17. Kepada semesta

71 17 0
                                    

"Aku tahu kamu lapar. Mari makan."

·

Setelah kami selesai makan, ponselku berdering. Aku memeriksanya.. dan aku terkejut bukan main.

"Kak Sungjin!"

"Angkatlah."

Bagaimana bisa ia dengan santainya menyuruhku untuk mengangkatnya? Meski sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Biar aku yang menjawab," Wonpil mencoba meraih ponselku.

"Tidak.. aku akan menjawab," tolakku, "Ya, kak?"

"Kamu di mana? Di rumah sedang tidak ada orang. Kakak pergi ke studio menyusul Brian."

"Oh, ini aku masih makan. Mungkin akan segera pulang. Apa Kakak sudah di studio?"

Aku menjadi gugup mendengar Kak Sungjin mengatakan sedang pergi ke studio. Bisa dipastikan ia tidak akan menemukan Wonpil di sana. Tentu saja karena Wonpil sedang bersamaku saat ini. Melihat aku yang gugup, ia mengulurkan tangannya untuk meminta ponselku. Namun aku memberi instruksi untuk menolak.

"Sudah.. Apakah Wonpil di sana?"

Aku menepuk keningku. Sembari melihat Wonpil, "Dia sedang bersamaku."

"Berikan ponselmu kepada Wonpil."

Melihatku yang salah tingkah, Wonpil tersenyum dan kembali mengulurkan tangannya untuk meminta ponselku. Akhirnya aku memberikan ponselku kepadanya.

·

Setelah Wonpil berbicara dengan Kak Sungjin, ia mengembalikan ponsel kepadaku. Aku memeriksa layar ponsel yang sudah mati.

"Sudah selesai? Apa yang Kak Sungjin katakan?"

"Tidak ada."

"Bagaimana bisa tidak ada? Kamu berbicara dengannya sangat lama hingga membuat perutku kembung menghabiskan minuman ini," protesku.

Wonpil hanya membalasnya dengan senyuman "Kalau seperti itu.. ayo, kita pindah lokasi saja."

"Ke mana lagi? Aku ingin segera pulang."

Wonpil tidak menjawab pertanyaanku. Ia justru langsung beranjak dari tempat duduknya. Aku mengalah untuk mengikutinya kali ini. Meski aku tidak tahu akan ke mana ia mengajakku setelah ini. Sesungguhnya aku sedikit merasa lelah, akan tetapi restoran ini letaknya cukup jauh dari halte bus. Aku tidak ingin menanggung resiko menjadi lebih lelah karena harus berjalan menuju halte.

Aku mengikuti Wonpil menuju kasir, ia baru saja selesai membayar semua pesanan kami. Setelah itu kami berjalan menuju parkiran mobil.

"Yaa! Mengapa kamu membayar semuanya? Aku yang makan dengan porsi lebih harusnya aku membayar separuhnya juga."

"Apakah baik jika seorang laki-laki sedang mengajak makan seorang perempuan lalu memintanya membayar separuh harga pesanan?" tanya Wonpil sembari membukakan pintu mobil untukku.

Setelah kami telah berada di dalam mobil, "Aku selalu membayar separuhnya saat pergi bersama teman-temanku. Jika mengetahui kamu yang akan membayar utuh, aku tidak akan makan banyak."

Ia tertawa mendengarkan keluhanku, "Seona, kamu ini lucu. Lagi pula aku tidak membayar pesanan."

"Lalu?"

"Sudahlah.. Aku senang bisa menikmati makan malam bersamamu."

Ah, tidak. Lagi-lagi aku dibuat salah tingkah karenanya. Misteri dana gelap ini masih belum terungkap.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang