"Kamu lagi deket sama Mingyu?"
Mataku menyipit, menatap sahabatku yang sedang menyantap nasi goreng si kantin. Joshua Hong. Dari mana lagi kabar itu didapatnya? Padahal Joshua orang yang paling nggak update soal gosip kampus, kenapa ia malah mendengar kabar burung tentangku?
"Aku selalu dekat sama anak itu, kok." Kataku sembari menyuapi diriku dengan indomie goreng buatan bu Kantin. Aku berusaha santai meski sebenarnya aku ingin mencak-mencak, mencari siapa pembuat kabar itu.
"Bukan as a junior, more than that. Pacaran?"
Makananku hampir keluar dari mulut, aku tersedak karena pertanyaannya barusan. Aku segera meraih tumblr minumanku, menarik napas pelan-pelan untuk bertanya kepada Joshua. "Kata siapa?"
"Anak-anak UKM rame ngomongin." Jawabnya santai.
UKM yang dimaksud Joshua adalah UKM Radio. Aku memang mengambil dua jenis UKM, Fotografi dan Radio. Dua hal yang aku cintai. Karena anak-anak radio tidak tahu seberapa dekatnya aku dengan Mingyu--termasuk Joshua, mereka jadi berasumsi aneh-aneh. Beda dengan anak Fotografi yang tahu kedekatan kami berdua.
"Katanya ngeliat kamu beberapa waktu yang lalu jalan sambil pegangan tangan di koridor gedung Sekre sama dia." Lanjut Joshua seakan tidak peduli dengan diriku yang tidak punya nafsu makan lagi.
"Ah, itu."
"Beneran pegangan tangan?"
Aku menggaruk tengkukku. Agak malu mengakuinya tapi itu benar jadi aku menganggukkan kepala perlahan.
Joshua membelalakkan mata. "Seriusan?"
"Tapi ga seperti yang kamu kira, Josh!"
Kepala Joshua bergerak ke kiri dan ke kanan. "No. You hate skinship. Kalau kamu sampai pegangan tangan sama dia, there must be something between you and him."
"Nggak, Josh. Trust me! Keadaan koridor gelap and he won't let my hand so what should I do?"
"Ya, minta dia lepasin! Wah... something fishy." Katanya curiga.
Aku ingin tidak mengindahkannya, tapi Joshua tetap menatapku penuh tanya. Ia seakan meminta penjelasanku yang diyakininya sedang berbohong dan tidak jujur soal Mingyu. Well, that night, aku juga berusaha melepaskan tanganku dari genggaman Mingyu. Tapi aku juga salah tidak memintanya melepas genggaman kami.
"Explain to me. How come? Even kalau Jeonghan megang tanganmu, kamu buru-buru teriak dan memarahinya."
"Karena dia punya pacar!" Aku mengelak cepat. Joshua terdiam sesaat, ia tampak sedang berpikir.
"Seungkwan, tetangga kamu! Kamu pasti langsung menarik tanganmu darinya!"
Lidahku tercekat. Seungkwan beda. "Ah anak itu..."
"Kan!"
Aku tetap menggeleng. "Ini case yang beda, Josh. Percaya, deh, aku nggak ada apa-apa sama Mingyu."
"Nggak mau tahu, kalau kamu ga jujur, hubungan kita ga bakal baik-baik saja." Ancam Joshua dengan mata yang menyipit, ia benar-benar serius sepertinya.
"Aku jujur, Josh. Gonna tell you everything." Kataku lirih.
~~~
Aku kangen Jeonghan. Sahabatku yang satu itu tengah berada di benua lain, sedang menunaikan beasiswanya bersama pacarnya. Kenyataannya aku cukup dekat dengan manusia satu itu dan bisa cerita perihal soal apa saja kepadanya. Joshua tipe yang berbeda.
Sejak Jeonghan tidak bisa diganggu--karena ia sangat-sangat sibuk--aku seringnya memendam cerita sendiri. Apalagi aku bukan tipe yang suka bercerita kepada orang lain secara gamblang. Bahkan kepada Seungkwan yang sudah ku anggap adik sendiri.
"Ugh... you looks so ugly." Seungkwan mendesis begitu melihat wajah bantalku.
Sumpah. Anak itu sangat-sangat menyebalkan. Aku baru saja turun dari kamarku menuju dapur untuk sarapan dan Seungkwan tengah duduk di sana mengunyah sereal. Sudah ku bilang, rumahku adalah rumahnya.
"Emak kamu mana?"
"Biasa, lagi gosip." Katanya santai. Aku mengangguk paham, Ibuku dan Ibunya memang satu aliran, senang bergosip apalagi soal tetangga di kompleks rumah kami.
"Kak, aku denger fans-fans Mingyu pada gedek liat Kakak. Hidupmu masih aman, kan?"
Aku memutar kedua bola mataku. "Nggak lagi pengen bercanda." Kataku sebal sembari mengambil kotak sereal dan susu di kulkas.
Seungkwan menggeleng. Ia tampak serius memberitahukan informasi itu sembari mengunyah sereal. "Temanku salah satu fansnya Mingyu, Kak. Mereka bilang kok aku bisa tetanggaan sama kamu. Mereka titip pertanyaan, kalau emang ga ada hati sama Mingyu jangan sok deket sama dia."
"Hidiihhh... Seungkwan, kamu melukai hatiku." Kataku pura-pura cemberut, pada dasarnya aku tidak begitu peduli karena fans-fans Mingyu ini hadir sejak maba masuk.
Dan aku mau lulus sebentar lagi, jadi untuk apa membuat drama kehidupan di kampus ketika drama skripsi lebih menegangkan?
"Maaf, aku sudah bilang, sih, ke mereka kalau Mingyu udah deket sama kamu sejak 3 tahun lalu. Aku juga cerita kalau Kakak mantan kadivnya di UKM Fotografi." Jelasnya membuatku menjentikkan jari.
"Aku cinta padamu Boo Seungkwan."
"Traktir aku dimsum!"
"Tapi boong." Sahutku cepat membuatnya kesal. Aku tertawa lebar dan ikut memakan sereal yang sudah ku racik sedemikian rupa.
"Akhir-akhir ini Mingyu ada hubungin Kakak, nggak?" Tanya Seungkwan lagi dan dari semua topik yang bisa ia tanyakan, ia malah menanyakan pasal Mingyu. I'm so done with Mingyu-Mingyu things tho. Semua orang rame membahasku dengannya like nothing else yang lebih asyik untuk dibahas.
"Nggak. Makanya aku bilang ga usah asumsi ga masuk akal." Jawabku dengan tajam, Seungkwan mengerucutkan bibir.
"Tapi, kan..."
"Nggak ada tapi-tapi. Kamu meragukan kemampuanku sebagai dokter cinta." Sahutku menahan tawa, aslinya aku geli sendiri menyebut diriku sebagai dokter cinta.
"Ih. Aku memang meragukan kemampuanmu, Kak. Kakak nggak peka sama lingkungan Kakak sendiri. Aku yang jarang ketemu saja sekali lihat langsung paham kalau Mingyu punya rasa sama Kakak." Jelasnya dengan raut wajah yang serius. Aku mengedikkan bahu, tidak terlalu mendengarkannya.
Mingyu sudah seperti adikku. Tiga tahun berteman di dunia UKM, menjadi anak buah divisi, kayaknya mau punya rasa saja tidak mungkin. Orang-orang yang tidak tahu bagaimana pikiranku dan Mingyu pasti akan berpikir yang tidak-tidak, seperti Seungkwan yang super sok tahu. Aku yakin, dia ngomong begitu karena pengaruh lingkungannya, siapa lagi kalau bukan teman-temannya yang menyukai Mingyu.
"Kak, pernah kepikiran ga kalau jadian sama Mingyu gimana?"
"IH NGGAK BAKAL!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grain [Complete]
FanfictionCinta itu seperti Grain dalam hasil cetakan kamera analog. Hampir tidak tampak karena berupa partikel kecil yang muncul setelah partikel kimia bereaksi pada cahaya. Sama halnya dengan cinta, yang berasal dari partikel kecil yang saling berkontribusi...