Setelah sampai di tempat tujuan, Sakura segera bersiap untuk mengobati Pein. Tapi tiba-tiba Gaara mengajukan diri untuk melakukannya, dan Sakura pun tak keberatan. Saat ini keempatnya berada di ruang tamu dengan Gaara yang mulai sibuk menjahit luka di perut Pein.
"Terima kasih sudah menolong kami, dan maaf kau jadi terluka begini," ucap Sakura tiba-tiba. Ia merasa tidak enak pada pria itu. Ya, meskipun Sakura membencinya, tapi ia masih punya perasaan.
"Tidak masalah. Lagi pula mana mungkin aku pergi begitu saja saat melihat kalian dalam bahaya,"
Sakura menunduk.
"Oh iya, aku melihat berita baru-baru ini ... apa orang-orang tadi ada hubungannya dengan kejadian kemarin?" tanya Pein.
"Aku tidak tahu," jawab Sakura.
"Kau harus lebih berhati-hati, Sakura."
"Kau tidak perlu repot-repot mengkhawatirkannya. Sakura selalu berada dalam pengawasanku." Gaara berucap dengan nada dingin.
"Ah, tentu saja kau akan menjaganya." Pein tersenyum, lalu ia kembali menatap Sakura yang masih menunduk. "Boleh aku bertanya sesuatu?"
Gaara langsung menatap pria itu, begitupun dengan Sakura.
"Apa kau sangat membenciku? Apa tidak ada maaf untukku, Sakura?"
"Kenapa kau tiba-tiba membahas itu?" Gaara langsung bertanya.
"Karena hanya itu yang berada dalam pikiranku saat ini ... dan juga akan sulit untuk bertemu kalian lagi, jadi aku harus menanyakannya sekarang."
"Aku membawamu kemari karena kau sudah menolong kami. Tapi jangan harap kau akan mendapat lebih dari ini," tegas Gaara. "Ingat apa yang sudah kau lakukan pada Karin-nee!"
Pein diam.
"Hey, apa manusia yang sudah berbuat kesalahan dan menyesalinya tidak berhak dimaafkan?" Teman Pein tiba-tiba berbicara.
"Nagato!" tegur Pein.
"Jangan merasa sempurna, kalian juga pasti pernah berbuat salah dan mengharapkan kesempatan kedua."
Kini giliran Gaara dan Sakura yang terdiam.
"Aku tidak bermaksud membela temanku, tapi sebaiknya kalian pikirkan lagi hal ini."
"Sudahlah, Nagato!" Pein segera bangkit saat Gaara selesai menjahit lukanya. "Lebih baik kita pulang!"
"Luka mu belum selesai diobati," ujar Sakura.
"Tak apa, aku baik-baik saja, terima kasih ... Ayo, Nagato!"
Pein langsung menarik temannya pergi dari rumah itu. Sepeninggalan mereka, suasana menjadi sangat hening.
"Sakura, kau harus mengganti pakaianmu, jika tidak kau akan masuk angin," ucap Gaara tiba-tiba.
"Aku harus menghubungi Otou-san lebih dulu." Sakura membuka tasnya. "Ah, sepertinya ponselku masih di dalam mobil."
"Biar aku yang mengambilnya. Kau ganti pakaian saja. Carilah yang bisa kau gunakan di lemari kamarku." Pria itu langsung beranjak. Tapi saat melihat Sakura masih duduk di tempatnya, ia pun terdiam. "Apa kau ingin aku yang menyiapkan pakaiannya?"
"Tidak perlu ... biar aku sendiri saja." Sakura pun pergi ke kamar Gaara.
Gadis itu berjalan ke arah lemari yang memiliki cermin besar di pintunya. Sesaat ia terdiam melihat pantulan dirinya. Ucapan teman Pein kembali berputar. Jika dipikir, apa yang dikatakannya memang benar. Ia tak bisa terus membenci Pein saat pria itu sudah menyesali perbuatannya. Sakura jadi ingat dengan pesan suara yang dikirim Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again
RomancePertemuan tanpa sengaja dan dalam keadaan yang sama sekali tak terduga ternyata adalah awal dari dibukanya kembali kisah lama yang belum usai. Semenjak berpisah, Sakura maupun Sasuke telah menyusun kembali perasaan masing-masing dengan sedemikian r...