Putri sudah sangat muak, menjalani kehidupan bersama randa seolah-olah tak ada hal apapun yang terjadi diantara keduanya. Ia merasa jijik setiap kali melihat wajah randa apalagi setelah mengetahui semua kebenaran yang menampar putri dengan sangat kencang.
Ia ingin meninggalkan randa, namun tidak begitu saja. Putri bukanlah wanita lemah. Ia tidak akan membiarkan dirinya di permainkan seperti ini, randa harus menerima balasna atas semua perbuatannya. Dan hal itu yang akan dilakukan oleh putri.
Pagi ini, seluruh anggota keluarga telah berada di meja makan termasuk selfi yang juga masih saja berada di kediaman bahtiar.
Putri yang sudah tak bisa menahan dirinya memutuskan untuk berdehem pelan agar semua menatap dirinya.
"Selfi sepertinya sudah membaik? Apa anda tidak ada rencana untuk segera pergi dari rumah ini?" Tanya putri tiba-tiba. Randa dan selfi segera beradu pandang dengan panik, dan tentu saja putri cukup mengerti maksud tatapan kedua pasangan itu.
"Hmm, sayang. Kaki nya belum sepenuhnya sembuh, mungkin biarkan dia beberapa hari lagi dirumah ini.."
"Tidak, papah setuju dengan putri. Dia sudah terlalu lama disini, dan randa ingat ini adalah rumah papah. Papah yang akan memutuskan semuanya disini. Dan papah mau hari ini juga wanita itu harus pergi dari rumah ini." Ucapan tegas dari bahtiar tentu saja membuat randa tak berkutik. Melalui ujung matanya ia melirik selfi yang pasti merasa kecewa dengan keputusan sang ayah.
"Baiklah om, tante. Siang ini selfi akan pergi."
"Baguslah." Bahtiar mengangkat wajahnya dan menatap sang menantu dengan tatapan lembutnya.
"Putri hari ini berangkat bersama papah ya, ada yang mau papah bicarakan tentang proyek kita." Ucap bahtiar dengan lembutnya.
"Baik pah." Jawab putri dengan anggukkan kepalanya.
"Oh ya, ini mamah siapkan buah-buahan untuk kamu ya put. Dan nanti siang mamah akan kirimkan makan siang ke kantor kamu." Dewi menyerahkan sebuah tiffin berisi buah-buahan yang di siapkannny khusus untuk sang menantu kesayangan.
"Mah, kenapa repot-repot sih? Putri bisa mencari makanan di dekat kantor kok." Ucap putri yang merasa begitu tak enak hati pada dewi yang selalu saja sibuk membuatkannya bekal makanna.
"Ck, apa sih siapa yang repot. Mamah senang kok, mamah mau pastikan kamu dan cucu mamah harus sehat." Ujar dewi dengan senyuman tulusnya. Putri merasa begitu terharu, semakin hari dewi memang semakin begitu baik padanya. Wanita paruh baya itu begitu perhatian padanya, apalagi jika menyangkut tentang asupan makananya.
"Iya put biarkan saja, dari pada mamah kamu sibuk arisan dan nylon terus mening dia sibuk di dapur untuk kamu dan juga cucunya." Sambung bahtiar yang juga merasa bahagia melihat bagaimana perdulinya dewi pada sang menantu dan juga calon cucu mereka.
"Ya sudah, ayo kita berangkat." Ajak bahtiar kemudian. Ia mulai berdiri dari tempat duduknya, namun belum sempat melangkah randa pun ikut berdiri dan memanggil sang ayah.
"Pah, randa juga ikut papah yah..kan kita searah." Ujar randa cepat.
"Tidak usah, kamu berangkat sendiri saja. Papah mau berbicara khusus berdua dengan putri. Ayoo sayang." Ajak bahtiar yang langsung berjalan cepat meninggalkan meja makan.
Putri bergegas menyusul sang mertua setelah berpamitan pada mertuanya dan juga sang suami. Walau enggan, namun putri tidak mau membuat semuanya curiga terutama randa. Pria itu tidak boleh tau bahwa putri telah mengetahui semua tujuan randa dengan memanfaatkan dirinya.
Randa memandang heran kepergian sang ayah dan juga putri. Entah perasaanya saja atau benar, tapi kedua orang itu sepertinya tengah mendiamkan randa. Bahtiar dan putri sekarang sangat jarang berbicara pada nya, bahkan terkesan selalu menghindari randa.