Saat giliran putri di periksa ia hanya di temani oleh kedua sahabatnya yang sungguh setia.
Aulia dan tasya bahkan begitu excited saat melihat bagaimana calon keponakan mereka yang meringkuk di dalam perut sang ibu."Ya ampun tuan putri ini, kayanya pemales ya. Setiap di USG bobo mulu." Ujar aulia masih menatap gemas layar TV yang menunjukkan calon keponakannya.
"Bayi nya sangat sehat bu, di jaga terus makanannya ya dan jangan lupa olahraga kecil-kecilan saja." Jelas sang dokter yang mulai menjelaskan.
Putri mengangguk paham, ia lalu menutup kembali perut buncitnya. Dan kini ia pun berhadapan dengan sang dokter pribadi.
"Ibu dewi, oma dan pak bahtiar kemana bu? Biasanya rombongan kesini?"
Putri terkekeh pelan begitu juga dengan tasya dan aulia, "orang tua saya sedang di singapur dok, hari ini baru pulang. Kalau oma sedang kurang sehat." Jelas putri tersenyum kecil.
Ya, kedua mertuanya memang sedang di rumah sakit singapur guna menemani randa yang tengah berobat rutin setiap bulannya. Sedang oma? Wanita tua itu memang sering sakit-sakitan semenjak randa dinyatakan koma. Mungkin usianya yang sudah sepuh membuatnya tak kuat melihat ataupun mendengar berita buruk. Apalagi itu adalah cucu kesayanganya.
"Saya turut prihatin dengan kondisi pak randa bu." Ujar sang dokter yang jelas tau bagaimana kondisi randa.
"Terimakasih dok, kalau begitu kami permisi dulu." Pamit putri yang telah mendapatkan jadwal kontrol serta resep obat nya.
Setelah sang dokter menganggukkan kepalanya aulia dan tasya bergegas membantu putri untuk berdiri. Bahkan kedua sahabatnya itu juga dengan setia menuntun putri berjalan menuju parkiran mobil.
"Nanti suruh pak amat aja tebus obatnya." Ujar aulia saat putri menunjukan kertas resep obat yang belum mereka tebus.
"Ya sudah."
Putri menurut saja, lagipula ia juga sudah lelah dan membutuhkan istirahat. Setibanya di mobil mereka menyuruh sang supir untuk menebus resep obat sedang putri dibiarkan beristirahat sejenak di dalam mobil.
"Oh ia om sama tante balik hari ini kan?" Tanya tasya yang duduk di sisi putri, sedang aulia duduk di kursi depan.
"Iya, seharusnya sih sudah sampai dirumah." Jawab putri sebari melirik jam tangannya.
Ia pun sudah tak sabar ingin sampai dirumah, ia merindukan sang suami yang beberapa hari ini tak dilihatnya. Walaupun randa bak mayat hidup namun putri takkan menyerah, ia akan setia mendampingi sang suami hingga ia kembali pulih.
Setelah menunggu beberapa saat sang supir sudah duduk di tempatnya dan mulai membawa mobil untuk kembali ke rumah.
Sepanjang perjalanan yang macet putri gunakan untuk tidur. Semenjak ia hamil memang putri mulai merasa cepat kelelahan namun ia tidak pernah mengeluhkan hal itu pada siapapun apalagi keluarganya.
Justeru putri semakin menyibukkan dirinya dengan pekerjaan kantor yang memang kini tengah berkembang pesat di tangannya.Bahtiar tentu menghkawatirkan sang menantu namun bahtiar juga tau putri melakukan itu semua sekedar pelarian. Karena semakin lama putri dirumah wanita itu akan terus bersedih dengan kondisi sang suami saat ini.
Namun walaupun putri di sibukkan dengan urusan kantornya, ia tetap mengingat tugas utamanya yaitu mengurus sang suami. Kegiatan putri sebelum ke kantor adalah mengelap tubuh randa dan juga mengajak suaminya itu mengobrol walaupun pria itu sama sekali tak akan merespon apapun yang putri ucapkan.
Saat mobil mewah itu mamasuki pekarangan kediaman bahtiar tasya dengan lembut menyentuh lengan putri dan menggoyangkannya sejenak.
"Put, udah sampe." Bisik tasya pelan.