Wajah aulia terlihat pucat seketika, ia sudah tidak tau harus berkata apa lagi. Pikirannya justeru melayang jauh mengingat bagaimana ia menggunakan nama putri demi memanfaatkan nicko saat itu.
"Kamu tau, ricko mengira aku yang memanfaatkan dia. Dia mengira aku yang selalu meminta dibelikan makanan, aku yang selalu minta bantuannya mengerjakan tugas dan dia juga mengira aku lah yang menolak cintanya dan mengatakan wajahnya jelek." Putri berujar dengan sangat lantang dan berapi-api. Bahkan dewi dengan segera menghampiri menantunya itu dan mengelus punggung putri.
"Ingat kandungan kamu put." Ucap dewi memperingati.
Putri berusaha mengatur nafasnya, dadanya terasa sangat sesak karena emosi. Putri merasa sangat marah, karena dirinya harus menanggung kesalahan yang bahkan tidak pernah ia lakukan.
"Put, sorry."
Dengan lemah aulia memohon maaf dari putri. Namun wanita cantik itu tak menjawab lagi, ia memilih menundukkan kepalanya dan memijat keningnya. Kepala putri terasa sangat sakit saat ini.
"Sudahlah aul, yang berlalu biarlah berlalu. Mungkin memang kesalahan kamu itu sangat fatal namun mau apa dikata lagi, nasi sudah jadi bubur." Bahtiar berusaha menenangkan semuanya. Di saat seperti ini bukanlah waktu yang tepat saling menyalahkan satu sama lain.
"Terlebih itu kesalahan aulia, namun tetap saja papah pikir seharunya ricko tidak melakukan hal semacam ini pada keluarga kita. Dan dia sudah menantang papah dalam hal ini, dan papah bersumpah akan menyeretnya sendiri ke jeruji penjara." Lanjut bahtiar yang begitu membenci ricko. Bagaiamanapun perlakuan ricko pada dirinya dan menantunya begitu melukai bahtiar, jadi jangan salahkan jika sisi jahat bahtiar akan keluar juga pada akhirnya.
"Tiar, kamu jangan melakukan hal bodoh.!" Oma yang melihat bagaimana emosinya bahtiar berusaha menenangkan putranya itu.
"Tiar tidak terima mah, pria itu telah menyakiti menantu dan calon cucu ku." Geram tiar yang begitu kesal.
"Sudahlah mamah pikir lebih baik kita semua beristirahat dulu. Putri jangan sampai stress dan aulia pun terlihat syok."
Dalam kondisi seperti ini dewi memang bisa diandalkan. Ia tau dimana saat ia bersikap teledor dan seenak hati maupun saat dimana ia harus menjadi pendingin.
Ia melihat putri yang sangat letih, bahkan aulia pun turut seperti orang ketakutan. Untunglah di sisinya ada tasya yang hanya diam dan memeluk gadis cantik itu."Iya betul kata dewi, semoga saja setelah istirahat kita bisa menemukan solusi untuk semua masalah kita." Lanjut oma yang juga begitu setuju dengan ide menantunya itu.
"Tasya dan aulia istirahat disini juga ya. Kalian juga pasti lelah." Oma kembali berujar.
Lalu ia pun menyuruh salah seorang pembantu untuk mengantarkan kedua gadis cantik itu menuju kamar tamu.
"Ayo put."
Dewi mengajak putri untuk naik ke lantai atas dimana kamar putri berada. Wanita paruh baya itu bahkan membantu menantu nya itu untuk berbaring dan menyelimuti tubuhnya..
"kamu beristirahat ya." Suruh dewi lalu mendaratkan sebuah kecupan di kening putri.
Setelah merasa sang mertua telah benar-benar pergi putri memutar posisi tidurnya menjadi miring. Ia meraba tempat kosong di sisinya dimana biasanya randa tidur di tempat itu.
setitik air matanya jatuh, ia merindukan prianya itu..ia merindukan pelukan randa, merindukan kecupan randa dan ia merindukan sikap manja suaminya itu.
"Nda, aku janji setelah kamu kembali aku gak akan dingin lagi sama kamu sayang.." Lirih putri yang kini sudah meraih bantal randa. Di hirupnya dalam dalam wangi sampo randa yang masih menempel di bantal nya.