16-Tell him

754 105 10
                                    

Sakura berjalan menjauh dari mobil Gaara. Ia tak peduli hujan deras mengguyurnya dan membuat tubuhnya kedinginan setengah mati, yang terpenting ia tak bersama pria itu. Sakura masih mengingat kejadian barusan, sebenarnya bukan ciuman yang ia permasalahan, tetapi cara Gaara melakukannya dengan emosi yang tak terkendali. Sakura benar-benar membenci itu. Sangat. Ia kembali menangis tersedu-sedu.

Sakura membuka heels-nya dan berjalan tanpa alas kaki, sampai akhirnya ia melihat sebuah taksi dan memberhentikannya. Gadis itu meminta maaf sebelum masuk karena ia dalam keadaan basah kuyup dan akan membuat kursi menjadi basah. Tapi untungnya sang supir mau berbaik hati dan tidak mempermasalahkan itu. Bahkan ia memberikan sebuah handuk kecil untuk Sakura.

Saat supir itu bertanya kemana tujuannya, Sakura terdiam sesaat. Ia bingung harus pergi kemana, karena tidak mungkin Sakura pulang dalam keadaan seperti ini. Dan seketika wajah seseorang terbesit dalam benaknya, membuat Sakura malah ingin kembali menangis. Lalu ia pun memberitahukan sebuah tempat yang akan ia tuju.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Sakura pun sampai. Gadis itu kembali menerjang hujan untuk masuk ke dalamnya. Setelah ia berada di depan sebuah pintu yang sangat ia kenali, Sakura pun segera menekan bel-nya. Tapi sayang, tak ada jawaban sama sekali dari dalam.

'Apa ia belum pulang,' pikir Sakura.

Gadis itu pun memilih duduk di lantai dan bersandar pada dinding samping pintu. Ia sudah tak kuat lagi menopang berat tubuhnya. Di tambah dengan sakit di kepala yang semakin menjadi.

Sakura menatap sekitar, 3 pintu lainnya tertutup dengan rapat, tidak ada seorang pun di sana. Jika Sakura sampai pingsan, maka tak akan ada yang menolongnya. Gadis itu pun menguatkan diri sendiri walau tulang-tulang di tubuhnya terasa sakit akibat kedinginan. Matanya hampir tertutup jika saja ia tak mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Sakura?!"

Gadis itu kembali membuka mata dan menatap pria tinggi yang berdiri beberapa langkah darinya. "Sasuke ...." ucapnya parau.

Pria itu dengan cepat menghampiri Sakura dan berjongkok di hadapannya dengan wajah panik. "Sakura, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja, kan?!"

Gadis itu memaksakan senyumnya. "Aku tadi kehujanan, dan entah kenapa aku ingin datang kemari."

"Kau bisa berdiri?" Sasuke merengkuh bahu Sakura, membantu gadis itu untuk masuk ke dalam. Tapi sebelum membuka pintu, tubuh Sakura tiba-tiba melemas dan Sasuke dengan sigap menahannya.

"Sakura!"

Tanpa pikir panjang, Sasuke segera membawa gadis itu masuk ke dalam apartemennya. Ia membaringkan Sakura di sofa lalu melepas heels dan menyimpan tasnya. Setelah itu Sasuke bingung harus melakukan apa, ia pikir seharusnya ia membawa Sakura ke rumah sakit tadi. Tapi saat ia hendak menghubungi Suigetsu untuk meminta tolong, tangan Sakura tiba-tiba saja terangkat dan mencengkram kemejanya lemah. Ia pun bersimpuh dan menghadap gadis itu.

"Sakura, kau bisa mendengar ku?"

Perlahan Sakura membuka matanya yang tampak merah. Sasuke sadar meskipun gadis itu basah kuyup tapi suhu tubuhnya terasa sangat panas.

"Aku akan membawa mu ke rumah sakit."

Sakura menggeleng. "Biarkan aku istirahat di sini sebentar."

"Tapi kau sedang sakit, Sakura."

"Ku mohon ...."

Sasuke mengembuskan nafas berat. "Baiklah... Tapi kau harus mengganti pakaian mu lebih dulu. Jika tidak kau akan semakin kedinginan."

"Tidak perlu ..."

"Ku mohon, Sakura."

Gadis itu terdiam sesaat sebelum berusaha bangun dari posisinya. Sasuke pun turut membantu.

After We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang