku seenaknya. Apa kamu tidak malu punya saudara seperti itu?"

Pangeran Kucing [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang