"Randa bangun randa.!" Putri menghiraukan ricko yang tiba-tiba saja lunglai setelah suara pistol nyaring terdengar.
Ia tak memperdulikan beberapa orang yang datang dan meringkus tubuh ricko yang masih dalam keadaan setengah sadar.
"Randa." Bahtiar yang melihat tubuh randa dalam pangkuan putri seketika merasa sangat khawatir di tambah lagi dengan darah yang terus mengalir di bagian perutnya.
"Pah ayo bawa randa kerumah sakit." Pinta putri dengan suaranya yang mulai serak.
Bahtiar menganggukkan kepalanya, ia lantas memanggil beberapa orang yang ikut bersamanya untuk membantu membawa randa ke mobilnya. Putri meringis beberapa kali saat melihat randa yang seperti merasa kesakitan saat di angkat dan di gotong menuju parkiran dimana mobil bahtiar berada.
Randa dibiarkan berbaring di kursi penumpang belakang dengan kaki putri yang menjadi bantalnya. Dan selama perjalanan putri dan bahtiar nampak begitu cemas bercampur dengan ketakutan.
"Put.."
Merasa namanya disebut putri menundukkan kepalanya dan berusaha sekuat tenaga menahan cairan bening yang seolah memaksa ingin keluar dari mata indahnya.
"Iya sayang, aku disini."
Walau samar namun putri bisa melihat sang suami tersenyum kecil dan tentu putri tau apa yang membuat suaminya ini tersenyum. Panggilan sayang itu adalah suatu kata yang selama ini sangat di nantikan oleh randa keluar dari bibirnya.
"A-aku se-nang." Ujar randa sedikit terbata-bata.
Putri meraih tangan randa dan juga membawanya ke arah pipinya yang sudah basah oleh air mata.
"Aku janji akan selalu memanggil kamu 'sayang' tapi kamu bertahan ya sayang. Aku mohon.." Pinta putri masih terisak.
Randa menggeleng pelan, ia bergerak menyeka air mata putri. "Ja-ngan nangis." Larang randa.
"Nda kamu jangan banyak bicara ya nak." Ujar bahtiar yang telah memiringkan tubuhnya. Randa perlahan melepaskan genggaman tangan putri, ia mengulurkan tangannya dengan lemah ke arah sang ayah yang seketika dengan cepat meraih tangan randa.
"Pah.." Panggil randa yang tak bisa menatap bahtiar. Seluruh tubuhnya seolah tak ingin digerakan karena sedikit pergerakan saja akan membuat rasa sakit itu datang.
"Iya nak,"
"Aku mau meminta sesuatu.." Walau dengan susah payah randa berusaha mengungkapkan apa yang tengah menjadi pikirannya.
"Apapun randa, akan papah berikan." Jawab bahtiar dengan cepat.
"Ja-ga putri dan an-ak aku pah." Pinta randa yang membuat putri menggelengkan kepalanya.
"Apa maksud kamu?!" Bentak putri yang merasa takut dan kesal secara bersamaan.
"Randa, tidak akan ada yang terjadi pada kamu nak.. Papah akan pastikan kamu yang akan menjaga putri dan calon anak kalian..."
"Ti-dak pah.."
"Stop it randa!" Bentakan putri membuat randa tersenyum tipis. Dari posisinya saat ini randa memang bisa dengan bebas menatap wajah cantik putri yang sedikit pucat.
"Jangan banyak bicara,kamu harus sembuh.!" Lanjut putri yang terlihat sangat frustasi. Kenapa disaat seperti ini randa justru mengatakan sesuatu yang mengarah pada sebuah perpisahan, tak tau kah randa putri sangat takut saat ini? Ini adalah ketakutan terbesarnya..ia takut jika harus hidup tanpa randa, ia takut menghadapi dunia ini jika randa tidak ada di sisinya.
"Maafin aku sayang."
"Nda please, jangan bicara perpisahan. Aku takut sayang." Mohon putri yang telah menundukkan kepalanya dan menyatukan keningnya dengan kening randa.