1

797 52 3
                                    

Aku berjalan agak terburu-buru menuju sekre. Kelas terakhirku sangat mepet dengan jadwal rapat untuk pemilihan ketua baru UKM Fotografi kampus. Hari ini cukup bersejarah, karena pemilihat ketua UKM yang baru menandakan bahwa aku akan lengser dari jabatan ketua divisi--sebuah kesyukuran karena aku mulai sibuk dengan skripsi dan tetekbengeknya.

"Dari kelas?" Seorang pria bertubuh tegap menyapaku, ia cukup tinggi sampai aku harus menengadahkan kepala melihat wajahnya yang tak begitu tampak karena gelapnya koridor kampus.

"Iya, kamu dari mana Mingyu?"

"Abis makan." Jawabnya singkat sembari meraih tote bag-ku yang penuh dengan buku.

Anak itu sangat cekatan, aku sebenarnya tidak nyaman dibantunya, tapi kalau aku marah, Mingyu akan mengomel mengomentari aku yang bisa saja memiliki postur miring sebelah gara-gara membawa tas yang berat minta ampun. Padahal aku hanya membawa buku-buku itu selama semester ini saja untuk keperluan Bab 2 proposalku.

Sejak awal sebenarnya aku tahu itu Mingyu. Ia punya suara yang khas dan tinggi semampai. Lagipula aku sudah mengenalnya sejak 3 tahun yang lalu di UKM Fair kampus.

"Buku ini semua buat apaan, Kak?" Tanyanya sembari membolak-balikkan buku di tengah kegelapan. Aku mendengus, menarik buku itu dari tangannya.

"Untuk proposal. Dua minggu lagi aku sudah harus presentasi." Jawabku sembari memeluk buku itu, hitung-hitung meringankan bawaannya.

Ia menganggukkan kepala sok paham, aku yakin dia belum kepikiran apa itu proposal dan sebagainya. Kelak, semester depan ia akan paham dengan sendirinya.

Kami berjalan beriringan, tidak banyak bicara karena anak itu tampak fokus melihat jalan di tengah penerangan yang minim. Salah satu hal yang ku benci dari kampusku, makanya anak-anak UKM malas nginap di sekre karena untuk keluar saja harus gelap-gelapan.

"Kak," panggil Mingyu pelan.

Aku segera menoleh ke arahnya. Kami bertatapan selama beberapa saat, tatapan yang membuat dadaku berdesir sekejap.

"K-kenapa?" Tanyaku segera mengalihkan pandangan. Aku takut tertabrak tiang atau terjerembab karena kakiku tersangkut oleh batu di lantai koridor.

"Itu, hmm... menurut Kakak aku daftar jadi kadiv hunting aja gantiin dirimu atau gimana?"

Oh. Pertanyaan itu. Setahuku dirinya akan sulit mendaftar jadi kadiv. Bukan tidak bisa, tapi semua senior--termasuk diriku--sudah mem-voting dirinya sebagai calon ketua pilihan selain dua calon yang mendaftar. Agak tidak adil memang, tapi sistem UKM ku memang seperti ini, meski tetap saja hasil akhirnya berdasarkan hasil demokrasi anggota UKM.

Sayangnya aku tidak bisa memberitahukan Mingyu. Ia akan mengelak dan menolak datang ke rapat hari ini kalau ia tahu.

"Terserah kamu aja. Kalau kamu tertarik sama jabatan lain, why not?"

"Tapi rasanya aku mau nerusin mimpi-mimpi divisi kita, Kak." Ujarnya membuatku terharu. Segera ku tepuk punggungnya sembari memuji dirinya yang langsung berlagak songong. Dasar Kim Mingyu.

"Ya, nanti saja dilihat bagaimana." Kataku kemudian berjalan lebih cepat begitu melihat pintu sekre yang terbuka lebar.

Mingyu di belakangku, masih berjalan santai sedangkan aku mulai menyapa anak-anak UKM satu per satu. Ya, aku memang suka SKSD alias Sok Kenal Sok Dekat. Tapi itu pula yang membuatku dijuluki sebagai senior teramah di Klub Fotografi.

Grain [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang