Randa tiba di kantornya dengan senyuman yang sangat lebar. Hari ini perasaaan nya benar benar bahagia, dan rasanya randa sudah sangat lama tak merasakan perasaan seperti ini..
"Kayanya tuan muda ini seneng banget sih?"
Bahtiar yang baru turun dari mobilnya segera menghampiri randa dan merangkul bahu putra semata wayangnya itu.
"Pah." Sapa randa masih tersenyum lebar. "Oh ya, boleh bicara sebentar sama papah?" Tanya randa lagi.
Bahtiar menaikkan kedua alisnya sambil terus melangkah. Keduanya memasuki lift khusus untuk mereka. "Kantor papah saja ya." Ujar bahtiar menekan angka dimana lantai ruangannya berada.
Setelah berada di lantai dimana kantor bahtiar berada kedua ayah anak itu kembali berjalan dan memasuki ruangan bahtiar yang lebih besar dan lebih mewah tentunya dibanding dengan randa.
"Jadi ada apa?" Tanya bahtiar yang sudah mendudukkan tubuhnya diatas sofa yang ada diruangannya.
"Randa dan putri mau melangsungkan akad nikah dulu." Ujar randa yang seketika membuat bahtiar terkejut bukan mainnya.
Pria paruh baya itu menatap randa dengan kerutan di dahinya. Ia menatap randa dengan penuh selidik dan penuh tanda tanya.
"Jangan bilang kamu hamilin putri ya." Peringat bahtiar menunnjuk wajah randa.
"Ehh engga pah."
"Alah, terus kenapa tiba tiba mau akad nikah dulu hah?! Kenapa gak sekalian nikah aja." Tanya bahtiar semakin menaruh curiga pada randa.
"Papah tau kamu itu pria seperti apa nda, tapi papah gak nyangka kamu perlakukan putri seperti itu juga?" Tanya bahtiar menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Orang mau sama mau kok pah." Bisik randa dalam hatinya. bisa gawat jika bahtiar tau bahwa randa telah memiliki putri luar dalam, bisa bisa ayahnya itu kena serangan jantung. Dan lagi ia harus tetap menjaga nama baik sang kekasih.
"Pah dengar dulu, gak ada kejadian semacam itu kok.. Kemarin malam aku.."
"Kamu apain putri? Kamu paksa dia? Haduuhh anak ini." Bahtiar yang sudah kesal memberikan pukulan kecil pada lengan randa.
"Astaga papah, kenapa jadi mirip mamah sih?!" Kesal randa berusaha menghentikan pukulan bahtiar. "Dengerin dulu anaknya mau ngomong.!" Protes randa dengan nada kesalnya.
"Ya sudah ngomong.!" Suruh bahtiar yang sudah menghentikan pukulannya. Ia menatap randa yang lebih dulu merapihkan rambut dan pakaiannya.
"Kemarin aku melamar putri."
"Terus?"
"Udahlah gak jadi cerita." Kesal randa pada sikap bahtiar yang benar benar sudah mirip sang ibu.
"Oke oke papah diam, lanjutkan." Suruh bahtiar kemudian. Iapun menatap randa yang masih memasang wajah kesalnya, ada rasa senang dalam bahtiar ketika menggoda putranya ini.
"Putri bilang dia gak mau bikin pesta karena om ramzi baru meninggal. Gak etis katanya, cuma aku pengen cepet cepet nge sahin hubungan kami. Jadi aku tawarin akad dulu aja." Jelas randa.
"Ooohh, jangan cuma akada nda. Lebih baik kalian daftarkan sekalian, dan urusan pesta papah setuju dengan putri. Kita buat pesta meriah setelah 1 tahun almarhum saja." Sahut bahtiar yang juga setuju dengan pemikiran putri.
"Tapi dia bakal jawab besok pah..kalau dia nolak gimana ya?" Tanya randa dengan harap harap cemas.
"Kalo dia nolak, paksa.."
"Papah setuju?" Tanya randa yang hanya dijawab dengan anggukan bahtiar.
"Daripada dia ambil orang lebih baik kita paksa saja, iya gak." Lanjut bahtiar yang tentu saja di angguki oleh randa dengan penuh semangatnya.