Acara apa sih?

4.5K 103 0
                                    

{Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga tekan bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{Jangan lupa tinggalkan komentar dan juga tekan bintang. Budayakan follow akun milik saya terlebih dahulu sebelum membaca. Selamat membaca reders ❤️}.

***

Alana terus menyeritkan dahinya bingung. Sudah terhitung sejak satu jam yang lalu. Banyak perias artis yang datang ke mansion-nya. Dan yang membuat Alana bertambah bingung  adalah seluruh rumah di dekorasi. Bertanya pada sang mama pun hanya di jawab kedikan bahu olehnya.

"Ada acara apa sih?." Keluh Alana.

"Pokoknya spesial. Kamu gak usah tau. Udah diam jangan ngoceh Mulu. Mama pusing denger nya." Keluh sang mama.

Alana mengerucutkan bibirnya. Dia memandang dirinya yang tengah memakai gaun amat mewah. Dengan rambut di Gelung di atas. Menyisakan anak rambut membuat kesan anggun di sana. Jangan lupakan juga mahkota kecil di atas kepalanya.

"Gak nyangka kamu kalo di dandanin cantik juga." Kekeh sang mama.

"Maksudnya aku gak cantik gitu.?." Sebal Alana.

"Mama gak bilang Lo. Kamu yang bilang." Ejek Ersya .

"Abang mana?." Tanya Alana.

"Ada di bawah sana calon istrinya." Kata Ersya.

"Yuk turun. Udah mau mulai acaranya." Ajak Ersya.

"Hm."

Ketukan high'heels itu membuat semua orang yang ada di ruangan itu menoleh. Sejenak tatapan mata hanya tertuju pada gadis bergaun mewah itu. Tanpa sadar tatapan itu membuat sosok pria yang berdiri di panggung mendengus tak suka.

"Wah cantik banget."

"Kayak putri dongeng ih."

"Insecure aku liatnya."

Berbagai pujian terdengar saat Alana sampai pada undakan tangga terakhir. Matanya membulat saat melihat Felix yang berdiri di sana dengan sebuket bunga Lily putih.

Felix berjalan dengan gaya maskulin. Aroma venom yang tercium begitu kental membuat para gadis di sana hanya bisa menelan ludahnya kasar.

Alana mendengus kesal. Apa-apaan itu? Miliknya di lihatin seperti itu. Tidak tau saja, seperti apa Felix.

"So look beautiful." Bisik Felix saat berhadapan langsung dengan Alana yang nampak memukau malam ini.

"Thank you sir. you are handsome too." Bisik Alana sensual. Felix terkekeh geli.

"So sexy. Damn." Erang Felix membuat Alana terkekeh merdu.

Felix mengulurkan tangannya. Dengan senang hati dia menerima uluran tangan itu. Dia tersenyum manis. Mereka beriringan menuju panggung. Tampak serasi.

"Ngomong-ngomong acara apa ini sir?." Tanya Alana.

"Hanya mengaklim mu menjadi miliku." Bisik Felix.

"Acara pertunangan eoh?" Kaget Alana.

"Hem untuk mengikat mu." Santai Felix.

"Benar-benar kaparat. Bagaimana kamu bisa menjalankan acara ini tanpa persetujuan ku." Cemberut Alana.

"For  surprise. " Kata Felix menggoda.

"Aku heran padamu. Kenapa kamu jadi nampak begitu manis eoh?" Ejek Alana.

"Hanya mencoba menjadi pasangan yang baik." Enteng Felix.

"Menjijikkan." Dengus Alana. Keduanya tertawa kecil.

Acara pertunangan itu berjalan dengan mulus. Pertukaran cincin pun tak ada kendala sedikit pun. Alana bahagia? Tentu saja. Namun entah, Felix bagaimana. Perasaan pria itu amat susah di tebak.

"Kau bahagia?." Tanya Felix.

Alana terkejut. Dia tersenyum kecil. "Aku sudah di takdir kan untuk bahagia." Balas Alana.

"Dengan ku?." Tanya Felix.

"Tidak. Aku tidak tau. Entah dengan mu atau dengan siapa." Jawab Alana.

"Akan aku pastikan. Kamu akan bahagia bersama ku." Bisik Alana kemudian mengecup pelipis Alana membuat Alana mengembangkan bibirnya tanpa sadar.

"Wah selamat sir." Kata Andi.

"Terima kasih." Dingin Felix.

"Selamat sir." Ucap gladis sambil menatap Alana dengan tatapan tajam. Alana mengedikan bahunya acuh.

"Hm." Tajam Felix.

Acara terus berlanjut. Hingga saatnya acara dansa. Felix mengulurkan tangannya. Di sambut baik oleh Alana.

Mereka saling merengkuh. Dengan kedua tangan Alana menggantung di leher Felix. Dan kedua tangan Felix berada dalam pinggang Alana.

"Kamu mau jadi istriku?." Tanya Felix.

"Jika takdir berkata aku bisa apa? Untuk lari menjauh pun tidak akan pernah bisa jika aku takdir mu." Jawab Alana.

"Dan aku akan menulis takdir kita." Bisik Felix membuat Alana terkekeh kecil.

"Kau esok kembali ke Korea bukan?." Tanya alana.

"Iya." Balas Felix

"Aku seminggu lagi juga ada pemotretan di Korea. Jika tidak sibuk aku mampir." Ujar Alana.

"Tentu saja kamu harus mampir. Kalau tidak akan ku bakar agensi mu." Sungut Felix.

"Dasar bajingan." Hardik Alana. Namun mengundang tawa Felix.

"Mau berjanji padaku?" Tanya Felix.

"Apa?." Tanya Alana.

"Jika kamu mendengar sesuatu yang buruk pada ku. Jangan langsung percaya. Tapi tanyakan padaku. Agar aku bisa menjelaskan nya." Bisik Felix.

Alana menatap Felix dengan kerutan di dahinya. Dia bingung apa yang di katakan Felix sebenarnya.

"Aku tidak bisa berjanji." Kata Alana.

"Kenapa?." Serak Felix.

"Karena janji bisa di ingkari. Tapi bukti. Tidak bisa di pungkiri." Bisik Alana kemudian meraup bibir Felix.

"you really are naughty. " Bisik Felix di sela-sela pangutannya.

Tanpa mereka sadari. Tangan seseorang mengepal dengan kuat. Dadanya sesak. Ulu hatinya perih tertusuk jarum tanpa kasat mata.

"Bajingan." Umpat nya.

CONFIDENT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang