38. Bad News

45 12 0
                                    

30 Mei.

Weekend tiba. Kak Sungjin dan Brian sedang memasukkan barang-barang yang akan mereka bawa ke dalam mobil. Meskipun tidak banyak, mereka sudah mempersiapkannya sejak semalam agar tidak ada yang terlupakan ketika akan berangkat.

"Berangkat jam berapa, Kak?" tanyaku yang baru menemui Kak Sungjin di dapur.

"Setelah jam makan siang. Brian masih ke toko kue untuk mengambil pesanannya. Di mana barang-barangmu? Segera masukkan ke dalam mobil."

"Masih di atas. Ah.. Sebentar, Kak. Aku akan mengangkat telfon."

Aku mengangkat telfon dari Sejeong. Aku lupa untuk mengabarinya bahwa pekan ini aku tidak ada di rumah. Biasanya waktu akhir pekan digunakan Sejeong untuk mengajak berkumpul dengan yang lainnya.

Oh, Bad news...

·

Tak lama Brian datang bersama dengan Jae dan Dowoon.

"Yo! Seona~" sapa Jae.

"Mengapa kalian datang bersama Brian?" tanyaku.

"Lalu kami harus datang dengan siapa? Wonpil?" tanya Dowoon.

"Aku menghubungi Wonpil sejak pagi tapi belum dibalas." sahut Brian.

Apakah Wonpil masih tidur? Tidak mungkin.

Aku mengambil minum menghampiri Kak Sungjin, "Kak, tiba-tiba saja aku diminta untuk menggantikan siaran sore ini. Bagaimana?"

"Benarkah? Jalanan ke arah rumah Brian mungkin akan ramai ketika sore. Ditambah ini akhir pekan."

"Siaranku berakhir di jam enam. Tentu kalian tidak mungkin untuk berangkat terlalu sore, bukan? Apa aku tidak perlu ikut saja?"

Brian datang menghampiri kami, "Sudah jam segini tapi Wonpil tidak bisa dihubungi. Apa kita datangi saja apartemennya?"

"Kita akan bersiap sekarang," ucap Kak Sungjin.

"Kita akan menghampiri Wonpil? Kira-kira kakaknya sedang berada di sana atau tidak, ya?" Jae bermonolog.

"Kita bersiap ke rumah Brian," kini Kak Sungjin berdiri dari tempat duduknya.

"Apa?! Tanpa Wonpil? Hanya kita berlima?" tanya Dowoon.

"Tidak, kita berempat. Sore ini Seona ada jadwal siaran." jawab Kak Sungjin.

Aku mengangguk membenarkan ucapan Kak Sungjin. Ia menjelaskan perubahan rencana untuk perjalanan mereka. Hari ini kesepakatannya adalah mereka tetap pergi ke rumah Brian tanpa Wonpil. Sedangkan aku tetap tinggal di rumah, sendirian. Meski sulit Kak Sungjin untuk mempercayaiku, tapi aku selalu berhasil meyakinkannya. Ia berpesan kepadaku untuk langsung pulang setelah siaran, ia melarangku untuk melakukan aktivitas lainnya, tanpa terkecuali. Ia membuat tambahan peraturan untukku layaknya anak kecil yang ditinggal pergi orang tuanya. Ia tidak menunjukkan kekhawatiran di wajahnya, namun dengan banyak pesan yang ia berikan kepadaku, itu sudah mewakili bahwa ia tidak rela meninggalkanku di rumah sendirian.

·

Drrrt...
Sebuah pesan. Itu dari Wonpil.

Tapi tunggu. Ada yang aneh.

Aku ingkar janji pada Kak Sungjin. Kali ini aku memiliki alasan yang lain untung bertanggung jawab kepada Kak Sungjin nantinya. Setelah jam siaranku berakhir, aku langsung bergegas untuk pergi. Tidak ada hal lainnya yang aku pikirkan. Saat ini aku hanya ingin memastikan dengan mataku sendiri tentang isi pesan yang aku terima. Tidak mungkin.

·

Aku mempercepat langkahku agar segera sampai di tempat tujuanku. Aku berlari dari taksi yang aku tumpangi karena kemacetan yang menjebakku. Cukup jauh untuk mencapai tempat ini, tapi semuanya aku lakukan untuk Wonpil.

Aku mengatur nafasku terlebih dahulu. Sudah lama sejak terakhir kali aku berlari ketika masih di klub tae kwon do di sekolah. Setelah aku bersiap, aku meraih gagang pintu untuk membukanya. Akan tetapi, seseorang lebih dulu membuka pintu tersebut.

"Oh, Seona? Kamu datang? Di mana yang lainnya?"

Aku mengatur rasa gugupku.

"Hm, mereka sedang ada kegiatan. Aku datang untuk mewakili."

"Ah, begitu. Terima kasih sudah datang. Wonpil akan segera pulih meski masih terlihat lemas. Tapi tidak perlu khawatir karena Hanna sudah menjaganya sejak tadi siang."

Kembali.. Hatiku rasanya sakit mendengarkan fakta yang terjadi kini. Aku tidak bisa melihatnya yang sedang berada di ruang rawat. Bukan karena tidak sanggup.

"Wonpil akan beristirahat penuh. Tolong sampaikan kepada teman-teman lainnya bahwa ia sedang tidak bisa ikut kegiatan kali ini."

Aku menguatkan diriku di depan Kak Yeeun. Aku tidak bisa mengupayakan diriku untuk bertemu dengan Wonpil. Aku tidak bisa melihat keadaannya, juga memastikan bahwa ia benar-benar istirahat dengan baik. Aku hampir frustasi karena ketidakmampuanku berada di sampingnya ketika ia jatuh sakit.

Hanna sedang bersama Wonpil, ia menjaganya seharian ini.

Itu yang dikatakan Kak Yeeun. Juga, Hanna mengirimkan pesan kepadaku melalui ponsel Wonpil. Mengatakan bahwa Wonpil dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Hanna bisa bersama Wonpil ketika Wonpil jatuh sakit?

Kini datang sebuah panggilan di ponselku. Itu dari Kak Sungjin. Aku bergegas keluar dari lobi rumah sakit untuk mengangkatnya.

"Seona kamu di mana? Mengapa tidak membalas pesan?"

"Aku sedang menunggu taksi. Sesuai pesan Kakak, aku tidak naik kendaraan umum setelah pulang siaran."

"Tetap saja kamu harus membalas pesan. Tetap berhati-hatilah."

Aku terdiam. Suaraku tertahan. Rasanya aku ingin menangis mendengarkan Kak Sungjin yang mengkhawatirkanku.

"Seona, kamu tidak menjawab?"

"Tentu! Aku sudah mendapatkan taksi. Aku tutup, ya?"

Aku mengakhiri panggilan dengan Kak Sungjin. Aku mengusap wajahku kasar. Apa yang sedang terjadi disini? Mengapa aku seperti tersesat? Aku tidak bisa menemui Wonpil, juga aku telah berbohong pada Kak Sungjin.

Aku menepi mendekat pada dinding rumah sakit. Memikirkan cara agar aku bisa menemui Wonpil, tapi mengingat kembali perkataan Kak Yeeun, membuatku diriku menjadi kalah dan tidak berdaya. Ia hanya melihatku sebagai adik dari Kak Sungjin, teman yang mempromosikan Wonpil dengan baik kepada orang lain. Bukan sebagai kekasih. Kak Yeeun sudah mengandalkan Hanna untuk menjaga Wonpil. Aku bisa apa?

Sesak rasanya..

Baru saja beberapa hari yang lalu aku berbaikan dengannya karena kesalahpahaman. Aku marah dengan hebatnya dan aku yakin itu sudah menyusahkannya. Apakah kali ini aku akan kembali lagi melakukan hal yang sama? Mempermalukan diriku sendiri karena kecemburuan yang sepihak?

Aku menghapus air mataku yang tak tertahankan. Aku tidak ingin ia melihatku sebagai orang yang penuh ambisi. Aku harus bisa memposisikan diri. Wonpil memang tidak menceritakan kepada Kak Yeeun bahwa aku adalah kekasihnya. Ia sudah menjelaskannya kemarin. Aku akan menghargai dan menerima resikonya. Sendirian.

Aku mematahkan upayaku untuk menemui Wonpil.

Aku mengalah.

Aku pulang.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang