Keciduk.

5.4K 120 0
                                    

{jangan lupa tinggalkan komentar dan juga tekan bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{jangan lupa tinggalkan komentar dan juga tekan bintang. Budayakan follow akun milik saya terlebih dahulu sebelum membaca. Selamat membaca reders ❤️}.

***

Alana, gadis itu mengucek matanya. Pemandangan pertama kali yang dia lihat adalah dada putih milik seseorang. Seketika ingatannya berlabuh pada beberapa jam yang lalu. Tanpa sadar pipi putih itu merona.

Felix menggeliat kecil. Perlahan mata itu terbuka. Dia tersenyum kecil. Alana yang melihat tak bisa untuk tidak membalas senyum manis itu.

"Jam berapa?." Tanya Felix serak.

"Emm... Jam lima sore." Gugup Alana.

"Astaga aku melupakan sesuatu." Panik Felix kemudian bangkit dari kasur dan memakai sembarang kemejanya membuat Alana tersenyum kecil.

Alana bangkit sambil melilit kan selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Dia mendekati Felix.

"Ku bantu." Kata Alana sambil mengambil alih untuk mengancing kancing kemeja Felix.

Felix tersenyum manis. Dia tak menyangka, ternyata pikirannya tentang wanita yang menyusahkan itu hanya alibinya saja.

"Terima kasih." Ucap Felix. Alana mengangguk.

"Ada meating ya?." Tanya Alana sambil menyimpulkan dasi.

"Hm." Singkat Felix.

"Jam berapa?." Tanya Alana.

"Sekitar lima belas menit lagi." Beritahu Felix.

"Mandi Gih." Suruh Felix. Alana mengangguk kemudian melangkah meninggalkan Felix.

Sepuluh menit alana keluar dari kamar mandi. Dia telah mengenakan dres nya kembali. Alana membuka pintu kamar pribadi. Saat keluar, hal pertama kali yang dia lihat adalah Felix yang tengah serius mantap kertas-kertas itu.

Alana melangkah mendekati Felix pelan. Dia menelusup kan kepalanya pada perpotongan leher Felix. Sedangkan Felix tidak keberatan sama sekali.

"Kamu wangi banget." Gumam Alana membuat Felix terkekeh geli.

"Sini." Pinta Felix kemudian mendudukkan Alana pada pangkuannya.

"Kenapa kamu jadi manis gini sih?." Heran Alana.

"Yang aku denger ya. Tuan Felix itu dingin. Tapi kok manis gini." Sambung Alana. Felix hanya tersenyum saja. Entahlah. Rasanya begitu nyaman berada di pelukan Alana.

"Mau nunggu aku atau mau pulang?." Tanya Felix sambil merengkuh pinggang Alana dan melanjutkan mengecek berkasnya.

"Kalo nunggu kamu lama gak?" Tanya Alana.

" Lama. Sekitar 3 jam." Santai Felix. Alana manggut-manggut.

"Aku pulang aja deh. Besok ke sini lagi." Kata Alana.

"Hm."

Betah dalam kondisi seperti itu. Membuat keduanya tak ingin beranjak. Sudah hangat nyaman lagi.

Alana diam-diam mengecup leher Felix membuat Felix menggeram. "Jangan ih."

"Hihihi." Jijik Alana.

Alana mengangkat kepalanya. Tanpa kata Alana menubrukan bibirnya pada bibir Felix. Memangut ya dengan ciuman panas. Lidah mereka saling membelit.

Saat asing bergumul. Tanpa mereka sadar, bahwa ada dua orang yang menyaksikan itu tanpa kedip.

Ah.

Desahan itu menyentak keduanya. Mata Felix terbuka, dia menatap tajam pada sekertaris dan asistennya. Ya hanya mereka yang mengetahui password akses masuk ke ruangan Felix.

Felix melepaskan pangutannya. Menatap dingin pada kedua orang itu. Gladis, sekertaris Felix yang begitu terobsesi dengan Felix merasakan api cemburu yang sangat kental.

"Apa yang anda lakukan sir?." Tanya galdis kecewa.

"Apa?" Dingin Felix.

Alana menoleh. Mengamati kedua orang itu dengan seksama. Lalu tatapannya beralih pada Felix.

"Mereka siapa? Kolegamu?" Tanya Alana lembut.

"Hanya sekertaris dan asisten." Enteng Felix. Alana manggut-manggut.

"Baiklah sayang. Aku pulang dulu." Pamit Alana kemudian melangkah mendekati sofa untuk mengambil tasnya.

"Hati-hati sayang." Kata Felix.

"Uhh manis sekali." Ejak Alana membuat Felix terkekeh ringan.

"Aku pulang."

Cup.

Alana mengecup kilas pada dahi Felix. Membuat debaran jantung pria itu terasa kuat. Dia menatap punggung Alana yang perlahan menghilang. Dia menyentuh dahinya. Terasa hangat.

Felix kembali menatap ke arah mereka. Gladis yang menatap kecewa. Dan Andi yang menatap tak percaya.

"Sir saya kecewa dengan anda." Kecewa gladis membuat Andi dan Felix menyeritkan dahinya bingung.

"Apa maksud anda Mrs. Gladis?." Tajam Felix.

"Saya kira kedekatan kita sebagai sekertaris adalah hal istimewa. Saya menganggap anda kekasih saya." Kata Gladis membuat Felix mendinginkan wajahnya.

"Murahan." Cibir Andi.

"Saya tidak murahan tuan Andi yang terhormat." Desis gladis tak suka.

"Lalu apa? Kemarin saya lihat anda dengan om-om di hotel." Ejek Andi membuat Gladis tersentak kaget.

"Waw...".

Decakan itu membuat Felix dan andi serta gladis menoleh. Mendapati Alana yang berdiri sambil bersedekap dan tatapan mencemoh serta mengejek itu membuat Felix bertanya-tanya.

Felix bangkit. Dia mendekati Alana lalu merengkuh tubuh calon istrinya.

"Bukankah kamu tadi pulang?" Tanya Felix heran.

"Aku belum pulang. Aku penasaran sama sekertaris kamu ini." Ejek Alana.

Felix tertawa. Dia mencium dahi Alana gemas. Sedangkan Alana menatap gladis mengejek.

"Sana meating. Aku gak jadi pulang. Takut kamu di gigit sama buaya." Gurau Alana mengundang tawa kecil Felix.

"Tunggu ya." Pinta Felix kemudian berlaku bersama Andi.

"Kasian." Cemoh Alana kemudian masuk ke dalam ruangan Felix dan menutup kencang pintu itu membuat Gladis tersentak.

CONFIDENT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang