15-Terluka

765 105 15
                                    

Setelah mengetahui jika ponsel Karin hilang, Sakura segera menghubungi Sai. Dan pria itu cukup terkejut mendengarnya. Memang sejak awal kepolisian meyakini bahwa Karin tidak membawa ponsel. Tapi dengan pernyataan Sakura barusan, Sai pikir ia harus segera menyelidikinya.

Karena hal ini, Sakura pun akhirnya menceritakan semuanya pada Sasori. Dan pria itu terdiam cukup lama setelah mendengarnya.

"Apa kau pikir jika Karin-nee bukan sekedar mengalami kecelakaan?" Sasori malah balik bertanya.

"Aku belum bisa menyimpulkan seperti itu. Tapi apa salahnya jika kita mencari tahu."

"Kau tak perlu melakukan apapun. Serahkan semuanya padaku."

"Kau selalu seperti itu!" protes Sakura.

"Ini bukanlah hal yang bisa kau tangani, Sakura, jadi jangan ikut campur."

"Aku hanya ingin mencari kebenaran mengenai kecelakaan Karin-nee, apa itu salah?"

"Tidak. Tapi ini bukan hal main-main. Lebih baik kau tetap diam dan serahkan semuanya padaku." Sasori bersikeras.

"Tidak bisa! Lagipula sekarang Sai hanya bekerja sendiri, jadi aku akan membantunya."

Sasori menatap sang adik kesal. Sakura memang satu-satunya gadis keras kepala yang ia kenal.

"Baiklah, terserah mu... Tapi jangan lakukan hal gegabah dan selalu mengabari ku apapun yang terjadi."

"Iya, kau tenang saja."

🌸🌸🌸🌸🌸

Sakura kembali membasuh wajahnya untuk yang kesekian kali. Sejak kemarin rasa pusing di kepalannya masih belum hilang, padahal ia sudah minum obat. Hal ini sungguh mengganggu pekerjaannya. Belum lagi dengan Ino yang terus saja memintanya untuk istirahat.

Setelah kembali dari kamar mandi, Sakura pun segera menangani beberapa pasien. Unit IGD masih saja penuh dan ramai sampai para dokter juga perawatan di sana harus melewatkan jam istirahat mereka. Tapi Ino yang geram melihat kondisi Sakura langsung menarik paksa gadis itu menuju kantin saat ada waktu luang.

"Ino, kita masih sibuk."

"Diam, Forehead!" Ino menatap tajam sahabat pink-nya itu.

Sakura pun dengan terpaksa menuruti apa kata Ino. Setelah memesan, mereka duduk di salah satu kursi kantin dan mulai makan. Tapi karena sedang tidak berselera, Sakura pun tak menghabiskan makanannya.

"Ck, kenapa kau bisa sakit, sih?" tanya Ino.

"Karena aku manusia," jawab Sakura malas.

"Maksudku apa penyebabnya. Kau itu 'kan biasanya kuat seperti hulk."

"Tidak lucu, Pig!"

"Aku serius."

Sakura membuang napasnya berat. "Mungkin karena banyak pikiran dan pola makan ku yang berantakan."

"Kau memikirkan Sasuke?"

Sakura dengan refleks menendang kaki Ino dan membuat gadis itu merintih kesakitan.

"Sialan kau!" umpat Ino pelan sembari mengusap kakinya.

"Turunkan nada suaramu!"

"Ish." Ino mendelik. "Jadi benar kau sakit karena pria itu?" Kali ini ia agak berbisik.

Sakura terdiam sesaat lalu menjawab, "Sebenarnya saat di elevator itu, Sasuke mengatakan jika dia masih mencinta ku."

"Apphhmmm ...."

After We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang