23

100 21 0
                                    

"Kamu pacaran sama Mingyu, Kak?!"

Seungkwan mengacak pinggangnya menahan kesal, tatapan matanya sangat menuduh. Aku melambaikan tangan, menyuruhnya duduk di sampingku yang lagi-lagi tengah berkutat dengan skripsi di ruang tengah. Anak ini, tiba-tiba datang ke rumah tanpa salam, langsung mencak-mencak di hadapanku.

"Nggak. Ceritanya panjang." Kataku berusaha tenang dan tidak menyulut emosinya.

"Nggak gimana?! Teman-temanku liat kalian mesra-mesraan di kampus, lho! Backstreet, ya?!"

Buset. Mentang-mentang pinter nyanyi, Seungkwan nyolot dengan nada tinggi. Aku memijit kening. Sudah pusing dengan data skripsi yang tidak lengkap, aku juga harus berhadapan dengan anak kecil yang keras kepala ini. Lebih baik berhadapan dengan Dino, adik sepupuku yang agak lebih kalem daripada Seungkwan yamg merupakan tetanggaku.

"Duduk, sini! Aku jelasin semuanya!" Seruku gemas sembari menarik tangannya dengan paksa untuk duduk di sampingku. Seungkwan mengerucutkan bibirnya, enggan menolehkan kepalanya padaku.

"Aku hanya pura-pura biar Audrey bisa paham kalau aku sama Jeonghan nggak ada apa-apa."  Kataku pada akhirnya, Seungkwan mendesah, "sampai segitunya?!"

"Mau ga mau." Aku mengedikkan bahu sambil menggaruk kepala. Memang membingungkan, kalau berpura-pura pacaran dengan Seungkwan, Joshua, dan Seungcheol pun tidak mungkin. Mereka mengenal dan dikenal Audrey cukup baik. Hanya Mingyu saja yang tidak dikenal dan kebetulan anak itu bersamaku kemarin.

"Kak, Kakak nggak takut sama peneror itu? Kakak nggak takut si Mingyu makin berharap dan ga bakal ngelepas Kakak?" Seungkwan bertanya bertubi-tubi sembari menatapku khawatir. Aku paham perasaan dia.

"Sampai Audrey balik." Jawabku cepat.

"Kapan?"

"Nggak tahu. Mungkin sampai Jeonghan mau balik?"

Pertanyaanku tidak dapat dijawab. Masalahnya Jeonghan belum memperlihatkan itikad baik untuk kembali. Masalahnya sama Audrey pun belum sepenuhnya selesai meski aku sudah berpura-pura pacaran dengan Mingyu. Sepertinya masalah mereka terlalu kompleks dan Jeonghan tidak bercerita banyak kepadaku. Akhir-akhir ini aku malah merasa Jeonghan sedikit berbeda.

"Kak, I warned you, ya. Mingyu itu suka ngelakuin segala hal seenak jidat. Aku takut kalau kamu malah nggak bisa lepas dari dia." Seungkwan memperingatkan. Aku paham, sangat amat paham karena sudah mengenal Mingyu lebih lebih dulu daripada dirinya.

"Santai. Aku nggak bakal goyah."

"Janji?"

"Eum... janji."

~~~

Seungcheol mendecakkan lidah saat mendengar ceritaku soal Audrey dan Mingyu. Wajahnya asam sekali sampai aku agak merasa takut melihatnya. Joshua yang ada di sampingnya cuma menahan senyum, berbanding terbalik dengan Seungcheol. Dua hal yang tidak disukai Seungcheol terjadi dan ia tampak ingin menguburku hidup-hidup karena keputusanku yang terlalu terburu-buru.

"Kenapa, sih, kamu nggak ikhlas sama dua orang itu?" Tanya Joshua sembari menyeruput minumannya. Kami sedang berada di salah satu gazebo kampus, berbincang setelah bertemu dengan pembimbing masing-masing.

"Dua orang itu nggak bisa dipercaya, Josh. Kamu ga liat si Jeonghan tersiksa mampus? Si Mingyu? Njay, berasa liat dia tebar pesona tiap hari di kampus. Gimana aku mau ikhlas?" Nada Seungcheol terdengar amat kesal. Aku menggulum bibir, tidak tahu harus berkomentar apa.

Joshua menepuk pundak Seungcheol. "Setia kawan banget, keren deh."

"Keren apaan, kampret? Kamu juga ya, Josh, berhenti ngejar cewek ga jelas itu." Kata Seungcheol menepis tangan Joshua dari pundaknya.

Grain [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang