4. Sebuah Pesan

141 26 0
                                    

Kami berhenti di area makanan pokok. Kembali Jae dan Dowoon memperdebatkan makanan yang hendak mereka beli. Di sisi lain, aku melihat Kak Sungjin yang sedang memilih varian daging yang terletak tidak jauh dari kami. Lalu, Brian terlihat kembali sibuk dengan ponselnya, aku tidak mengerti apa yang sedang ia kerjakan. Aku sudah tidak bersemangat melanjutkan belanja kebutuhan ini. Orang bilang, shopping is the best medicine. Namun, hal itu tidak berlaku untukku. Rasanya, justru semakin membuatku bad mood sejak mengetahui Wonpil memiliki hubungan dengan perempuan lain.

Uh? Jealous?

Aku memeriksa ponselku, untuk berkali-kali memastikan bahwa memang tidak ada pesan dari siapapun yang masuk ke dalam aplikasi pesanku. Sepertinya ponsel ini bermasalah.

"Yo! Wonpil membalas pesanku!" seru Dowoon.

"Yo is my trademark. Dia membalas apa?" tanya Jae.

Mendengar informasi terbaru itu, kini aku berusaha menyembunyikan rasa terkejut. Yang benar saja, aku yang rajin memeriksa ponsel, berharap ia membalas pesanku, meski itu hal yang mustahil, tapi Wonpil justru membalas pesan temannya.

Ya, memang aku ini siapa juga?

Untuk saat ini, aku bersiap-siap memasang telinga untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci lagi. Aku mendekatkan diri kepada kawanan. Berperan menjadi detektif yang amatir.

"Wonpil mengatakan akan bergabung dengan pizza party malam ini. Namun, akan datang terlambat. Ia mengatakan sedang berada jauh dari pusat kota. Menembus kemacetan jalanan membutuhkan waktu. balasnya seperti itu," jelas Dowoon.

"Alright. Itu tandanya Wonpil membawa mobil pribadi. Ia tidak tahu jalan pintas untuk menghindari kemacetan, dan lebih memilih untuk melalui jalan utama yang macet. Bisa jadi Wonpil mengantarkan si anak magang itu yang rumahnya terletak jauh dari pusat kota. Ok, masuk akal," selidik Jae.

Aku sepakat!

Uh? Ada apa denganku? Seharusnya aku mencari kemungkinan yang lainnya.

"Tapi tempat tinggal kakaknya terletak jauh dari pusat kota juga. Siapa tahu dia sedang berkunjung ke sana?" timpal Brian.

Ok. Masuk akal.

Aku dengar Wonpil dengan kakaknya sangat akrab dan sering pergi bersama. Bisa jadi, kalau yang Jae lihat tadi adalah keliru. Yang mana sebenarnya hari ini ia pergi ke supermarket bersama dengan kakaknya.

Hey? Atas dasar apa aku menjadi seorang yang penuh penyangkalan?

Ada sedikit kelegaan dari kemungkinan yang Brian katakan. Meski aku tidak bisa memastikan kebenarannya. Andai saja..

WONPIL MEMBALAS PESANKU!

Sekali lagi.. WONPIL MEMBALAS PESANKU, BARU SAJA!!!

K.

apakah semalam baik-baik saja?

Aku baik-baik saja.
Bagaimana denganmu?

Inginku menjawabnya bahwa aku sedang tidak baik. Bagaimana bisa aku merasa baik-baik saja dengan sikapnya yang membuatku bertanya-tanya sejak kemarin malam. Bagaimana aku bisa baik-baik saja ketika teman-temannya sudah menyuguhkan informasi yang membuat hatiku mendidih. Meski aku bukan siapa-siapanya, namun, mendengar ia memiliki hubungan dengan perempuan lain dan terlebih itu bisa saja rekan kerjanya, tentu hal itu membuatku bersedih.

"Seona, kamu sudah mengambil kebutuhanmu?" tanya Kak Sungjin menyadarkan lamunanku.

"Hm, sepertinya sudah. Kak, aku mau ke toilet sebentar," ijinku.

Belum sampai Kak Sungjin menjawab, aku bergegas menuju toilet.

*

Seharusnya aku tidak seperti ini. Kejadian hari ini sungguh memalukan bagiku sendiri. Apa yang sedang terjadi? Mengapa aku menangis hanya karena informasi yang tidak pasti itu? Mengapa aku mudah menjadi seseorang yang cemas hanya karena Kim Wonpil? Seharusnya, semua tidak terjadi demikian. Seharusnya aku tidak terlibat dengan urusan Kak Sungjin berserta teman-temannya.

Aku tertunduk. Menghabiskan tangisku hingga aku merasa lebih baik. Ini bukan kemauanku. Ini karena hatiku yang lemah karena tidak bisa menjaga diri. Mudah terpengaruh karena hal lain yang tidak seharusnya bukan urusanku.

Sebuah pesan. Itu dari Kak Sungjin

kakak!

Kakak titipkan tisu kepada petugas kebersihan yang masuk ke dalam toliet. Jangan pakai tisu toliet. Itu tidak cocok dengan wajahmu.

Awalnya tangisku sudah mereda, namun kini aku semakin menjadi karena Kak Sungjin mengirimkan pesan seperti itu.

kakak!

Jangan terburu-buru. Kakak sedang memesan makan di foodcourt bersama yang lainnya.
Kabari kalau sudah membaik, ya?

Sungguh.. Kali ini tangisku bukan lagi tanpa sebab. Aku merasa tersentuh karena Kak Sungjin begitu peduli kepadaku. Sedangkan aku tidak menceritakan alasan di balik perasaan menyedihkan ini.

Ketika sudah merasa lebih baik, aku bersiap untuk keluar dari bilik toilet. Dan tentu saja, aku melihat tisu yang terletak di dekat westafle. Aku tidak sedang berbohong, ia adalah seorang yang penyayang orang sekitarnya. Ini sungguhan.

Aku berusaha mengendalikan diriku dan segera menyusul Kak Sungjin dengan teman-temannya di area foodcourt. Semoga mereka tidak menyadari aku yang baru saja menangis di toilet. Ini memalukan jika mereka sampai mengatahuinya.

"Yo, Seona! Ini aku memesankan minuman kesukaanmu. Ada promo buy 1 get 1 khusus untuk pembelian di hari ini. Aku membelikannya untukmu dan anak kecil ini," ucap Jae. Dan kembali meledek Dowoon yang sedang fokus bermain dengan ponselnya.

"Mereka memberinya gratis minuman karena mengenal Jae. Dia sering membeli minuman ini untuk dibagi bersama Dowoon. Jangan terkejut," ucap Brian.

"Yaa! Buatlah aku terlihat keren sedikit saja. Kamu ini!" balas Jae.

Aku membalas dengan seulas senyum dan meraih minuman pemberian Jae.

"Tunggu, aku ingin bertanya. Apakah perempuan yang akan atau sedang datang bulan memang harus melalui fase menderita terlebih dahulu kah?" tanya Jae.

Aku tersedak. Minuman yang belum sampai aku nikmati menjadi sia-sia dengan pertanyaan yang dilontarkannya. Tentu pertanyaan itu untukku. Untuk siapa lagi? Adakah di antara para lelaki ini yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan dadakan dari Jae barusan? Kak Sungjin membantuku mengambilkan tisu untukku.

"Bagaimana jika kamu sekolah lagi untuk menyusun kalimat tanya dan memilih kosa kata yang baik dan benar? Atau kamu bisa mempertanyakan itu kepada Seona secara personal suatu saat nanti di masa depan? Ah, memalukan. Yaa! Aku kalah!" gerutu Dowoon.

"Bisakah kita berpura-pura seolah semua ini tidak pernah terjadi? Aku sudah melewati banyak moment memalukan bersama Jae dan pertanyaan randomnya. Jadi.. ayolah!" tambah Brian.

Aku tahu ini adalah ide dari Kak Sungjin. Pasti ia sedang berusaha mencari alasan lain untukku. Alasan random Kak Sungjin digabungkan dengan daya tangkap Jae yang tidak kalah randomnya.

Aku tidak menjawab pertanyaan dari Jae. Ia melanjutkan perdebatannya bersama Brian dan Dowoon. Aku melirik Kak Sungjin yang seolah tidak mengetahui apa-apa.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir."

Aku meraih lengannya. Cukup mengatakan hal itu dan Kak Sungjin merespon dengan senyuman. Seraya ia memberi balasan dengan menepuk punggung tanganku.

"Semua akan baik-baik saja. Kamu jangan khawatir."

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang