42. The Heal 💌

56 13 0
                                    

Kak Sungjin dan Brian sudah di rumah sore ini. Sebelumnya ia mengantarkan Jae dan Dowoon pulang terlebih dahulu. Kini mereka sedang mengeluarkan barang bawaan mereka. Brian menata persediaan makanan yang banyak dibawakan oleh mamanya. Hanya melihat saja, aku sudah mengerti bahwa sebagian besar adalah makanan kesukaan Kak Sungjin dan Brian.

"Apa semua baik-baik saja ketika kami pergi?" tanya Kak Sungjin.

Aku mengangguk. Meyakinkan Kak Sungjin bahwa semua baik-baik saja.

"Wonpil sedang dirawat di rumah sakit sejak kemarin siang. Apakah kamu tidak menjenguknya?" tanya Brian.

"Lebih tepatnya belum. Wonpil mengatakan bahwa keadaannya sudah membaik. Mengetahui kalian akan pulang sore ini, ada baiknya jika aku menjenguk bersama dengan kalian. Itupun jika kalian tidak lelah," kali ini aku harus bisa memerankan peranku dengan baik.

"Tentu ada kakaknya yang berjaga di sana. Kakak akan mandi dan bersiap untuk menjenguknya."

Kak Sungjin meraih tasnya dan pergi ke kamar.

"Anak baik. Beruntungnya kamu sangat menuruti pesan Sungjin. Kamu tahu? Sebenarnya kemarin Sungjin marah karena Wonpil tidak ada kabar seharian. Setelah mengetahui ia sedang dirawat, suasana hati Sungjin seketika berubah. Ia tidak lagi marah, melainkan khawatir dengan kalian berdua," jelas Brian sembari memasukkan persediaan makanan ke dalan kulkas.

"Khawatir? Ada apa? Aku selalu membalas pesannya."

"Sungjin selalu mengkhawatirkan teman-temannya yang jatuh sakit. Ia tidak pernah absen mengingatkan kepada kami untuk beristirahat dengan cukup agar tidak kelelahan. Namun kini Wonpil yang terlewatkan. Memang posisi kami sedang tidak bisa memeriksanya langsung karena sedang perjalanan ke rumahku. Dan dia juga mengkhawatirkanmu, ia mengira kamu tetap akan pergi menjenguk Wonpil di rumah sakit sedangkan sebelumnya 'kan ia berpesan kepadamu untuk segera pulang setelah siaran."

Aku masih mendengarkan penjelasan Brian dengan baik.

"Sungjin yakin kamu akan menurutinya. Entah kebenarannya kamu memang menurutinya atau justru pergi menjenguk Wonpil tanpa sepengetahuannya. Sungjin tidak akan bertanya. Ia mempercayaimu, karena kamu adik yang penurut."

Aku seperti disindir. Brian salah sangka. Aku bukan adik yang penurut, kemarin. Namun aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku sudah mendapatkan penyesalan atas tindakanku yang tidak menuruti pesan Kak Sungjin. Dari kisah sakit hatiku kemarin malam, hingga reaksi tubuhku akibat mencuri konsumi pribadi milik Kak Sungjin dan Brian. Aku sudah mengganti itu semua, jadi semoga saja mereka tidak curiga.

·

Sesampainya kami di rumah sakit, Kak Sungjin menahan langkahku saat hendak menuju lift.

"Seona tunggu, Jae dan Dowoon belum datang. Kita tidak tahu Wonpil dirawat di ruang mana. Jangan terburu-buru ke sana."

Ah, bodoh. Aku lupa kalau aku sedang berpura-pura tidak mengetahui ruang rawatnya. Aku mengalihkan perhatianku dengan membuka ponsel. Dan tak lama Jae datang bersama dengan Dowoon yang membawakan bingkisan ditangannya.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Brian.

"Titipan dari ibukku seperti biasanya untuk teman-temanku yang berjiwa lemah."

"Aku ingin segera ke ruangan Wonpil untuk tidur sejenak. Aku merasa sangat lelah." keluh Jae.

Sesampainya kami di ruang rawat, terlihat dari balik celah kecil di pintu keberadaan Kak Yeeun dan Hanna yang sedang menemani Wonpil. Aku baru teringat sesuatu.

"Sejeong menelfonku. Aku akan mengangkatnya di tempat lain," ucapku kepada Kak Sungjin

"Tentu. Setelah itu segera kemari."

All About You [KIM WONPIL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang