"hah...!! Untunglah." Ujar randa yang baru saja memarkirkan mobil putri di parkiran kantor dimana putri bekerja. Ia hampir saja terlambat jika bik sari tidak membangunkannya, dan bisa dipastikan putri akan murka jika ia sampai telat semenit saja.
Lima menit menanti akhirnya randa melihat sosok putri keluar dari gedung bertingkat itu, namun putri tak sendiri. Disisinya terlihat ricko yang Nampak tersenyum manis kepada putri. Dan randa hanya menatap datar pada kedua pasangan yang memang terlihat sangat serasi itu.
Sedang di tempatnya putri menolak ricko yang berniat mengantarkannya pulang. Putri melirik ke arah mobilnya yang telah terparkir rapih, dan senyuman tipis pun terpatri di bibir nya. "takut juga anak itu." Gumam putri.
"gak perlu ko, liat supir aku sudah jemput." Ujar putri menunjuk mobilnya. Ricko mengikuti arah tatapan putri dan benar saja mobil gadis cantik itu telah terparkir dengan rapihnya di area parkiran kantor mereka.
"baiklah kalau begitu, tapi lain kali kamu gak boleh nolak ajakan aku hmm?" ujar pria tersebut yang terdengar sedikit kecewa. Putri menganggukkan kepalanya serta tersenyum tulus pada pria yang begitu baik padanya.
"bye ko." Pamit putri melambaikan tangannya.
Ia pun mulai melangkah menuju mobilnya, dan tanpa mengatakan apapun putri kini telah masuk dan duduk di sisi randa dengan tenangnya.
"bagus tidak telat." Ucapnya dengan nada sindiran, randa memutar bola matanya dengan jengah karena gadis ini selalu saja berbicara ketus padanya tidak seperti saat ia berbicara dengan ricko. Penuh senyuman.
Tak mau berdebat dengan sang bos dadakan, randa segera melajukan mobilnya menuju apartement. Ia masih sangat mengantuk dan ia ingin kembali tertidur jika tiba di apartement nanti.
"ke supermarket dulu ya." Perintah putri tanpa mau sibuk menatap randa. Ia bahkan lebih tertarik menatap layar ponsel yang ada di genggamannya saat ini.
Merasa putri berbicara dengannya randa memiringkan sejenak kepalanya dan memandang putri. Namun yang dipandang justeru hanya focus menatap layar ponselnya. Setelah menghela nafasnya randa mulai menjawab titah putri. "baik non." Jawab randa dengan santai, dan putri justeru terlihat memandang wajah randa dengan herannya.
"kamu panggil saya apa?" Tanya putri dengan kebingungannya.
"non, ya gw sih sadar diri aja. Gw kan Cuma pembantu lo aja." Jawab randa ala kadarnya. Namun putri hanya menganggukkan kepalanya serta mengangkat kedua bahunya dengan acuh. Lalu ia pun kembali menatap layar ponselnya.
Setelah itu perjalanan mereka hanya di temani dengan suara music, karena keduanya seakan tak mau mengobrol satu sama lain. Apalagi randa yang mulai merasa jengah jika harus berdebat terus dengan putri.
"kesini?" Tanya randa setelah mereka tiba di salah satu supermarket besar.
Putri memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu ia pun turun dari mobil begitu saja. Lagi dan lagi randa hanya bisa menghela nafas, jika ia tidak membutuhkan pertolongan putri mungkin randa akan mencaci gadis sombong itu saat ini juga.Randa turut ikut menemani putri berbelanja, karena begitulah permintaan dari sang nona muda. Dengan sabarnya randa berjalan di sisi putri sebari mendorong trolley yang mulai di penuhi dengan bahan baku makanan serta keperluan putri.
Setelah usai berbelanja makanan pokok dan membayarnya kini putri mengajak randa menuju ke tempat pembelanjaan pakaian.
"kamu lebih baik pilih beberapa baju dan pakaian dalam kamu." Titah putri dengan nada datarnya. Randa terlihat mulai berbinar, rupanya gadis itu mengingat juga tentang dirinya yang memang tidak memiliki pakaian ganti lagi. "tapi akan saya potong dari gaji kamu."