Putri tiba di Jakarta hampir memasuki pagi hari, ia langsung menghampiri sosok aulia dan tasya yang memaksa untuk menjemputnya di bandara. Dan putri sangat berterimakasih untuk kedua sahabatnya itu.
"putri." Teriak tasya memeluk tubuh putri. "aku kangen." Lanjut tasya lagi.
"heh peak, gak ada waktu untuk kangen-kangenan. Ayo kita langsung kerumah sakit." Ajak aulia menarik lengan tasya.
"kamu gak peluk aku dulu?" Tanya putri merentangkan tangannya pada aulia. Tentu saja aulia tidak menolak, ia pun sangat merindukan sahabatnya itu. Aulia segera berhambur ke dalam pelukan putri.
"aku kangen kalian." Ujar putri dengan senyuman diwajahnya.
"heh ayoo kerumah sakit." Kini gantian tasya yang memeluk menarik aulia, dan hal itu tentu membuat putri terkekeh pelan.
"iya iya ayoo." Ajak aulia dengan nada sebalnya seperti biasa.
Ketiganya pun meninggalkan bandara, dan aulia mulai mengendarai mobil menuju rumah sakit dimana ramzi atmaja kini tengah dirawat.
"apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya putri menatap aulia ketika mereka telah keluar dari area parkir bandara.
Kini gadis di sisinya itu terlihat sedikit tegang,ia tidak tau harus mengungkapkan kebenaran tentang perusahaan lebih dulu atau tentang sang ibu tiri.
"tasya ceritakan sama aku." Merasa tak mendapat jawaban dari aulia putri memutar tubuhnya sedikit untuk menatap tasya yang duduk di kursi penumpang.
"eumm gimana ya put." Tasya pun melirik aulia sekilas, dan ia juga merasakan hal yang sama dengan aulia.
"kalian ceritakan atau aku akan marah besar." Ucap putri yang terpaksa mengancam kedua sahabatnya.
Aulia menghela nafas beratnya sesaat. "oke, gw akan cerita satu dan tasya satu." Ucap aulia yang sedikit membuat putri harus menyerngitkan dahinya. Ia kurang paham dengan ucapan aulia ini. Apa memang terlalu banyak hal yang ia lewatkan selama ini tentang sang ayah dan juga perusahaannya.
"silahkan." Suruh putri dengan nada bossynya yang sangat dirindukan oleh kedua sahabatnya.
Aulia pun melirik sejenak pada tasya yang akan bersiap mengeluarkan cerita kepada putri. Tasya menganggukkan kepalanya, lalu walau masih merasa ragu gadis itu tetap mulai bercerita pada putri.
"jadi semenjak kamu pergi dari perusahaan, kantor pusat terus mengalami penurunan. Bahkan cabang kita banyak yang udah di tutup." Tasya menghentikan sejenak ceritanya saat melihat putri yang membulatkan matanya. mengapa kedua sahabatnya ini tidak memberitahukan dirinya perihal masalah besar seperti ini.
"pak ramzi terus-terusan lembur untuk menyelesaikan masalah ini, namun semuanya tidak semudah itu karena sebenarnya semua akar permasalahan ada dalam area internal pak ramzi." Ujar tasya kini sudah beralih menatap aulia. Yang di tatap seolah mengerti bahwa ini adalah bagian nya untuk bercerita. Ia kembali medesah berat, dan mau tak mau aulia pun harus memulai semua cerita yang telah di lewatkan oleh putri.
"ibu selfi."
Ucap aulia terhenti sejenak, wajah putri terlihat semakin terkejut saja. Walau keduanya belum selesai berbicara namun putri yakin semua permasalahan perusahaan dan keluarganya pasti di sebabkan oleh selfi.
"bu selfi menjual perusahaan kecil yang baru dibuka oleh pak ramzi, dan dari situ semua investor kita merasa bahwa perusahaan atmaja benar-benar tidak professional dengan menjual peruahaan yang bahkan belum berjalan 6 bulan." Jelas aulia dengan informasi yang ia dapatkan dari orang orang terpercaya dalam perusahaan mereka.