Nih aku Doble up....
{Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga tekan bintang. Budayakan follow akun milik saya terlebih dahulu sebelum membaca. Oke selamat membaca reders ❤️}
===================================
Felix Story'sKejadian itu terus berputar di kepalaku. Seolah sudah begitu melekat sempurna di sana. Tangan ku bergetar hebat saat mataku melihat banyak darah di sana. Darah wanita yang aku cintai. Kini dirinya tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan banyak selang yang berusaha menunjang kehidupannya.
Aku mendongak saat mendengar langkah kaki mendekat ke arahku. Pelukan hangat ini selalu aku dapatkan dari wanitaku , istriku,cintaku. Tapi? Semua itu terasa kosong saat ibu mertua ku terisak pedih sambil memelukku.
"Dia kuat Felix , dia pasti kuat." Lirih wanita paruh baya itu.
"Ya dia wanita yang kuat. Aku yakin dia bisa melewatinya,ma. Aku sadar, semua ini salahku. Aku yang sudah membuat istriku tertidur di ranjang rumah sakit dengan selang-selang sialan itu." Parau ku.
Ersya, mama Alana menggeleng tak setuju."Bukan kau nak. Tapi takdir. Inilah jalan cinta kalian. Kau dan Alana harus bisa melewatinya."Lirihnya.
Aku tersayat mendengar nada suara nya yang lirih. Aku tau dia terluka. Bahkan mungkin lebih dari yang kurasakan. Aku tau betul Alana adalah dunia Ersya.
"Aku akan menyerahkan diri." Kataku tegas.
"Apa maksudmu,nak.?" Tanya mama Ersya.
"Aku akan menyerahkan diri atas pembunuhan terhadap istri. Aku...ini..ini semua salahku ma." Bisikku kacau
"Hei, dengarkan mama. Kau tidak salah sayang. Pikiran jika nanti Alana terbangun. Menanyakan mu. Apa yang harus mama katakan? Dan satu lagi kau tidak bersalah sama sekali." Tegas Ersya.
"Ini salahku. Aku menitipkan istriku pada mama dan papa. Aku akan merenungi kesalahan ku." Kataku lirih kemudian mengecup kening Ersya.
Aku berlalu tanpa menghiraukan jeritan dan juga panggilan yang menyesakkan ku. Sudah berulang kali aku menepis setiap air mata ku yang jatuh. Namun sepertinya mereka begitu senang berjatuhan. Hatiku kembali teriris saat mengingat kembali wajah sayu milih wanitaku. Dia kesakitan. Dia bertaruh hidup. Sedangkan aku disini berdiri dengan keadaan sehat tanpa cacat. Aku membenci diriku sendiri yang tak bisa melindunginya.
===================================
Author Story's
Felix melangkah kakinya memasuki kantor polisi. Dengan keadaan yang memprihatinkan. Bercak darah di mana-mana. Mata sayu dan kosong. Bibir bergetar entah apa yang sedang berusaha dia tekan untuk tidak keluar.
"Ada perlu apa? Ada yang bisa saya bantu?". Tanya polisi bernama Albert itu.
"Aku membunuh." Ujar Felix.
"Apa? Kau tuan Felix Mars membunuh? Mana mungkin kami dari pihak polisi percaya begitu saja." Elak Albert.
"Aku membunuh istriku. Dengan tanganku sendiri. Kau lihat darahnya masih segar. Aku membunuhnya dengan keji. Menembak tepat di jantungnya. Dan dorrr... Dia tumbang.." kata Felix kacau. Air matanya kembali berjatuhan lalu dirinya mengusap dengan kasar.
"Saya tidak percaya dengan anda tuan. Tuan adalah pria bermartabat. Saya tidak percaya." Bantah Albert.
"Jika kau tidak percaya. Datanglah ke TKP. Aku bukan hanya membunuh satu orang. Tapi...satu dua.. tiga..empat...ya empat." Kata Felix sambil menunjukkan jarinya.
Albert diam, matanya mencincingkan. Menatap ke dalam netra hitam pria di depannya. Banyak luka, penyesalan, kekecewaan, kerinduan di sana. Alber tersentak saat melihat untuk pertama kalinya pria sukses di London ini menangis.
"Apa kau baik-baik saja tuan?" Tanya Albert.
"Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku sakit. Seharusnya aku yang berbaring lemah di sana. Tapi dengan kejinya aku, kini wanita yang aku cintai harus tidur dengan selang-selang bodoh di sana. Aku menyerah. Tahan aku sampai dia datang menjemput ku."parau Felix. Albert tertegun di depannya.
"Tuan..."
"Tahan aku. Hukum aku. Aku salah.." gumam Felix.
"Tuan!!!" Albert terpekik saat melihat Felix timbang dari duduknya.Dengan di bantu beberapa polisi.
Menit berganti jam. Felix tersadar. Namun matanya kosong, dingin,datar dan tak tentu arah. Albert yang melihat itu pun segera mencari tau apa yang terjadi. Felix dan Albert dulu adalah teman SMP. Namun sepertinya Felix lupa. Yang ada dalam pikirannya hanya wanitanya. Istrinya.
"ARGHHHHHHH...GUE PEMBUNUH...PEMBUNUH.. ." Teriak Felix kesetanan.
"Dasar pembunuh..."
"Dasar pembunuh..."
"Dasar pembunuh...."
Gumaman itu masih terus berlanjut entah sampai kapan. Felix telah kehilangan arahnya. Cintanya. Tujuannya. Mataharinya. Senyumnya. Semua itu terenggut paksa oleh takdir yang di tulis tuhan. Menyesal.? Ya... Penyesalan pernah lahir di dunia. Felix yak menyangka jika dunia itu sangatlah kejam. Tak berperasaan.
Rabu, 13 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CONFIDENT ✓
RomanceCerita ini berkonten dewasa dan mengandung unsur kekerasan. Warning!!!! Best rangking #1 Jimin 2020 #9 London 2020 #Romansa #cinta #Seks #hfcreaktions #Fantasti