Sesuai janjinya pada randa setelah meeting usai maka dirinya akan menjadi milik randa. Alhasil randa pun membawa putri pergi ke puncak hanya berdua saja.
Entah lah bahkan randa tidak memiliki tujuan kemana ia akan pergi. Yang jelas ia hanya ingi memiliki waktu berdua bersama dengan isterinya ini.
Setelah menempuh perjalanan selama 4 jam akhirnya randa menyerah dan membawa putri ke sebuah hotel. Putri sendiri sedari tadi mulai mengomelinya karena mereka harus terjebak dengan jalanan puncak yang begitu macet.
Setelah mendapatkan satu kamar dengan jenis suite, keduanya pun kini bisa mengistirahatkan tubuh mereka yang telah lelah karena harus terkena macet berjam jam.
"Kalau tau kamu membawa aku kesini, aku akan menolak nda. Kita malah harus terjebak kemacetan selama 4 jam. Kaki aku rasanya sakit sekali." Keluh putri yang sudah berbaring di ranjang berlapis sheet berwarna putih itu.
randa akui ia salah kali ini, namun ia pun tidak sengaja..ia tidak memiliki tujuan maka dari itu randa hanya asal mengendarai mobilnya hingga tanpa sadar ia keluar tol dan mengarah ke jalan raya puncak.
Untuk menebus rasa bersalahnya randa memijat kaki putri dengan lembut dan berharap isterinya itu bisa sedikit mereda kemarahannya.
"Kita menginap disini tapi kita gak bawa baju ganti nda." Ujar putri yang memilih menikmati pijatan sang suami.
"Nanti aku belikan kaos di bawah, tadi aku liat ada ministore." Jawab randa yang membuat putri sedikit tenang.
Ia pun berusaha memejamkan matanya karena ia sangat sangat lelah. Melihat putri hendak memejamkan matanya dengan isengnya randa berbaring tepat disisi putri dan membenamkan wajahnya di ceruk leher sang isteri.
"Randa please aku lelah." Mohon putri yang mulai mengerti sikap sang suami yang benar benar mesum padanya.
"Dikit doang sayang." Gumam randa yang masih begitu betah menghirup aroma tubuh putri yang mulai bercampur dengan keringatnya.
"Oh ya, aku lupa kasih tau kamu."
Hampir saja putri larut dalam cumbuan randa namun tiba tiba saja randa mengangkat wajahnya dan menatap putri yang masih memejamkan matanya.
"Apa?" Tanya putri tanpa membuka matanya.
"Surat nikah kita besok jadi, diantar kerumah?"
"Sial kamu randa, kamu menyiksa aku hanya karena itu.!"
Makian putri dalam hatinya sebari menggeretakn giginya. Ia memilih tak menjawab ucapan randa dan masih mempertahankan posisi rebahannya yang semula.
Tok tok tok..
"Room service.."
"Itu pasti pesanan kita."
Randa melompat dari atas ranjang dan bergegas membukakan pintu. seorang pelayan rupanya mengantarkan pesanan makanan mereka. Mengingat sang isteri yang tengah berbaring randa tak lantas mengijinkan sang room service memasuki kamar mereka.
"Hmmm biar saya yang bawa masuk, kamu tunggu disini saja." Randa mengambil alih tray yang dibawa oleh sang waiter. Walau sedikit kesulitan namun itu lebih baik daripada waiter tersebut mendapat pemandangan sang isteri yang begitu indah.
"Kok kamu yang bawa nda?" Tanya putri yang sudah duduk di ujung ranjang sebari mengikat rambutnya.
randa tak menjawab, setelah memindahkna beberapa makanan ke atas meja ia pun kembali ke depan pintu dan mengembalikan tray pada waiter tersebut serta tak lupa memberikan beberapa tip untuknya.