26. Sakit.

80 15 0
                                    

23 Mei

Weekend ini sebenarnya aku dan Sejeong berencana untuk berjalan-jalan ke sebuah mall di pusat kota. Namun sayangnya hujan sejak pagi turun dengan deras. Mereda beberapa saat, lalu hingga siang hari ini derasnya kembali datang. Aku mengatakan kepada Sejeong jika sebaiknya menunda pergi hari ini. Mungkin menggantinya esok hari maupun di waktu yang lainnya.

Aku yang merasa bosan karena hanya bersantai di tempat tidur, pergi menuju ke lantai bawah.

"Brian, di mana Kak Sungjin?"

"Entah. Dia belum keluar kamar sejak tadi."

Aku melihat jam di ponselku, waktu menunjukan sudah hampir makan siang. Apakah ia sedang sibuk?

Aku lantas menuju kamarnya. Mengetuk pintu dan memanggilnya, namun tidak ada jawaban.

"Brian, apa Kak Sungjin benar belum keluar kamar?"

"Aku sejak tadi pagi berada di sini dan tidak mengetahui aktivitasnya sama sekali."

Aku kembali mengetuk pintu dan memanggilnya, masih tidak mendapatkan respon apapun. Haruskah aku membuka pintu kamarnya? Tidak, aku akan menelfonnya terlebih dahulu.
Belum sampai panggilanku tersambung, pintu kamarnya terbuka.

"Kak? Apa Kakak baik-baik saja?"

"Hm.."

Kak Sungjin tidak menghadap ke arahku, ia berjalan menuju tempat tidurnya dan merebahkan diri. Ia terlihat sedang tidak dalam keadaan yang baik. Aku menghampiri Kak Sungjin untuk memeriksanya. Suhu tubuhnya panas! Perasaanku menjadi cemas karena ia terlihat begitu lemas. Aku memanggil Brian untuk membantu memposisikan tidur Kak Sungjin supaya lebih baik.

"Sungjin, apa kamu mendengarkanku?"

Melihat Kak Sungjin tidak merespon panggilan Brian, aku menjadi khawatir. Ada apa denganya? Bagaimana bisa aku tidak mengetahui keadaannya sedari pagi? Sejak semalam?

"Seona, aku rasa ia sedang demam. Sementara ini kita beri Sungjin pereda panas. Jika hujan sudah mereda, kita antar ke rumah sakit."

Pikiranku kosong. Aku tidak mengerti harus bagaimana. Aku tidak bisa mencerna kata-kata Brian. Kak Sungjin demam? Bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya?

·

"Seona, duduklah. Temani Sungjin. Aku akan mencari pereda panas di kotak kesehatan."

Aku masih belum berpindah dari tempatku berdiri sejak masuk ke kamar ini. Hanya Brian yang memeriksa bagaimana keadaannya. Ada keraguan dalam diriku, apakah aku ini seorang adik yang baik? Aku melihat Kak Sungjin dengan khawatir. Aku memberanikan diri untuk mendekat. Aku duduk di sisi tempat tidurnya dengan hati-hati.

"Kak.."

"Seona.."

Kak Sungjin menjawabku. Suaranya terdengar lemah. Berbeda saat pertama aku masuk ke kamarnya. Wajahku memanas, mataku sudah berkaca-kaca mendengar suaranya. Ia perlahan membuka mata, tatapnya benar-benar terlihat sangat lemah. Tangisku semakin menjadi. Aku tidak sanggup untuk melihatnya.

Kak Sungjin meraih tanganku, "Seona, ada apa?"

Tangannya terasa hangat. Ya, Kak Sungjin benar-benar sedang demam.

"Maaf Kakak sudah membuatmu khawatir. Sudah.. jangan menangis."

"Aku seharusnya selalu memikirkan Kakak.."

Kak Sungjin memaksakan diri untuk duduk. Aku masih tidak berani untuk menatapnya. Aku menundukkan kepalaku karena rasa bersalah.

"Siapa yang mengharuskanmu? Sudah, tidak apa. Kakak akan segera membaik setelah ini. Kakak sudah melihatmu hari ini. Kamu sudah mengobati Kakak."

Tangisku semakin menjadi, "Aku akan pulang tepat waktu dan selalu mengabari Kakak. Aku tidak lagi makan terlambat, juga tidak lagi tidur larut malam. Maafkan aku sudah membuat Kakak sakit.."

Aku mendengar tawanya, ia menyandarkan dirinya di tempat tidur, "Apakah kamu sudah makan? Brian memasak apa hari ini?"

"Aku akan memasak sup untukmu. Seona kompreslah Sungjin menggunakan ini."

Aku mengusap air mataku karena kehadiran Brian. Ia memberikanku alat kompres. Aku menerimanya dan kembali menunduk. Aku masih belum berani untuk melihat Kak Sungjin.

"Apa kamu tidak ingin melihat Kakak? Apakah Kakak semenakutkan itu?"

"Sungjin, kamu tidak berdaya beberapa waktu lalu. Itu yang membuat Seona menangis," ucap Brian.

Kak Sungjin meraih tangan kananku yang memegang alat kompres, "Rawatlah Kakak. Jangan menangis lagi."

Akhirnya aku memberanikan diri untuk melihat Kak Sungjin saat dirasa mendengar suaranya yang sedikit lebih baik. Masih lemah, namun ia bisa mengendalikan dirinya.

"Baiklah, Seona sudah berani untuk merawatmu. Kalau begitu aku akan memasak sup untukmu."

"Masaklah untuk dirimu dan Seona juga."

"Oh, teman-teman akan datang. Aku mengabari mereka bahwa kamu sakit dan menitip makanan untuk kami berdua."

Aku masih diam setelah mengenakan alat kompres padanya, "Sudahlah jangan bersedih. Sebentar lagi Wonpil juga akan ke sini. Apa kamu tidak senang?"

Ia menunjukkan ruang obrolannya. Mengapa Kak Sungjin justru membawa-bawa Wonpil? Seharusnya ia mengkhawatirkan dirinya sendiri. Aku menjadi kesal dua kali. Aku kesal karena diriku yang tidak bisa menjaganya, dan aku kesal karena Kak Sungjin lebih memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri.

*
satu dari empat

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang