29

66 22 11
                                    

"Alhamdulilah Verro udah bisa pulang hari ini Buk" ucap sang dokter setelah memeriksa kondisi Verro.

"Alhamdulilah, terimakasih dok" jawab Bu tari. Beliau sangat bahagia mendengar kabar Verro sudah bisa pulang hari ini. Tidak jauh berbeda dengan Tasya. Ia hari ini juga akan pulang kerumahnya.

"Saya permisi dulu Buk," ucap sang dokter.

"Iya Bu, silahkan" pintu tertutup saat dokter itu sudah keluar. Sekarang dalam ruangan hanya ada Bu Tari dan Verro.

"Bu, aku pengen ketemu sama Tasya dulu" kata Verro.

"Iya boleh, ibu anterin ya" jawabnya.

"Iya Bu"

Bu Tari mengambil kursi roda yang berada di pojok ruangan tersebut. Mendorong kursi roda tersebut kearah Verro di atas ranjang.

Verro bangun dengan hati-hati. Kakinya ia arahkan ke arah kursi roda berserta badannya. Setelah merasa sudah duduk diatas kursi roda, dengan peka nya Bu Tari mendorong Verro keruangan Tasya.

"Bu, sampai sini aja. Verro bisa sendiri" ucapnya.

Bu Tari tersenyum simpul "Iya" ia kemudian berbalik menuju ruang Verro untuk membereskan barang-barang yang lain.

Verro membuka pintu ruang inap Tasya dengan hati-hati. Takut jika yang punya terbangun saat ia tidur. Tetapi dugaan nya salah, Tasya sedang membereskan barang-barang nya ke tas yang sempat dibawakan oleh sang pembantu. Ingat pembantu!.

"Eh Verro" kaget Tasya saat menyadari Verro memasuki ruangannya.

Verro tersenyum "Butuh bantuan?" tanya nya.

"Nggak usah, ini mau selesai ko," ucap Tasya dengan senyuman di bibir pink nya.

Verro semakin mendekat kearah Tasya. Ia bisa mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan Tasya. Entah mengapa saat melihat Tasya seperti ini memiliki ciri khas tersendiri untuk Verro.

"Eh, Venta udah ketemu belum?" Tasya membuka suara.

"Nggak tahu, belum ada kabar dari semalam" jawab Verro.

"Gue kasihan, kalau terjadi apa-apa sama Venta gimana? Gue bakalan nggak ada temen lagi" ucap Tasya dengan lengkungan di bibirnya.

"Jangan bilang kaya gitu, nanti juga Venta ketemu kalau yang nyari Ervin, dia nggak bakal kenapa-napa" yakin Verro.

"Tapi dari semalam dia belum juga ketemu. Gue mau bantuin tapi kondisi gue aja kaya gini" titah Tasya sedih.

"Lo bantuin doa aja, yakin aja kalau Venta nggak bakalan kenapa-napa. Oke?"

Tasya mengangguk. Sedikit lega dengan perkataan Verro barusan. Benar juga, jika dia terus berfikiran buruk tentang Venta itu tidak bagus.

Verro mencoba mencari topik pembicaraan lain, agar ruangan ini tidak terlalu sunyi seperti ini. Televisi mati, hanya ada suara barang-barang yang diambil Tasya untuk dipindahkan kedalam tas.

"Nyokap bokap lo dimana Sya?" tanya Verro.

Tasya tersenyum kecut "Gue males buat bahas mereka" jawabnya.

Verro yang mengerti Tasya akhirnya hanya bisa diam. Ia hanya mengamati setiap pergerakan Tasya saat ini. Ingin membuka suara pun, ia takut topik yang dibicarakan salah.

***

Hari ini Ervin memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Ia masih terus melanjutkan mencari keberadaan Venta. Ia khawatir, tidak ada kabar yang menyangkut keberadaan Venta sekarang.

Different PropertiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang