25. Alasan.

60 19 0
                                    

18 Mei
Stasiun Radio Daydream.

Akhir-akhir ini mataku terasa perih karena harus menatap layar komputer dalam durasi yang lama. Tidak hanya layar komputer, kini efek perih itu merambat terasa juga ketika aku melihat layar ponsel. Terlebih saat ini pekerjaanku yang berkaitan langsung dengan komputer sedang banyak.

Sebuah pesan masuk ke ponselku. Itu dari Wonpil.

K.

Aku perjalanan menuju studio. Izinkan aku berkunjung ke kantormu untuk bertemu

tentu!
tunggu di Circle kafe.

Aku segera menyelesaikan tugas yang hanya tinggal sedikit lalu bergegas untuk ke kafe yang berada di sebelah kantorku. Ini sudah jam makan siang, mungkin sedikit snack bisa mengganjal rasa laparku.

Aku bergegas menuju kafe. Sesampainya di sana, aku melihat Wonpil sudah berada di salah satu meja dekat dengan jendela kafe ini. Aku memesan minuman terlebih dahulu di kasir lalu menghampirinya.

"Apakah ada kegiatan di studio hari ini?" tanyaku.

"Tidak. Aku hanya beralasan agar bisa melewati jalan di kantormu."

Aku tersenyum, "Kamu sudah melihatku. Apa sebaiknya aku kembali ke kantor?"

"Kamu mengusirku? Aku telah membuat pertimbangan yang sulit untuk menemuimu."

"Mengapa harus mempersulit diri?"

"Entah. Sepertinya aku takut tidak sanggup untuk berpamitan setelah ini denganmu."

"Cukup, hentikan.."

"Baiklah. Tolong hentikan aku. Bisa gila jika aku meneruskan ucapanku."

Aku tertawa karena ucapan Wonpil. Ia sangat terus terang dan itu menyenangkan. Orang lain akan memandangnya sebagai sosok yang sempurna, penuh dengan aura kelas atas, dan karisma yang memikat. Karenanya aku telah lama mengenal ia secara illegal, ia mungkin saja pemilik segala karakter itu. Namun di mataku, Wonpil adalah seorang yang apa adanya.

"Seona, ada apa dengan matamu?"

Aku memeriksa melalui kamera di ponselku, namun ia segera menahan tanganku, "Apakah perlu memeriksanya ke dokter?"

"Entah. Aku merasa perih karena terlalu lama menatap layar komputer juga ponsel"

"Jam berapa kamu selesai bekerja? Aku akan menjemputmu."

"Apa kamu sedang membuat alasan yang lainnya?" aku meledeknya.

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku selesai siaran sekitar pukul enam sore. Meskipun aku melarangnya untuk tidak menjemputku, ia tidak akan mendengarkanku. Siapa yang bisa melarang kehendak Kim Wonpil? Terlebih ia selalu memiliki alasan untuk berusaha bertemu denganku. Ia mengatakan bahwa akan menjemputku pada jam pulang kerja. Ia meminta agar aku tidak menatap layar komputer dan ponsel terlalu lama, menyarankanku untuk memberinya jeda beberapa saat.

·

Seusai aku siaran, aku membereskan barang-barangku dan berpamitan dengan rekan yang lainnya. Aku bergegas menuju lobi untuk memastikan bahwa ada Wonpil di sana. Dan tentu saja, kini ia menjadi lebih berani dari sebelumnya untuk melangkah maju melewati batasanku. Ia sedang duduk pada salah satu sofa di ruang tunggu lobi. Kehadirannya tentu membuat rekan kerjaku yang lainnya membicarakannya. Benar-benar karismanya begitu kuat untuk setiap siapapun yang melihatnya.

"Aku rasa ia menunggu seseorang, senang sekali ia bisa melihatnya.."
"Apakah ia memiliki kepentingan pribadi?"
"Ah, aku ingin kekasihku melakukan hal romantis seperti ini juga.."
"Aku ingin menjadi orang yang beruntung memiliki seseorang sepertinya.."

Aku tersenyum karena beberapa orang sangat mengaguminya. Namun apakah aku akan menghancurkan imajinasi mereka jika aku menghampirinya? Aku meraih ponselku untuk menghubunginya.

"Aku sedang perjalanan keluar lobi. Berjalanlah terpisah dariku," ucapku sembari berjalan dan masih melihatnya. Memberikan isyarat untuk mengikutiku.

"Park Seona!"

Bukan Wonpil menjawab telfonku atau langsung mengikutiku, tapi ia justru memanggilku. Itu sangat jelas dan orang-orang yag berada di lobi melihat ke arahnya yang berjalan menghampiriku. Ini sungguh.

Wonpil meraih tanganku dan mengenggamnya, "Aku akan terus menghampirimu hingga aku tidak memiliki alasan lagi untuk selalu bertemu denganmu."

Aku tak henti untuk menatap Wonpil. Aku tak bisa menutupi perasaan senang itu. Aku tersipu karenanya. Bagaimana bisa ia mengatakan itu di sini? Aku bisa mendengar ada suara hati yang patah dari orang-orang yang melihat kami. Aku sungguh minta maaf karena tidak bisa mengendalikan perasaanku ini.

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang