2. Rumor

243 32 0
                                    

Saat aku sedang mencari informasi menarik yang bisa aku jadikan bahan untuk siaran, seseorang mengetuk pintu kamarku. "Ya? Masuk."

Pintu kamarku perlahan terbuka dan terlihat Kak Sungjin yang berada di baliknya. Meskipun kamarku tidak ditutup rapat, ia selalu membiasakan diri untuk mengetuk pintu kamar jika sedang mencariku.

"Apa kamu sibuk?"

"Oh, tidak. Ada apa Kak?"

"Tidak apa. Kakak hanya ingin memastikan. Apa ada kesulitan?"

"Kesulitan? Tidak ada. Aku hanya belum terbiasa tidur di kamar baru. Masih terbayang kenyamanan di kamar lamaku."

"Nanti juga kamu akan terbiasa."

"Ada apa dengan Kakak? Terlihat seperti cemas."

"Tadi Kakak melihat kamu mengobrol serius dengan Brian. Mungkin ada hal yang Kakak tidak tahu? Khawatir jika itu berkaitan dengan kebutuhanmu."

Aku sudah penasaran setengah mati. Aku kira ada hal lain yang dicemaskan olehnya. "Itu bukan apa-apa, Kak. Aku hanya bertanya mengapa teman-teman yang lain tidak datang untuk membantu?"

"Yang lainnya sedang menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ini kan akhir pekan."

Aku mengangguk sebagai tanda mengerti.

"Kamu sungguh tidak ada masalah? Kalau membutuhkan sesuatu, katakan langsung kepada Kakak. Kakak kandung kamu bukan Brian, tapi Kak Sungjin," ujarnya.

Aku tertawa. "Aku pikir Kakak ada apa tiba-tiba serius seperti itu. Kakak juga, kalau ada apa-apa langsung katakan kepadaku. Adik kesayangan Kakak itu bukan Brian, tapi Park Seona," balasku.

Urat keteganganku nyaris terputus. Aku sama sekali tidak menyangka kalau sudah membuatnya merasa cemas karena obrolanku dengan Brian. Aku harap Kak Sungjin tidak mendengarkan secara detail topik diskusiku dengan Brian.

"Apa ini bawa-bawa namaku? Ayo, jadi ke supermarket, tidak? Aku ingin menonton film, dan aku butuh bahan makanan," sela Brian yang berdiri diambang pintu kamarku.

"Oh, iya. Kakak mau ke supermarket untuk membeli persediaan makanan. Ayo, kamu ikut."

Kak Sungjin memang yang terbaik! Itu jelas kakakku.

Kami bertiga bersiap-siap untuk pergi ke supermarket di pusat kota. Jaraknya memang tidak begitu jauh. Namun, berhubung ini mendekati jam pulang orang bekerja, tentu jalanan akan mulai dipadati berbagai kendaraan yang berlalu lalang.

"Jae mengatakan akan nyusul, tapi masih menunggu Dowoon," ujar Brian.

"Wonpil bagaimana? Aku belum membuka grup chat seharian ini. Seprrtinya ia selalu menyibukan diri?" tanya Kak Sungjin sembari fokusnya pada jalanan.

Mataku menangkap sinyal. Aku mendapati kode dari Brian

"Ia tidak muncul di grup chat seharian ini. Mungkin memang sedang sibuk di tempat lain," Brian menekankan kalimatnya.

Apa tujuannya berbicara seperti itu? Aku juga ikut penasaran mengapa Wonpil tidak muncul di grup chat mereka, karena ia pun tidak membalas pesanku sejak kemarin malam.

"Apa rumor itu benar ya?" selidik Kak Sungjin.

Apa? Rumor? Tentang apa?

"Rumor yang mana?" Brian ternyata tidak mengerti rumor yang dimaksud Kak Sungjin.

"Nanti saja tanya Jae. Ia kemarin yang membahas rumor terkait hubungan Wonpil dengan anak magang yang berada di manajemen lantai atas."

"Benarkah itu? Wah.." Brian dengan serunya merespon Kak Sungjin.

Sepertinya ia baru menyadari sesuatu hal. Hanya aku sendiri yang tidak mengerti pembicaraan keduanya. Aku sendiri yang tidak bergabung dengan grup chat, ya memang aku siapa? Aku tidak berani bertanya untuk mencari tahu rumor itu. Sejak dulu, aku dan Kak Sungjin sepakat untuk tidak ikut campur terkait urusan pribadi satu sama lain. Kak Sungjin tidak pernah ikut campur dengan urusanku, begitu halnya denganku yang tidak akan mencampuri urusan pertemanan mereka. Kecuali, situasinya aku dan Kak Sungjin memang sengaja untuk saling bercerita tentang masalah yang sedang kami hadapi.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang