28

113 25 2
                                    

"Nih, makanan dari Mingyu." Aku memberikan sisa makananku tadi dari McD kepada Seungkwan yang sedang selonjoran di karpet ruang tamu. Aku melihat ke dapur, Ibuku dan Ibunya sedang ngobrol entah menggosipkan apa.

"Hah? Ada racunnya, nggak?" Tanya Seungkwan segera ku hadiahkan dengan jitakan manis di kepalanya.

"Dikasih malah ngomongnya gitu!"

"Ya, abis... tumben banget." Keluhnya sembari mengusap titik kepala yang habis ku jitak. Karena nggak enak, aku pun ikut mengelus kepalanya.

"Thanks." Kata Seungkwan mengeluarkan kentang goreng, apple pie, dan ayam goreng dari bungkus makanan itu. Wow, banyak sekali makannya Mingyu. Aku makan satu triple mac saja sudah eneg minta ampun.

Karena ingin selonjoran, aku duduk di samping Seungkwan, memperhatikannya makan dengan penuh khidmat. Aku sudah lama tidak bersosialisasi dengan banyak orang, hidupku hanya untuk skripsi dan aku kangen ngobrol ngalor ngidul dengan tetanggaku ini. Ia memang tetangga yang paling dekat denganku, berbeda dengan Hoshi yang kadang datang hanya ketika ada maunya saja. Seungkwan sadar aku tengah menatapnya dengan mata berbinar, ia melihatku dengan sinis.

"Aku nggak di-prank, kan?" Tanyanya sembari mengunyah makanannya dengan hati-hati.

Aku menggeleng sembari tertawa kecil. "Nggak, makan aja. Serius!"

"Kakak abis diapain Mingyu, deh? Kayak lagi seneng banget." Ujar Seungkwan sewot dengan kedua mata menyipit penasaran menatapku.

"Tahu nggak, pesan teror waktu itu?"

Topikku memang sangat menarik sampai Seungkwan menghentikan kegiatan makannya. Kedua alisnya hampir bertaut, ia menungguku berbicara. Info ini pasti akan membuatnya berteriak senang.

"Aku baru ngelabrak si dalang pesan teror. Sudah ku permalukan dan ternyata kameraku rusak karena dia."

"AAAAAA!!! WHATTT? SEE--"

Aku buru-buru menyumpal mulut Seungkwan dengan Ayam Goreng sebelum Ibu kami menghampiri keributan yang dibuat oleh anak itu. Aku menyuruhnya diam dan tenang, lalu ku lanjutkan ceritaku. "Dia juniorku di UKM Fotografi. Gila, nggak?"

Seungkwan mengangguk, ia tampak sangat excited. "Siapa namanya, Kak?"

"Dila. Kamu tahu?"

Ku pikir Seungkwan akan berseru, tahu siapa pemilik nama itu tapi ia malah menggeleng. Ini memang keajaiban, seorang Seungkwan yang biasanya Mr. Know It All di kampus malah tidak mengenal fans freak Mingyu yang menerorku.

"Kamera Kakak, bagaimana bisa dirusakin sama dia?" Tanyanya sembari melanjutkan makannya. Memang mendengarkan ghibah lebih menyenangkan bersama kudapan, sayangnya aku sudah kenyang dan di sini aku yang bercerita.

"Panjang ceritanya, tapi kalau disingkat, waktu aku pergi hunting sama anak-anak UKM, dia nyenggol aku terus kamera analogku jatuh. Lensanya pecah dan ya, rusak parah." Jelasku sesingkat-singkatnya. Wajah Seungkwan seperti menahan sakit, mungkin ia paham rasanya melihat kamera sendiri jatuh di depan mata.

Dan aku pun bercerita panjang lebar soal asal mula mengapa aku bisa menemukan Dila, tentang Mingyu yang bijak menghakiminya di sekre. Tapi cerita tentang Mingyu yang akan menungguku sampai skripsi ku tahan karena Seungkwan tidak akan suka itu. Ia masih tidak bisa menerima kalau Mingyu menyukaiku.

~~~

"Jeonghan gimana?" Tanyaku pada Joshua yang akhirnya menjawab teleponku setelah aku mencak-mencak di whatsapp-nya. Aku juga menggodanya dengan cerita peneror yang akhirnya ku labrak meski tanpa tamparan dari tanganku.

"Super fine. A lot better." Jawabku dengan nada suara tenang, aku jadi ikut tenang karena aku percaya Joshua tidak akan berbohong padaku soal kondisi Jeonghan. "How was your date?"

"What date?" Tanyaku gusar. Aku jadi kepikiran sama Mingyu yang tadi mengajakku makan McD di parkiran McD. Kocak.

"Sama Mingyu. Anak itu cerita sama Jeonghan, Jeonghan cerita sama aku." Jawab Joshua dengan tawa tertahan. Aku mendesis, kok Mingyu jadi main lapor-lapor, Jeonghan kan bukan Kakaknya apalagi orangtuanya.

"Itu bukan kencan, njir. He just drop me off to home." Elakku kesal.

"But you guys eat together in the car, right? That's cringe but, well, quite funny tho." Kata Joshua sembari tertawa. Aku tahu ia pasti jijik, karena kalau aku ingat pun menggelikan. Like there are stupid people who ate McD at McD's car park. Iya, orang bodohnya aku dan Mingyu.

Aku kesal dan diam lama, membiarkannya tertawa selama beberapa saat. "Hei, Ra. Katanya kamu udah jujur ya soal perasaanmu ke dia?"

"Did he tell you?!"

"Uhum... he told Jeonghan precisely. Everything. He kinda cute tho." Joshua terkekeh, aku yang terlalu shock tidak bisa berkata apa-apa. Hanya satu harapanku, semoga Mingyu tidak bercerita soal kejadian di Vila waktu itu. Kalau iya, mampuslah, dan aku sepertinya akan memutuskan untuk menjauh tanpa perlu mempertimbangkan perasaanku setelah skripsi usai.

"Don't worry, aku dan Jeonghan mau tahu seberapa pantasnya Mingyu untukmu, Ra." Kata Joshua kemudian. Aku menghela napas pelan-pelan, merasa agak lebih tenang karena Joshua tidak menggodaku tentang kejadian di Vila.

"Seungcheol nggak terima, tuh."

"Who says?? Seungcheol terima banget, apalagi pas Mingyu ngirimin McD ke sini. Dia orang yang paling semangat nyuruh Mingyu deketin kamu." Jelas Joshua dan samar-samar aku bisa mendengar Seungcheol berteriak.

"Gila, Ra! Kamu harus nikah sama dia!!"

"SEUNGCHEOL MATA DUITAAN!!"

"SEUNGCHEOL MATA DUITAAN!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Grain [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang