Bahtiar memasuki ruangan randa, dan di dapatinya randa yang tengah melamun di kursinya sebari memandangi sebuah bingkai foto yang sudah pasti adalah foto putri.
"Sudah menyesal hmm?" Tanya bahtiar yang tau tau sudah duduk di hadapan randa.
Randa tersentak dari lamunannpya dan menghela nafas beratnya. "Entahlah pah, disini kan putri yang salah. Tapi dia malah gak ada hubungi aku sama sekali." Adu randa terdengar begitu lelah. Sudah seminggu namun putri tidak pernah menghubunginya sama sekali, bahkan wanita itu terlihat baik baik saja setelah pertengkaran mereka.
"Dan disini kamu yang tak bisa mengendalikan diri kamu, kalo putri sih papah yakin bisa mengendalikan dirinya sendiri. Pisah dari kamu itu bukan suatu masalah besar untuknya, yang menjadi prioritas dia itu adalah orang orang yang akan ada di sekitarnya saat ini terlebih dalam masalah yang kini dihadapinya." Jelas bahtiar pada sang putra yang masih saja bodoh walau telah diberi pelajaran olehnya. Lihatlah dia ingin putri yang menghubunginya lebih dulu ya jelas wanita itu tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu saat dirinya tengah di terpa masalah besar.
"Masalah apa pah?"
"Ck," Bahtiar berdecak kesal sebari menggelengkan kepalanya. Lalu bahtiar menyerahkan ponselnya pada randa.
Randa membaca sebuah account berita online yang menuliskan bahwa perusahaan atmaja terancam bangkrut dan bagaimana kerasanya seorang putri isnari atmaja yang saat ini berusaha membangun kembali perusahaannya."Perusahaan ricko telah berinvestasi banyak untuk membantu putri."
"What?!" Tanpa sadar randa membanting ponselnya ke atas meja dan sontak saja bahtiar mengeluarkan omelannya pada sang putra.
"Randa jangan lampiaskan kemarahan kamu pada hp papah." Protes bahtiar menatap tajam pada randa.
"Lalu kenapa perusahaaan kita tidak membantu pah? Aku yakin dengan sekali bantuan kita perusahaan atmaja akan bangkit lagi." Balas randa menghiraukan omelan sang ayah terkait ponselnya yang randa banting.
"Dia tidak menemui papah," Jawab bahtiar dengan santainya. "Papah mengenal putri cukup baik dan karena kamu dia tidak mau meminta bantuan papah." Lanjut bahtiar lagi menatap tajam pada randa.
"Dasar kekanak kanakan." Protes randa menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa putri lebih memilih meminta bantuan pada ricko dibanding dirinya? Padahal jelas perusahaan randa lebih bisa di andalkan dari pada perusahaan asing seperti milik ricko.
"Kamu lah yang kekanak kanakan. Cobalah dewasa randa, kamu seorang pria dan ketika kekasih kamu marah kamu itu bukannya balik marah. Kamu lah yang harus menjelaskannya dengan baik baik." Jelas bahtiar yang sudah menegapkan tubuhnya menatap randa. "Kalau begini caranya papah harus selalu ikut campur dalam hubungan kalian. Dasar.!"
Setelah mengatakan itu bahtiar segera beranjak dari tempat duduknya dan keluar begitu saja dari ruangan randa.
"Pah." Teriak randa yang menyadari ponsel sang ayah tertinggal diruangannya. Bahtiar yang tak kembali keruangannya membuat randa menghubungi rara dan menyuruh wanita itu keruangannya.
Tak butuh waktu lama karena saat ini rara telah berada diruangan sang bos yang telah berubah padanya sejak kembalinya ia ke kantor ini."Berikan ini pada pak bahtiar." Suruh randa menyerahkan ponsel sang ayah pada rara. Setelah rara keluar randa segera membuka laptopnya dan membaca lebih seksama berita tentang perusahaan atmaja dan putri.
'Putri isnari atmaja dan ricko dalter melakukan kerja sama apakah keduanya juga memilki hubungan khusus?'
Sebuah judul dari salah satu media online membuat randa menggeram kesal. Sepertinya ricko kembali mengejar putri, telihat sekali pria itu terus mendekati putri dan bahkan membantu putri. Randa takut putri akan luluh mengingat bagaimana kedekatannya dengan ricko semasa di australia.