12

195 90 31
                                    

Mereka bertiga meninggalkan kantin kesekolah. Mereka berniat untuk membolos hari ini.

Tempat tujuan pertama mereka adalah Warung Mbok Sri. Ervin serta dua orang temannya melangkah menuju pintu belakang sekolah. Disana terdapat pintu dari besi yang sangat sempit. Pintu itu selalu terkunci, agar siswa tidak bisa membolos lewat pintu belakang.

Tetapi berbeda dengan Ervin, Verro dan Zidan. Mereka memilih memanjat pohon besar yang terdapat di belakang sekolah. Batang pohon itu menjalar sampai keluar halaman sekolah. Jika mereka berhasil memanjat pohon itu, mereka akan merangkak diatas batang besar. Dan mereka lompat dari sana, pohon itu tidak terlalu tinggi.

Dan, ya! Mereka berhasil loncat dari batang pohon besar tersebut tanpa sepengetahuan guru di sekolahnya. Mereka bertiga mulai berjalan kearah basecamp, karena memang tidak terlalu jauh basecamp dari SMA Galaksi Buana.

Di sana tidak ada yang sedang nongkrong. Hanya ada tiga orang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Ervin, Verro dan Zidan.

Mereka langsung masuk kedalam basecamp karena takut ada yang mengikuti. Disana ada Mbok Sri yang sedang menonton televisi.

"Assalamualaikum mbok!" Salam Ervin kepada Mbok Sri.

"Waalaikumsallam, eh kalian bolos?" Tanya Mbok Sri seraya mengernyitkan alis.

"Iya, habisnya bosen pelajarannya itu-itu ajaa" Kata Ervin sambil memberi cengiran.

Mbok Sri hanya menggelengkan kepala tanda heran dengan mereka bertiga. Disini aturannya sudah berbeda dengan dikantin. Karena warung Mbok Sri ini sudah berada di luar sekolah, jadi tidak akan ada guru yang menyalahkan Mbok Sri. Yang ada para guru akan menyalahkan yang membolos.

Mereka bertiga duduk diatas sofa yang disediakan di warung itu. Ervin teringat dengan gadis yang ia temui tadi. Ia takut jika gadis itu marah.

Tetapi, tidak ada di kamus Ervin kalau Ervin harus menyerah begitu saja. Ia akan berusaha terus untuk mendekati gadis tersebut.

Mereka bertiga tidak ada yang mengeluarkan ponsel. Karena memang sejak dulu, ponsel dilarang dimainkan saat pertemuan geng. Kecuali, sang Ketua sudah memberikan izin kepada anggotanya.

Karena Ervin ingin geng Victory mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi, saling mendengar apa kata teman sendiri dan memperhatikan orang yang sedang berbicara.

Ervin tidak ingin geng nya dianggap sampah dimata orang lain. Mereka hanya menilai geng Victory dari satu sisi tidak dengan sisi yang lain.

Memang geng itu sering tawuran, mulut dari anggota geng tersebut kotor. Tetapi mereka tidak tahu tentang sisi lain geng Victory.

Geng Victory suka membantu orang yang sedang kesusahan, membagikan makanan kepada orang yang membutuhkan,  walaupun itu tidak seberapa.

Mereka semua juga memiliki sopan santun kepada orang yang lebih tua. Mereka tidak takut dengan semua orang entah apa itu, karena sesama manusia tidak perlu saling takut. Hanya saling menghormati, itu sudah cukup. Jika orang lain bisa menghormati mereka, mereka akan memperlakukan orang tersebut selayaknya raja, seperti Mbok Sri.

Ervin berjalan kearah kamar yang berada di basecamp itu, ia mengambil sebuah sleyer berwarna merah. Sleyer tersebut tertera nama Victory yang dijahit.

Sleyer tersebut pemberian dari kakeknya. Benda itu sering dipakai Ervin saat sedang tawuran. Setelah itu, ia tidak pernah mencuci sleyer tersebut melainkan menyimpannya di kamar basecamp.

"Buat apa?" Tanya Zidan saat mengetahui Ervin membawa sleyer merah itu.

"Gapapa, kangen aja" Jawab Ervin.

Different PropertiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang