Dari tiba di kantor putri mulai mengerjakan beberapa pekerjaannya. Saat jam menunjukkan pukul 11 pagi aulia masuk ke ruangan putri bersama dengan tasya. Keduanya terlihat membawa beberapa papper bag, yang entah berisi apa.
"Kalian membawa apa?" Tanya putri yang berjalan menuju meja panjang yang ada diruangannya.
Aulia dan tasya terlihat sibuk mengeluarkan beberapa makanan kecil dan juga beberapa kotak buah segar yang seketika menggugah selera putri.
"Apa ini?"
"Mertua lo yang ngirim, banyak banget." Ucap aulia memperhatikan meja panjang putri yang telah penuh dengan berbagai makanan yang telah dikirimkan oleh dewi.
"Mamah? Kamu yakin aulia?" Tanya putri mengkerutkan dahinya.
Aulia menganggukkan kepalanya dengan mantap, dan dengan gerakan santai aulia mencomot beberapa makanan yang ada diatas meja.
"Enak ya put jadi bumil, jadi pengen hamil deh gw."
Tak..
Aulia menjitak jidat tasya saat sahabatnya itu berbicara dengan asal, sedang putri menglum senyumannya sambil menggelengkan kepalanya.
"Lo cari laki dulu sono, baru deh hamil." Omel aulia dengan kesalnya.
Tasya yang merasa kesakitan di dahinya seketika mengelus jidatnya yang tertutup poni berdecak sebal ke arah aulia.
"Lo mah aul nyiksa gw mulu kerjaannya." Protes tasya yang merasa tak terima selalu saja disakiti oleh aulia.
"Abisnya oon lo gak ilang-ilang sih." Cibir aulia lagi.
Putri tak memperdulikan perdebatan antara aulia dan tasya, keduanya memang sudah biasa bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Putri melirik ponselnya yang berdering, dan rupanya sang ibu mertua lah yang menghubunginya.
"Hallo mah." Sapa putri lebih dulu.
"Apa camilan dan buah nya sudah sampai put? Tadi mamah belanja dan langsung keinget kamu..jadi mamah kirim saja. Biar kalau kamu lapar ada cemilan sehat."
Putri merasa begitu terharu dengan perhatian dari dewi padanya. Padahal sebelumnya dewi masih menunjukkan sikap cuek padanya, namun karena ada si jabang bayi maka hati dewipun sepertinya mulai melunak pada putri.
"Haloo put, kamu masih disana kan?" Tanya dewi karena tak mendengar suara putri. Justeru yang dewi dengar adalah suara aulia dan juga tasya yang rupanya masih berdebat.
"Ahh ia mah, maaf." Putri segera tersadar dari lamunannya. Ia menarik ujung bibirnya serta tersenyum bahagia. "Terimakasih ya mah untuk perhatian mamah. Tapi mamah tidak perlu repot-repot seperti ini." Lanjut putri dengan nada bergetar menahan tangisanya, entah mengapa saat itu ia jadi merasa merindukan sosok sang ibu. Putri membayangkan bagaimana sosok ibu kandungnya yang juga pasti melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh dewi.
"Tidak merepotkan put, mamah justeru pengen melakukan itu semua. Mamah mau calon cucu mamah mendapat asupan gizi yang banyak. Dan kamu harus memakan itu semua ya." Peringat dewi dengan nada tegasnya.
Putri terkekeh, ia melirik ke atas meja yang begitu penuh. Dan mana mungkin dirinya bisa menghabiskan semua makanan yang begitu banyak ini.
"Ini banyak sekali mah, dan disini juga ada aulia dan tasya. Jadi mereka pasti akan membantu aku menghabiskan ini semua." Lapor putri lagi. Ia memperhatikan aulia dan tasya yang sudah melahap beberapa camilan dan juga buah yang dikirim oleh dewi.
"Kalau begitu mamah kirim lagi ya."
"Tidak mah.." Larang putri dengan cepat. "Ini banyak sekali mah, dan sudah lebih dari cukup untuk kami." Tutur putri kemudian.