32. Confession, 2.0

59 16 0
                                    

Aku bergegas menuju lantai bawah untuk menunggu Wonpil.

"Seona, kamu sudah makan?"

Kak Sungjin baru saja keluar kamar. Aku mengambilkan vitamin yang Dowoon bawakan tadi siang.

"Aku sudah makan tadi. Teman-teman membawakan banyak makanan. Dowoon juga membawakan vitamin, ia mengatakan ini titipan dari ibunya. Kak, apa akhir pekan ini Kakak tetap berangkat keluar kota bersama yang lain?"

Kak Sungjin mengangguk.

"Tapi Kakak masih belum membaik."

"Siapa bilang? Saat ini Kakak merasa jauh lebih baik dan bisa kembali berlatih."

"Aku akan mempersiapkan kebutuhan Kakak."

"Aku mendengar mobil berhenti di depan rumah. Seperti suara mobil milik Wonpil. Apa ada barang yang tertinggal?" tanya Brian yang beranjak dari sofa.

"Wonpil datang untuk menemuiku," ucapku kepada Brian, "Ada hal yang ingin kami bicarakan.. sebentar."

Aku bergantian menatap Kak Sungjin seraya meminta izin darinya. Wajah Kak Sungjin penuh dengan tanya, "Tidak akan lama. Aku akan memberitahu Kakak nanti. Hm?"

Kak Sungjin mengiyakan seraya menepuk pundakku, "Lakukan yang terbaik, Seona."

Aku tersenyum dan segera pergi menemui Wonpil di depan rumah. Aku melihatnya yang sudah menunggu di luar mobil.

"Ada apa? Apakah ada barang yang tertinggal?" tanyaku basa basi.

"Seona, aku harap kamu belum melupakan bahwa aku pernah mengungkapkan perasaan kepadamu di taman kota waktu itu. Sayangnya, aku tidak menyerah meski kamu sudah menolak. Aku tetap menunggu waktu yang tepat akan datang kepadaku, kepada kita."

Aku tidak menduga dengan apa yang Wonpil ucapkan. Ia menatapku dengan serius.

"Seona, aku benar-benar menyukaimu. Tetaplah bersamaku, berjalan di beriringan. Aku tidak hanya akan menawarkan perasaan yang tulus ini, tapi aku mengajakmu untuk menikmati kisah cinta ini bersama. Hanya kamu dan aku.. Aku bersungguh-sungguh.. Park Seona, jadilah kekasihku."

Indah. Wonpil begitu indah. Bagaimana lagi aku mendeskripsikan keindahan darinya? Ia sungguh membuatku tersipu malu.

Aku berusaha menahan senyumanku, "Sebenarnya waktu itu aku bukan menolakmu. Waktu itu dan sekarang, rasa gugup yang aku rasakan sangat luar biasa. Lagi pula... Mana bisa aku menolakmu?"

Keseriusan darinya terpecah. Kali ini senyum merekah dari wajahnya. Ia menatapku dengan wajah yang bahagia.

"Jadi, Seona, mulai sekarang dan seterusnya, berbahagialah bersamaku. Perasaan di dalam hatiku saat ini sedang gaduh, mereka hanya akan tenang saat aku bertemu denganmu."

Aku tak sanggup lagi menahan senyumanku, semua ucapan itu benar-benar membuai diriku. Ia menjadi seorang penyair yang sukses, yang membuat hatiku merasa beruntung memilikinya.

"Maafkan aku waktu itu sudah membuatmu bersedih," aku mengusap pundaknya, "Dan terima kasih sudah kembali dan menarikku kepadamu, Kim Wonpil. Aku juga menyukaimu. Aku sangat menyukaimu. Ah, rasanya jantungku ingin meledak."

Wonpil meraih tanganku dan menggenggamnya, "Hm? Benarkah? Aku belum seluruhnya menyampaikan perasaanku. Aku tidak akan melanjutkannya. Aku tidak ingin kamu menjadi kepingan."

Kembali ia membuatku tersipu. Kata-katanya sungguh membuatku merasa senang. Senyumnya selalu membuat hatiku menjadi tenang. Malam ini ia penuh dengan bahagia. Malam ini kami menyepakati hati untuk bersama. Keraguan tidak hadir di antara kami. Semua berjalan dengan lancar. Kim Wonpil, berhasil menguasai seluruh hatiku.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang