"HEI KALIAN NGAPAIN?"
Aku dan Mingyu segera berbalik melihat pemilik suara yang tengah berdiri di depan pintu masuk rumahku. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya terbelalak. Ingin rasanya ku jitak manusia itu, masuk ke rumah orang nggak pakai permisi segala.
"Ngapain kamu?" Tanyaku menahan kesal.
Tapi dia tidak mengindahkanku. Dengan wajah galak, ia mendekatiku dengan Mingyu sembari mengacak pinggang. "Kalian mau ngapain tadi? Ciuman?"
Sumpah, lagaknya sangat menyebalkan. Aku menepuk jidat. "Nggak mau ngapa-ngapain. Kamunya yang salah angle, Seungkwan."
"Tadi tadi kayak mau ciuman gitu, jangan boong, kak! Nyebut! Nyebut!"
Sebelum ibuku turun ke bawah mendengar keributan yang tak berfaedah ini, aku menyuruhnya menutup mulut. Mingyu di sampingku tampak kesal, ia melirik Seungkwan sinis dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Kalau ciuman emangnya kenapa?" Tanyanya membuatku segera menepuk bahu Mingyu pelan.
Seungkwan murka. Ia mendesis kemudian menarik tanganku menjauh dari Mingyu. "Beneran, Kak?"
Tuh, kan. Mereka seperti Tom and Jerry, selain beradu mulut, mereka juga pernah hampir adu jotos karena masalah yang tidak penting--seperti saat ini. Aku menggelengkan kepala, menarik tanganku yang dipeluk Seungkwan.
"Nggaklah. Yakali." Kataku kembali duduk di tempat semula.
Seungkwan mengerucutkan bibir. Ia ikut duduk di sebelahku sedangkan Mingyu, ku dengar ia mendesah berat. Duduk di antara dua orang yang punya hubungan tidak baik ini membuat diriku tidak nyaman.
"Ini hasil fotomu, Kak?" Tanya Seungkwan yang fokusnya teralihkan ke atas layar laptop. Aku mengangguk, menyerahkan laptopku kepadanya.
Ia melihat-lihat hasil fotoku dengan sangat fokus. Wajahnya makin cemberut begitu menemukan foto Mingyu di sana, banyak sekali.
"Kalian berdua pacaran, ya?"
"Nggak."
"Iya."
Aku menatap Mingyu tidak terima sedangkan Seungkwan, jiwanya seperti mau keluar dari jasadnya. Wajahnya penuh selidik kepada kami. "Yang bener yang mana, nih?"
"Kami nggak pacar--"
"Kalaua pacaran kenapa, sih? Ribet banget da idup lo." Sahut Mingyu membuatku makin stress. Yang bisa ku lakukan hanya duduk sembari memijit kepalaku yang tiba-tiba terasa pusing.
"Ya iyalah. Kalau mau pacaran, lo kudu izin ama gue!"
"Buat apaan? Lo emangnya siapanya dia?" Balas Mingyu dengan nada suara agak meninggi karena Seungkwan yang nyolot.
"Gue adeknya, dari kecil gue udah sama Kak Rana. Mau apa lo? Ya, kan, Kak?" Seungkwan menanyaiku.
Aku mengangguk sekilas, sebelum Mingyu membalasnya, aku mengangkat tangan ke udara. "STOP, YA! Kalau mau berantem mending keluar."
"Ka--"
"KELUAR!!"
~~~
Ibu menggelengkan kepala menatapku tidak percaya. Aku baru saja mengusir dua manusia menyebalkan dari rumah, tapi sebelum dua manusia itu pergi, Ibu sudah turun ke bawah. Menegurku yang tidak sopan dengan tamu--padahal keduanya yang tidak sopan beradu mulut di rumahku.
"Kenapa berantem kamu, Seungkwan?" Tanya Ibuku sembari memegang lengan Seungkwan yang lemas, anak itu takut sama Ibuku sepertinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Grain [Complete]
FanfictionCinta itu seperti Grain dalam hasil cetakan kamera analog. Hampir tidak tampak karena berupa partikel kecil yang muncul setelah partikel kimia bereaksi pada cahaya. Sama halnya dengan cinta, yang berasal dari partikel kecil yang saling berkontribusi...