29-Keterangan saksi

671 108 29
                                    

Setelah mendengar ucapan Pein melalui telepon, Sakura pun segera berlari ke kamar Sasori dan mengajaknya untuk pergi. Awalnya pria itu menolak karena dalam keadaan seperti ini sebaiknya gadis itu tetap di rumah. Tapi Sakura terus saja memaksa dan akhirnya Sasori pun menurutinya. Mereka pun pergi tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Dan lagi-lagi agar bisa keluar dari rumah mereka harus membelah kerumunan wartawan. Beruntung Sasori melajukan mobilnya dengan cepat sehingga mereka tak sempat mengejarnya.

"Sebenarnya kita mau kemana?" tanya Sasori yang mengendarai mobil tanpa arah.

"Aku juga bingung," jawab Sakura sembari terus terpaku pada ponselnya. Dia terlihat tidak tenang.

"Sakura, apa yang terjadi?"

"Ah, kita ke kantor polisi lebih dulu. Setidaknya saat dia datang kita ada di sana."

"Dia siapa?" tanya Sasori kesal.

Sakura terdiam sesaat sebelum menjawab, "Pein."

Sasori melirik Adiknya dengan dahi berkerut. "Pein? Kau bertemu lagi dengannya?"

"Hm ... belum lama ini."

"Kenapa kau tak memberitahuku? Apa dia mengganggumu?"

"Tidak ... maksudku awalnya iya. Dia beberapa kali menemui ku dan terus meminta maaf. Tapi aku tak menggubrisnya sama sekali. Sampai akhirnya saat kejadian itu ..." Sakura menghentikan ucapannya.

"Kejadian apa?"

"Sebenarnya saat aku dan Gaara diserang gerombolan orang beberapa hari yang lalu, Pein lah yang sudah menolong kami. Bahkan perutnya sampai terluka dan harus mendapat jahitan."

"Sakura, kenapa kau tak bilang dari awal?"

"Karena aku tahu kau hanya akan tersulut emosi ... dan juga Gaara melarang ku memberitahu kalian."

Sasori berdecak. "Lalu untuk apa kita ke kantor polisi sekarang?"

"Pein baru saja menghubungiku saat di rumah tadi. Dan dia bilang akan menebus semua dosanya dengan cara menyusul Karin-nee ..."

"Maksudmu dia akan bunuh diri?" potong Sasori.

"Entahlah ... tapi ku pikir begitu."

"Kau mempercayainya? Bisa saja dia hanya ingin menarik perhatianmu."

"Tapi masalahnya dia bilang jika dia akan menyusul Karin-nee bersama Gaara."

"Dia sudah gila," geram Sasori.

"Maka dari itu, entah dia sungguh-sungguh atau tidak, lebih baik kita memastikannya bukan?"

Sasori membuang napasnya lelah. "Baiklah."

Dan beberapa menit kemudian mereka pun sampai di tempat tujuan. Tapi sayangnya mereka tak bisa masuk karena banyaknya wartawan yang menunggu di area luar kantor polisi.

"Bagaimana ini?" tanya Sakura sembari membenarkan letak topi dan maskernya.

"Jika kondisinya seperti ini akan sangat beresiko kalau kita memaksa masuk."

"Aku khawatir Pein sudah berada di dalam."

"Tenanglah, lagi pula para polisi tidak akan lengah. Mereka tak akan membiarkan kejadian buruk terjadi."

Sakura menghembuskan napas berat. "Sai juga tidak bisa dihubungi."

"Dia sedang tugas luar," ucap Sasori.

"Benarkah? Bukannya Sai yang ditugaskan untuk menangani Gaara?"

"Iya, tapi karena kasusnya sedang dalam proses, Sai juga harus mengerjakan yang lainnya."

After We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang