Satu minggu sudah Sakura menjalani harinya dengan pengawasan ketat para pengawal sang Ayah. Selama itu pula ia tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk mencari Ruki pun sulit. Ino dan Temari tak bisa membantunya untuk pergi ke apartemen Sasori. Sedangkan Gaara, akhir-akhir ini dia menjadi sibuk dan Sakura tak ingin mengganggunya.
Selain itu, pikiran Sakura juga saat ini sedang terganggu dengan sesuatu. Semenjak berbicara tempo hari, Sasuke tidak pernah lagi menemuinya. Bahkan saat berpapasan pun pria itu tak sedikitpun menatap Sakura. Bukannya berharap, tapi Sakura merasa tak enak mengenai pembicaraan terakhir mereka. Mungkin saja Sasuke bersikap dingin karena tersinggung oleh perkataanya saat itu.
"Atau mungkin saja dia memang tak peduli lagi padamu," respon Ino saat Sakura menceritakan keluh kesahnya. Mereka sedang bersantai di kantin rumah sakit saat ini.
"Kau bilang dia peduli padaku. Lalu sekarang kau berkata begitu!"
"Hey hey, Nona Haruno! Sepertinya kau sangat memikirkan hal itu ..." Ino menopang dagu dan menatap Sakura menyelidik. "Jujur padaku, kau masih menyimpan rasa padanya kan?"
"Kau gila! Aku sudah punya Gaara!" bisik Sakura penuh penekanan.
"Oke, aku sudah muak dengan pola pikir mu, waktunya kau jujur sepenuhnya padaku!" tegas Ino.
"Soal apa?"
"Semuanya!" Ino beranjak dari duduknya. "Hari ini aku menginap di rumahmu."
"Itu ide yang buruk."
"Kurasa Ayahmu tak akan keberatan." Setelah mengatakan itu Ino pun pergi.
Sakura membuang nafasnya berat. Pembicaraannya dengan Ino membuat suasana hatinya semakin buruk.
Sakura pun pergi dari kantin dan menuju ruangan Gaara. Tapi sebelum sampai, ia melihat pria yang dicarinya sedang berjalan terburu-buru bersama beberapa dokter lain. Sepertinya Gaara benar-benar sibuk sampai ia harus melewatkan jam istirahatnya.
Sakura pun memutar arah langkahnya menuju ke lorong lain. Ia menaiki lift dan berjalan menyusuri beberapa ruang rawat. Sakura berhenti di depan salah satu pintu bertulisan 'Ruang Tulip'. Sakura kembali berpikir sebelum akhirnya melangkah masuk. Tapi saat tak mendapatkan orang yang dicarinya, Sakura langsung terdiam.
"Ah, kemana perginya pasien yang menempati ranjang ini?" tanya Sakura pada perawat yang kebetulan ada di sana.
"Oh, Nona Shion sudah di perbolehkan pulang sejak dua hari yang lalu, dokter."
Sakura melongo. "Ah, begitu ya."
'Jadi mereka sudah pergi?' batin Sakura.
"Ada yang bisa saya bantu, dokter?"
"Tidak, terima kasih." Sakura tersenyum lalu pergi dari sana.
Niatnya ingin menemui Sasuke dan meminta maaf berakhir sia-sia. Tapi setelah dipikir kembali, kenapa Sakura harus repot-repot memikirkan pria itu. Mungkin saja dia juga tidak peduli dengan penolakan Sakura tempo hari.
Sakura mengangguk. Dan dia menegaskan pada diri sendiri untuk melupakan semua kejadian bersama Sasuke akhir-akhir ini. Sekarang lebih baik Sakura kembali memikirkan cara agar bisa cepat menemukan Ruki.
🌸🌸🌸🌸🌸
Di luar dugaan Sakura, ternyata sang Ayah menyambut hangat kehadiran sahabatnya di rumah. Ino memang sudah di anggap seperti keluarga sendiri oleh Kizashi dan Mebuki. Bukan hanya karena ia sudah berteman lama dengan Sakura. Tapi juga karena Ayah Ino pernah melakukan kerja sama dengan perusahaan Haruno.
Dan saat ini gadis pirang itu sudah duduk manis di atas ranjang Sakura dengan piyama ungunya. Ino terlihat siap mengintrogasi Sakura dengan bermacam pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again
RomancePertemuan tanpa sengaja dan dalam keadaan yang sama sekali tak terduga ternyata adalah awal dari dibukanya kembali kisah lama yang belum usai. Semenjak berpisah, Sakura maupun Sasuke telah menyusun kembali perasaan masing-masing dengan sedemikian r...