24

102 37 4
                                    

Kok sendirian aja dia?

Temannya pada kemana, kok jalan sendiri?

Nggak ada temen lagi.

Lagi marahan ya?

Begitulah bisikan-bisikan para ciwi-ciwi di sekolahnya. Nadia yang sedang berjalan menuju ke kantin menjadi bahan tontonan semua orang mereka lihat.

Memang terlihat aneh. Biasanya mereka akan berjalan berdampingan bertiga. Tetapi tidak biasanya hanya satu orang yang mereka lihat.

Nadia menulikan pendengarannya, melanjutkan langkah kaki nya menuju kantin sekolah.

Sampai di kantin, Nadia lantas menuju ke salah satu stand Soto. Tak lupa ia juga membelikan roti untuk Tasya dan juga Venta nanti.

Sial!

Batin Venta. Ia bertemu dengan tiga pria most wanted di sekolahnya. Nadia harus siap mendapat pertanyaan dari mereka bertiga. Terutama Ervin.

Dan benar saja, saat mereka berpapasan tubuh Nadia tidak hilang dari tatapan mereka bertiga.

"Venta mana?" tanya Ervin to the point.

"Emm, ada kok dikelas dia" ya, Nadia harus berbohong. Karena ia takut kalau Ervin mengkhawatirkan keadaan Venta.

"Tumben dia nggak ikut ke kantin?" tanya nya penuh selidik.

"Em, gimana ya-"

"Tumben juga Tasya nggak ikut?" kalian pasti tau siapa yang menanyakan Tasya?

"Iya, mereka berdua males" jawab Nadia berbohong.

"Nggak mungkin banget" sergah Ervin.

"Terserah" kata Nadia sembari berjalan meninggalkan mereka bertiga.

Namun, tangan kekar lebih dulu mencegahnya.

"Dimana Venta?" tanya Ervin serius.

"Dia sakit" alhasil, Nadia harus jujur. Karena bagaimanapun juga, ia tidak pandai untuk berbohong.

Mendengar kata sakit, hati Ervin serasa berdisko. Bukan karena senang, melainkan rasa khawatir yang tiba-tiba muncul di benaknya.

"Dia di UKS?" tanya nya lagi.

"Iya" setelah mendengar jawaban dari Nadia, Ervin pun berjalan meninggalkan Nadia, Verro dan juga Zidan yang masih berdiri di sana.

"Tasya juga di sana?" tanya Verro.

"Iya" jawab Nadia sedikit malu.

"Kita duluan, ayo kalau mau ikut!" ajak Zidan.

Nadia pun mengangguk mengiyakan.

Peduli banget- Batin seseorang.

***

Ervin lebih dulu sampai di UKS. Ia lantas membuka pintu dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Setelah pintu terbuka, disana terdapat satu bilik yang tirainya tertutup. Mungkin saja Venta berada di dalam bilik itu.

Ervin mendekati tirai tersebut, sedikit menyibak kain berwarna hijau muda itu. Ia sekarang bisa melihat, dua wanita yang satu sedang duduk dibawah memainkan ponsel dan yang satu tertidur lelap.

Pandangannya mengarah ke wanita yang sedang tertidur diatas brankar. Ia berjalan mendekat kearah brankar yang ditiduri oleh wanita tersebut.

"Eh Erv-" perkataan Tasya terpotong karena Ervin yang menyuruhnya diam. Tasya pun mengangguk dan tersenyum simpul.

Different PropertiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang